Part : 5. "Who Are You?"

943 51 0
                                    

~•~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~•~

Happy Reading!

~•~

Di dalam ruangan yang temeram karena minimnya pencahayaan, Seungcheol terduduk di sofa empuk yang menghadap ramainya ibu kota pada malam hari.

Laki-laki itu terlihat sedang memutar-mutarkan sebuah benda pipih di tangan kanannya. Sesekali juga ia menempelkan ujungnya di dagu.

"Kok agak tolol ya?"

Raut wajahnya terlihat gusar. Otaknya sedang banyak pikiran. Batinnya tak henti-henti memaki dirinya sendiri. Salah satu cara agar mengembalikan semangatnya hanyalah dengan mengusik Jeha.

Kebiasaannya sejak SMA dulu kini masih ia lakukan walau Jeha sempat ia bebaskan darinya selama dua tahun.

Dua tahun lalu, Seungcheol baru diangkat jadi pemimpin salah satu perusahaan milik ayahnya. Hal itu tak banyak orang yang tau termasuk Jeha. Jeha dulunya susah mencari pekerjaan, iapun berniat ingin melamar kerja di perusahaan yang diketuai oleh Seungcheol.

Belum sempat diinterview ia sudah di hempas duluan oleh satpam. Tapi usaha Jeha tidak sampai sana, iapun memberikan data-data lamaran kerjanya kepada satpam agar diberikan kepada bos mereka. Andai Jeha tau Seungcheollah yang menyuruh satpam mengusirnya, dipastikan Jeha akan mencak-mencak di kantor Seungcheol. Maka dari itu Seungcheol tidak berniat menerima Jeha sebagai pegawai di kantornya.

Sebenarnya alasan ia menolak Jeha bukan karena itu. Seungcheol hanya ingin Jeha jauh darinya agar gadis itu bisa hidup dengan tenang tanpa mengingat musuh bebuyutannya sejak SMA silam.

Meski begitu, Seungcheol tidak benar-benar ingin Jeha jauh dari kehidupannya. Maka dari itu ia selalu menyuruh orang agar selalu mengikuti kemanapun Jeha pergi dan memberitahunya kabar terbaru tentang gadis bermarga Jung tersebut.

Tepat tiga bulan setelah Seungcheol mengusirnya, berita baru tentang Jeha kembali ia dengar dari suruhannya. Orang tua Jeha meninggal saat perjalan pulang dari liburan di Chicago. Seungcheol hanya turut berduka cita dengan mendoakan semoga arwah kedua orang tua Jeha tenang di alamnya. Ia juga tidak melayat, hanya menitip salam lewat Jeonghan.

Hari-hari berlalu hingga Jeha berhasil mengembangkan satu-satunya perusahaan milik ayahnya serta membuka berbagai cabang di beberapa kota dan Jeha memimpin salah satunya. Seungcheol yang mengetahuu berita itu lewat Jeonghan hanya bisa tersenyum bangga.

Dua bulan lalu setelah hari ini, Jeha kembali ke Ibu Kota dan kembali memimpin perusahaan ayahnya. Dari informasi yang Seungcheol dapat, adiknya Jeha baru saja mendaftarkan diri di salah satu kampus favorit di sini. Kemungkinan besar Jeha pindah hanya karena ingin menjaga adiknya dan Seungcheol kecewa ternyata gadis itu tidak mencari keberadaannya selama ini.

Seungcheol menghela napas panjang. Ponsel yang ia pegang bukan lagi ponsel milik Jeha. Ia mengembalikan benda yang teramat penting itu pada Jeha sekitar dua hari lalu. Seungcheol tengah mengetik disalah satu room chat kemudian ia delete lagi. Bingung, sulit dijelaskan, bahkan tanpa alasan apapun ia membanting ponselnya dan benda pipih itu jatuh pada karpet berbulu yang Seungcheol pijak.

My Enemy is My Husband [Choi Seungcheol]Where stories live. Discover now