ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।
[ S • A • L • A • H ]
17. Dugaan
. . .
Anara menghela nafasnya, akhirnya pelajaran di hari Senin berkahir juga. Memang tidak ada yang lebih melelahkan dari hari pertama setelah hari libur —wajar kalau banyak yang menyebutnya mon(ster)day.
"Lo capek atau kesel?"
Natya bersuara setelah melihat Anara melirik ke arah bangku belakang sekian kalinya, "Kesel karna gak dikasih tau atau karna gak diajak?"
"Kesel karna lo banyak tanya."
Natya tersenyum geli kemudian memandang Prisa, "Lo kenapa gak ikutan Pris? Bukannya sekarang udah masuk ke kumpulan itu?"
"Bukannya lo juga mau masuk? Algis?" Gantian Prisa yang bertanya pada Natya dan Natya langsung mendengus. "Skip!"
Suara tawa Prisa tak juga membuat Anara tenang. Dia gak perduli soal Karsa atau kelompoknya yang emang selalu izin di tanggal pada bulan yang sama. Tapi, yang dia pikirkan adalah ketidakhadiran Erin.
Tadi waktu makan siang, Anara tak sengaja melihat kumpulan Gisa cs. Gisa tak hadir karna pasti diajak Tyo, tapi kenapa Erin juga ikutan gak masuk segala?
"Udah tenang aja, mungkin si Erin lagi sakit gigi." Natya lagi-lagi bersuara membuat Anara mendengus, "Gue gak lagi mikirin itu."
"Oh terus? Mikirin Negara?" Natya tersenyum mengejek, "Gue percaya banget." Natya bisa jadi sangat amat menyebalkan kalau sudah sok tau —yang sialnya, tebakan gadis itu selalu betul.
"Emangnya semalam si Karsa beneran nggak ngabarin lo?"
Anara menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Prisa.
Bukan cuma semalam tapi sejak malam mengantarkan Anara pulang dari kejadian di mall waktu itu. Karsa udah menghilang tanpa kabar.
"Ra, mau mampir Rumah Prisa?" Tawar Natya yang langsung dibalas gelengan kepala Anara. "Gue pulang aja, ngantuk."
Prisa dan Natya menatap Anara dengan tatapan mengerti.
"Tenang aja, Erin gak ada hubungannya sama Karsa."
"Emang! Awas aja kalau ada!" Sahut Anara cepat lalu berjalan meninggalkan kelasnya.
