11. Kamar Anara

446 134 26
                                    

[ S • A • L • A • H ]

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

[ S • A • L • A • H ]

11. Kamar Anara

.
.
.

"Gimana?"

Anara tak bisa menutupi rasa penasarannya mengenai kemarin. Pertemuan antara Karsa sama Papanya terlalu membuatnya tak tenang, Anara yakin kalau laki-laki itu gak buat masalah tapi tetap aja dia ingin tahu.
Kemarin Karsa gak jadi datang lagi, karna menurutnya udah kemalaman.

"Tadi lo gak masuk."

Bukannya menjawab Karsa malahan mengomentari soal ketidakhadirannya di Sekolah, "Iya. Kan nganterin Ayah kesini." Karsa memang mendatangi Anara selagi di Bandara. Seperti biasa, Ayahnya mesti mengurus pekerjaan di luar kota.

"Gak ngabarin gue."

Anara melirik Karsa dengan tatapan geli, "Ngambek?"

Karsa menggeleng, "Kesel doang. Tapi, dikit aja sih."

Senyum Anara makin lebar, "Buruan jawab. Ntar lagi Mba Lista mau pulang nih." Lirik Anara ke arah Kakaknya yang tengah mengobrol dengan salah satu teman yang tak sengaja ia temui.

"Gue kan udah ada disini."

"Terus?"

"Ya lo sama gue lah."

Anara menatap laki-laki yang tengah menatap dirinya juga, ekspresi Karsa memang datar tapi Anara merasa kalau ucapannya tadi mutlak. "Oh."

"Oh doang?"

"Ya, terus apalagi?"

Karsa mengangkat bahunya lalu menatap sekeliling, "Tadi di Sekolah gak ada ulangan harian."

"Iya, gue udah tahu makanya gak masuk."

"Gak ada catatan penting juga sih." Lanjut Karsa.

"Iya, si Prisa bakalan fotokopiin kok. Seperti biasa kalau salah satu diantara kita gak masuk. Prisa bagian fotokopi, gue bagian ngefotoin materi di papan tulis trus si Natya bagian lapor absen ke sekretaris kelas. Kaya gitu biasanya."

Laki-laki itu menatap Anara tepat di matanya ketika puas melihat sekeliling, "Gak ada yang bikin semangat gue juga."

"Iya, gu— hah?"

Karsa tersenyum tipis, "Gak perlu sering-sering tapi kalau gak masuk lo bisa kabarin gue."

Anara mengalihkan tatapannya karna malu, cara Karsa melihat dirinya dan perkataannya tadi berhasil membuat sesuatu di dalam dirinya ingin berteriak. "Males lah, gak penting."

SALAH (Complete)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant