•3• Insiden Kecil

678 153 11
                                    

_____W O N D E R W A L L_____

Seperti yang kita tau bahwa katanya manusia itu diciptakan berpasang-pasangan alias jomblonya tidak akan berlangsung lama. Bila sudah dapat yang cocok. Langsung diajak nikah saja.

Bahkan putri tidur yang kerjaannya cuma molor pun bisa mendapatkan pangeran impian yang membangunkan dia dari tidur panjangnya. Bahkan sendal jepit saja diciptakan dengan tidak menjomblo. Jadi rasanya sedikit aneh bila y/n diciptakan tanpa pasangan hidup.

Y/n menembus dinginnya kota Tokyo. Hujan turun sesaat setelah dia keluar dari rumah Rindou. Seakan langit tau dia sedang bersedih. Tapi, sepertinya simpati itu sedikit meninggalkan kesan yang kurang baik di hati y/n. Dia sedang bersedih, dan bisa-bisanya awan di atas sana membasahi seluruh tubuhnya dengan air. Apakah mereka sedang berlomba siapa yang paling sedih?

Tapi dia sedikit lega. Hujan kala itu, sedikit menyamarkan rentetan air mata yang sibuk beradu dari pelupuk y/n.

"Gadis muda, hujan-hujan begini kenapa keluar tak pakai payung? berteduhlah di sini. Bajumu sudah basah kuyup." Ucap seorang wanita berumur dengan posisi menyandarkan bahu pada pintu masuk dari sebuah bangunan dua lantai.

Y/n menelaah ke sisi kiri jalan, menatap sang pemilik suara selama beberapa saat. Tungkai kecil miliknya melangkah masuk dengan perlahan. Aroma khas dari rempah-rempah tercium di sana. Gadis itu mendudukan bokongnya pada salah satu kursi kayu yang kosong.

Tempat ini sekejab membuat y/n tenang. Seperti kembali ke tempat asalnya saja. Seluruh dinding di sana didominasi oleh corak kayu juga tanaman-tanaman di pot kecil. Suasana itu, mengingatkan y/n dengan restoran yang sering dia kunjungi di dunianya dulu.

"Kau lapar? Aku barus saja membuat sup lebih. Mungkin kau ingin memakannya." Tanya  Nenek itu dengan nada bicara sopan.

Senyum kecil tersungging di wajah y/n, "Boleh. Kebetulan aku juga belum makan."

Sosok wanita tersebut berjalan menjauh, meninggalkan y/n sendirian. Y/n Duduk berpangku tangan di atas meja. Menelisik keluar bangunan. Mendapati kendaraan yang berlalu lalang, dan juga rinai hujan yang masih turun menyapa kota.

Sekali lagi y/n bimbang. Kemanakah kaki ini akan melangkah pergi?

"Apa aku harus kembali ke rumah Rindou? Tapi ... Dia pasti akan mengusirku lagi."

Terbawa dengan alam pikirannya. Raga y/n terdiam di sana. Pandangan itu kosong menatap ke arah vas berisikan bunga berkelopak kuning di hadapannya.

"Ini sup untukmu. Semoga kau suka dengan rasanya." Ucapan itu datang dari sisi kiri lalu seakan menarik paksa y/n keluar dari lamunan singkatnya.

Sedikit tersentak, y/n langsung meraih mangkok berisikan sup itu, "Makasih banyak." Sahut y/n.

Nenek itu tersenyum, kemudian ikut duduk di depan y/n. Cukup hening selama beberapa saat. Baik salah satu di antara mereka, tak kunjung juga buka suara.

Merasa sedikit canggung, y/n dengan suara pelan mulai memancing topik pembicaraan, "Makanan ini sangat enak. Apa nenek menjualnya di sini?"

"Iya. Ini namanya Torui Zosui. Salah satu menu andalan di restoran ini. Tapi ... Itu dulu. Sekarang sudah tidak lagi." Wajah yang mulai berkeriput itu tampak sendu.

"Kenapa bisa begitu?"

Hembusan nafas getir keluar dari bibirnya, "Tempat ini sudah mau gulung tikar karena kekurangan dana. Jadinya, pengunjung tidak pernah datang kesini lagi." Nenek itu hanya menunduk, terlihat bersedih.

Y/n masih mengatupkan buah bibir. Dalam hatinya terasa sedikit luka mendengar helaan nafas yang keluar dari mulut sang nenek. Terdengar begitu menyedihkan sekaligus lara.

WonderwaLL || Rindou Haitani x ReadersDonde viven las historias. Descúbrelo ahora