Part : 11. Diabaikan

874 37 9
                                    

Flasback on.

Di sepanjang koridor menuju rooftop, gadis itu tak berhenti menyumpah serapahi gurunya. Baru saja ia dipanggil BK karena perkara membawa sebungkus rokok, yang padahal itu bukan miliknya.

Tak hanya itu guru BKnya juga mengungkit aturan sekolah yang gadis itu langgar. Seperti memakai rok di atas dengkul, kemeja yang ketat, juga warna rambut yang tidak alami.

Hanya karena masalah itu, Jeha pun disuruh untuk memberikan orang tuanya surat panggilan dari sekolah. Dengan rasa kesal ia pun membuka pintu rooftop keras sampai berbunyi. Karena suara yang dibuatnya, sosok laki-laki yang duduk bersandar pada pembatas rooftop itu pun menatapnya bingung.

"Lo ya?!" Tanya Jeha pada Seungcheol yang sedang membawa sebotol alkohol lalu meneguknya.

"Apaan? dateng-dateng bisanya bikin ribut." Ujar cowok itu malas.

"Lo kan yang naruh rokok di tas gue?" Jeha mendekati Seungcheol sambil marah-marah.

"Kalo udah tau kenapa mesti nanya, Je. Hahaha, emang kenapa? Ketauan ya?" Seungcheol masih dengan candanya merespon Jeha yang naik darah.

"Bangsat!" Jeha telah hilang kesabaran, ia menarik kerah Seungcheol agar laki-laki itu berdiri.

"Lo pikir ini lucu hah?! Mungkin sekali dua kali kemarin lo ngerjain gue, gue diem. Tapi sekarang gue udah bosen ya sama cara lo yang kaya gini!" Jeha melepaskan cengkeramannya membiarkan cowok itu duduk lagi dan menikmati dunianya sendiri. Untuk sekarang ia sudah tidak peduli lagi apa respon Seungcheol. Ia muak berada di hadapan cowok itu dan akhirnya ia memutuskan pergi dari tempatnya.

"Lo tiap hari marah-marah terus Je, gue jadi suka sama lo."

Flassback off

***

Pukul 11 siang Jeha terbangun dari tempat tidurnya. Tubuhnya yang hanya terbalut oleh kimono yang tipis membuat badannya sedikit menggigil.

Ia meregangkan tubuhnya kemudian menuruni ranjang. Saat melangkahkan kaki menuju kamar mandi punggungnya terasa sakit dan selangkangnya juga perih.

"Ahhh anjir, emang brengsek Seungcheol!" Umpatnya. Padahal di kamar nggak ada Seungcheol.

Setelah selesai membersihkan diri, ia pun meraih ponselnya yang terletak di atas nakas. Entah kapan dan siapa yang menaruhnya di sana ia berterima kasih karena ia tidak perlu capek-capek mencari benda pipih itu.

Sebuah sambungan telepon terdengar dari seberang. Yang Jeha Telepon adalah Joshua. Ia meminta agar Joshua menggantikan perannya di kantor dan mengubah jadwal pertemuannya dengan klien atau apapun itu kegiatan di kantornya selama satu hari atau mungkin dua hari ini. Jeha mengatakan dirinya sedang tidak enak badan. Padahal capek karena main kuda-kudaan sama Seungcheol.

Tanpa membalas gurauan dari Joshua ia menutup teleponnya dan pergi keluar kamar untuk pergi masak di dapur.

Baru keluar kamar, Jeha dikagetkan oleh para pelayan dan beberapa bodyguard di lantai bawah. Mereka terlihat sedang bekerja layaknya hari biasa. Bukankah Seungcheol sudah menyuruh mereka cuti? lalu yang ada di hadapannya ini apa maksudnya? Begitulah pikirnya.

Jeha menuruni tangga kemudian di sambut oleh para pelayan, Jeha pun hanya tersenyum membalasnya. Jeha menghampiri salah satu pelayan saat berada di dapur. Menanyakan kenapa mereka ada di sini dan bukankah mereka libur? Tapi balasan dari pelayan itu adalah, "Maaf Nyonya, Tuan membatalkan cuti untuk para pelayan juga bodyguard karena Tuan ingin kami menjaga Nyonya."

Jeha mengangguk paham, "Tapi kenapa? padahal udah seneng-seneng di rumah sendirian, eh malah banyak orang gini." batin Jeha.

"Trus orangnya kemana?" tanya Jeha.

"Tadi pagi Tuan pamit ke kantor, Nyonya." Lagi-lagi Jeha mengangguk paham.

"Silakan duduk Nyonya, akan saya siapkan makanannya." Jeha pun menurut. Para pelayan mulai beriringan menyiapkan makanan untuk Jeha.

Jika dari dulu ia diperlakukan layaknya ratu, jelas ia akan betah tinggal di rumah ini. Tapi dengan Seungcheol. Ah Jeha pun menepis pikiran baiknya tentang tinggal di sini.

Selesai makan ia pun melanjutkan kegiatannya di rumah. Rebahan, menonton film, mendengarkan musik layaknya ia sedang libur kerja. Akan tetapi menuju pukul 4 sore ia merasa bosan dan mulai risih dengan adanya pelayan, yang menganggu waktunya karena ia diingatkan untuk harus makan buah, atau minum jus, inilah itulah dan segala macam lainnya.

Jeha merasa tidak bebas di sini. Ia pun mengambil kunci mobil Seungcheol kemudian menuju garasi dan keluar dari kediaman Seungcheol tanpa berpamitan pada pelayan.

Jika seperti ini Jeha lebih baik memilih tetap kerja di kantor tanpa memperdulikan badannya yang memang sedang tidak enak.

Sampai di kantor lebih tepatnya di ruangan Joshua ia pun mengadu pada cowok itu.

"Sumpah ga enak banget. Gue seneng sih apa-apa diladenin tapi ya nggak gini juga dong. Gue kan butuh waktu gue sendiri. Malah ada aja yang ganggu gue. Kesel kan gue. Ya udah deh gue kesini aja." Ujar Jeha seraya mendudukkan bokongnya pada sofa.

"Katanya minta pelayan sama bodyguard pas udah dikasih kok malah nggak nyaman gini? Aneh lu." balas Joshua.

"Gue kira kan nggak bakal kaya gini Josh. Eh btw kok lu tau gue minta itu?"

"Seungcheol yang bilang tadi pagi. Terus juga sebelum lo telpon gue, gue udah tau kalo lo hari ini nggak berangkat kerja juga dari Seungcheol." Kata Joshua yang masih fokus ngetik di laptopnya.

"Lo tau? Auranya Seungcheol tadi pagi beda banget asli. Gue jadi kaya serem sendiri. Mending lo ke kantornya, sekarang kan lagi jam pulang kerja. Cuma buat mastiin aja Seungcheol dalam keadaan mood yang baik apa enggak." Tambah Joshua.

"Apaan? Nggak-nggak, bodo amat gue nggak peduli. Yang ada gue ngerecokin kantornya dia lagi, itu ya yang lo mau?"

"Bukan gitu Jeha. Bener sih paling lu ke sana juga malah yang ada bikin keributan, tapi serius buat mastiin doang." Setelah mendengarnya dari Joshua, Jeha pun dengan malas mengikuti apa yang Joshua katakan.

Menuju kantor Seungcheol dan memastikan jika cowok itu masih seperti biasanya. Saat berjalan di koridor kantor tidak sengaja ia melihat Seungcheol yang berjalan ke arahnya. Kebetulan sekali orang yang dicari langsung datang menghampirinya.

Mereka pun saling menatap dan Jeha siap untuk memarahi Seungcheol atas kejadian semalam dan juga tentang pelayan maupun bodyguard. Hendak membuka mulut, Jeha lagi-lagi dikagetkan oleh Seungcheol yang ternyata hanya berjalan melewatinya tanpa menyapa jeha sedikitpun. Jeha yang terabaikan pun mengerutkan alisnya.

"Lah?"

***

A/n :

udah vote belum? wkwk

jujur, sy gmau up sekarang tapi krna baru aja dpet pencerahan dari "ndodok nang kamar mandi/jongkok di KM" jadi ada ide buat ngetik bagian ini. HAHAHA.

bye sy mau hibernasi lagi(。'▽'。)♡

My Enemy is My Husband [Choi Seungcheol]Where stories live. Discover now