Part : 1. Reuni (2)

2K 77 10
                                    

Wanita dengan setelan jas berwarna abu-abu serta celana panjang yang senada itu memasuki ruangan kerja seseorang. Dengan tidak sopannya ia melemparkan sebuah dokumen ke arah seorang pria yang sedang sibuk dengan komputer di depannya.

"Maksudnya apa?!" gertak wanita itu sambil menyilangkan tangannya.

"Selamat pagi. Anda sudah datang Nona Jeha?" Jeha tertawa sinis.

"Saya nggak minta surat pengajuan itu ditindak lanjuti, lagian itu udah berlangsung 2 tahun yang lalu. Mengapa kalian masih saja membahasnya?!"

"Baiklah, Anda saya persilahkan duduk dulu. Kita bicarakan baik-baik."

"Gini ya Bapak Jeonghan yang terhormat. Saya nggak punya banyak waktu, saya harus pergi ke kantor saya!" Pria yang disebut namanya itu tertawa mendengarnya.

"Udah-udah nggak tahan gue liat akting lo," Jeonghan bangun dari duduknya lalu menghampiri Jeha.

"Anda ini terlalu banyak menghabiskan waktu saya, Bapak Jeonghan!!" kesal Jeha saat Jeonghan memeluknya.

"Apa kabar lo? Lama nggak ketemu, lo udah berubah jadi macan aja." Jeha tidak menjawabnya sampai Jeonghan melepas pelukannya.

"Jelasin." kata Jeha penuh penekanan.

"Oke-oke. Gue jelasin," Jeonghan kembali ke mejanya lalu memungut dokumen yang tadi dilempar Jeha.

"Surat pengajuan lo dulu emang nggak ada respon. Cuman dia sendiri yang buat dokumen palsu biar lo dateng kesini minta kejelasan."

"Jadi ini semua cuma akal-akalan bos brengsek lo itu? Nyesel gue mencak-mencak gini." Jeonghan menghampiri Jeha. Menarik tangan wanita itu yang hendak pergi dari ruangannya.

"Kali ini gue mohon lo bantu dia, dengan cara lo pergi ke ruangannya sekarang juga." Jeonghan menatap Jeha dalam. Dengan menatap mata Jeonghan, Jeha jadi paham apa yang Jeonghan pikirkan.

"Gue permisi."

Jeha keluar dari ruangan Jeonghan untuk menuju ruangan pemilik kantor ini. Mengingat ini bukanlah kantornya, Jeha tidak perlu kesusahan mencari ruangan bosnya. Karena dulu Jeha sering 'main-main' di sana.

Di depan ruangan yang ia cari ia tersenyum ramah pada manager pemilik kantor ini.

"Selamat pagi, Nona Jung. Tuan sudah menunggu Anda,"

Jeha mengerutkan alis. Dengan ragu iapun membuka pintu ruangan di depannya. Ia tersentak melihat seorang wanita dengan pakaian kurang bahan yang sedang bergelayutan di lengan seorang pria yang ia kenal.

Pria itu menatap Jeha dari tempat duduknya lalu melepas tangan jahil dari wanita di sampingnya.

"Baik, calon istri saya sudah datang. Karena saya tidak ingin ada salah paham. Kamu saya persilahkan untuk pergi dari ruangan saya." Jeha terkejut di tempatnya. Hendak protes namun ia paham apa yang pria itu berikan dari tatapannya.

Jeha memundurkan langkahnya lalu pergi dari sana. Pria tadi tersenyum dalam hatinya. Dengan segera ia pun menyusul Jeha. Sudah jelas jika Jeha akan pergi ke ruangan Jeonghan.

Saat membuka pintu pandangannya langsung tertuju pada Jeha yang memeluk Jeonghan sambil menangis sesegukan.

Pria di ambang pintu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia menutup pintu lalu menghampiri dua sejoli itu.

"Lo beneran sakit hati, Je?" tanyanya bingung. Ia menatap Jeonghan yang memberinya kode. Dikarenakan ia tidak pernah mengerti bahasa tubuh maka ia tidak paham akan kode yang Jeonghan berikan.

Jeha mengendurkan pelukannya. Matanya lembab, wajahnya memerah, bahkan dengan tidak malunya ia mengelap ingusnya yang hampir menetes.

"Lo tega, Cheol."

My Enemy is My Husband [Choi Seungcheol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang