Part : 10. Mengulang Masa Lalu

742 31 4
                                    

Warning!!!+++
********************************
.
.
.
.
.
~
Suara dentingan antara sendok dengan piring kini menguasai ruangan itu. Masing-masing dari mereka menikmati hidangan yang berada di atas meja dengan tenang.

Seungcheol melirik sekitarnya untuk memastikan jika tidak ada yang melihat dirinya. Setelah memastikan itu Seungcheol mendekat ke arah Jeha yang berada di samping kirinya dan berbisik, "Je, sorry. Lo kesini bawa baju nggak sih?" Seungcheol kembali menjauh dan menyantap makanannya.

Jeha pun melakukan hal yang sama. Mendekati Seungcheol kemudian berbisik, "Lo nikahin gue aja buru-buru gini, lo pikir gue punya waktu buat pindahan?" lalu kembali ke tempatnya semula.

Seungcheol membulatkan matanya sekejap sebelum kembali normal. Ia berdehem pelan kemudian meminum segelas air di depannya.

"Yakin nggak papa kalo pake luaran doang?" Bisik Seungcheol lagi lalu ia kembali menyuap makanannya.

Jeha mengangguk kemudian mendekati telinga Seungcheol. "Tenang aja, gue pake sempak lo kok." Jeha tersenyum miring setelah mengatakannya.

Seungcheol yang mendengar itu pun langsung tersedak. Membuat sedikit perhatian pada orang-orang yang berada di sekeliling meja makan. Seungcheol mengambil minumnya kemudian meneguknya sampai habis. Seketika saat itu juga ia tersenyum miring sambil menatap Jeha masih tertawa pelan di sampingnya.

"Lo, sengaja mau bikin adek gua berdiri Je?" Setelah Seungcheol mengatakan itu kini malah Jeha yang tersedak ludahnya sendiri.

"Je, pelan-pelan makannya, ini minum dulu." Kata Mama Seungcheol yang duduknya berhadapan dengan Jeha. Ia menyodorkannya segelas air minum milik Jeha kemudian Jeha menerimanya lalu meneguknya. Tak lupa Jeha pun berterimakasih dan menampangkan senyumnya pada wanita paruh baya itu.

Selesai dengan itu Jeha merubah raut wajahnya saat menatap Seungcheol. Ia menyumpah serapahi laki-laki yang kini telah resmi menjadi suaminya itu dibatinnya. Tuhan, sungguh Jeha membenci laki-laki ini.

***

Setelah acara makan malam selesai, beberapa keluarga Seungcheol serta Jeha pamit undur diri. Orang tua Seungcheol juga meminta maaf karena tidak bisa menginap di sini. Hal itu bukan masalah bagi Seungcheol, toh Seungcheol nggak perlu lagi keluar kota untuk honey moon. Eh?

Sesudah Jeha mengantar adiknya ke depan, ia kembali masuk rumah Seungcheol dan menemui Seungcheol yang tengah duduk di sofa ruang tamu sambil menonton acara tv. Jeha ingin mengabaikan laki-laki itu dan langsung beristrihatat namun hal itu gagal karena Seungcheol memanggil dan menyuruhnya ikut duduk di sofa.

"Enak ya berduaan di rumah tanpa ada yang ganggu." Kata Seungcheol yang masih asik dengan acara tv di depannya. Menyadari sesuatu yang agak janggal, Jeha mengedarkan pandangannya sebelum bertanya,

"Btw, semua pembantu sama bodyguard lo pergi kemana?" Jeha kembali menatap laki-laki di samping kanannya.

"Gua suruh mereka cuti." Jawab Seungcheol singkat. Jeha pun membulatkan matanya. Dia tak terima jika para pembantu Seungcheol maupun bodyguardnya dibiarin cuti tanpa persetujuan darinya.

"Hah? Kenapa nggak bilang gue? Terus nanti siapa yang masakin gue? Nyuci semua baju gue? Nganterin gue belanja, ke kantor, dan kemana pun gue pergi? Kok lo gampang banget nyuruh mereka cuti?" Segala macam pertanyaan itu ia lontarkan untuk Seungcheol jawab. Berharap Seungcheol membatalkan bawahannya yang sedang cuti dan kembali bekerja di rumah ini.

"Jeha, lo kan udah jadi istri gua. Semua pekerjaan rumah, ya lo yang kerjain lah. Lagian lo juga mandiri kan di rumah lo. Kalo sekarang cuma ketambahan ngurusin gua sih. Bisa kan, Je?" Jawab Seungcheol santai.

"Gue emang istri lo, tapi bukan babu lo! Gue juga sibuk kerja di kantor, Cheol. Ngapain ngurusin lo segala, hah?" Jeha semakin tersulut emosi. lagi-lagi ia tidak terima dengan keputusan Seungcheol yang di buat seenak jidatnya.

"Kan biar jadi istri yang baik, Jeha. Atau gua suruh Joshua biar lo berhenti kerja? Supaya lo cuma bisa fokus ngurusin gua. Jadi nggak perlu capek-capek harus kerja di kantor, gimana?" Lagi-lagi Seungcheol masih menatap layar tv di depannya.

"Gue nggak peduli jadi istri yang baik apa engga. Dari awal yang mau nikah sama lo tuh siapa kalo nggak karena kepaksa?! Lo itu bener-bener remehin gue ya? Bisa nggak sih kalo gue ngomong lo liatin gue?!" Jeha meninggikan nadanya marah. Sabar menghadapi Seungcheol juga ada batasannya, dan untuk kali ini ia tidak akan membiarkan Seungcheol seenaknya sendiri.

Seungcheol memang sengaja mengabaikan tatapan Jeha. Untuk mengalihkan nafsunya yang ingin menerkam Jeha. Tapi setelah Jeha protes begitu, ia pun menatap mata Jeha dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

"Bilang ke gua, alasan lo nggak mau-shit!" Seungcheol menjeda katanya dan mengbuang nafasnya kasar .

"Kenapa dari dulu lo benci banget sama gua?" ucap Seungcheol dengan penuh tekanan disetiap nada bicaranya.

"Cih, orang bejat kaya lo emang seharusnya gue benci!" Mendengar itu Seuncheol tersenyum miring. Ia mendorong Jeha sampai tubuhnya berbaring di sofa. Seungcheol mengunci pergerakan Jeha. Dengan kedua tangan Jeha yang terangkat dan dicekal oleh tangan kiri Seungcheol dan tangan kanannya untuk menopang tubuhnya.

"Kayaknya lo salah nilai gua, Je?" Jeha menggelengkan kepalanya sambil tersenyum sinis.

"Gue nggak salah. Dari awal gue ketemu lo di sini, hidup gue nggak pernah tenang. Pernikahan kita ini udah jadi bukti kalo kedepannya hidup gue nggak bakal tenang!"

"Cheol, kenapa sih lo nggak pernah puas setelah ngerebut semuanya dari gue? Kenapa Cheol?! Jawab gue!" Jeha mulai terisak. Bayangan tentang Seungcheol di masa lalunya kembali teringat. Seungcheol yang dulu kasar padanya dan tidak ada bedanya dengan sekarang, Jeha membenci semua itu.

"Lo tuh bego ya, Je?"

"Hah?"

Tanpa ingin membalas perkataan Jeha, Seungcheol segera mencium bibir Jeha paksa. Menggigit bibir bawah Jeha agar mulutnya terbuka dan mudah untuk menyelusupkan lidahnya. Menyadari pergerakan Jeha yang kaku ia pun menghentikannya.

"Bales, Je." Seungcheol menatap lekat mata Jeha. Suaranya yang begitu khas membuat Jeha tersihir oleh permintaan Seungcheol. Jeha pun membalas lumatan itu.

Perlahan tangan kiri Seungcheol membuka kancing baju yang jeha kenakan.

"Mmh, Cheol.. stop it." Erangan Jeha terdengar saat tangan kiri Seungcheol berhasil masuk ke dalam baju Jeha dan meraba-raba dua bukit kembar itu yang polos tanpa dalaman.

"Untung baju yang gua kasih bahannya tebel Je, coba kalo tipis, pasti orang yang liat lo bakal salfok sama benjolan ini." Saat itu juga tangan kiri Seungcheol mencubit nipple Jeha.

"Ah!" Jeha membuka mulutnya kemudian Seungcheol jadikan kesempatan untuk lidahnya agar bisa masuk ke dalam mulut Jeha dan menghisapnya. Dalam satu gerakan kini Seungcheol berhasil melepas baju Jeha dan menyisakan celana dalam alias sempak milik Seungcheol yang masih dikenakannya.

"Bangsat!" Umpat Seungcheol lalu ia segera melepas pakaiannya dan juga sempaknya yang di pakai Jeha. Hingga kini keduanya benar-benar dalam posisi telanjang(?)

Setelah itu Seungcheol mengecup kuping Jeha. Meniupnya kemudian membisikan sesuatu di sana.
"Nurut ya, sayang♡"

Tangan Seungcheol melebarkan paha milik Jeha. Kemudian perlahan memasukkan miliknya pada milik Jeha.

"Seungcheol, anjing!"

"Ahh!"

***
Tbc.

My Enemy is My Husband [Choi Seungcheol]Where stories live. Discover now