•23• Mencari Tau Kebenaran

86 12 1
                                    

•••

Rania membusungkan pandang tatkala sendu tatapan yang kulayangkan padanya berhasil sampai. Diam memangku tangan, dia seakan membangun keangkuhan dalam dirinya. Sejak tadi, bahkan satu kata pun belum aku lontarkan. Tetapi dia sudah mulai meninggikan harga dirinya ... Rasa-rasanya sesuatu sedang berusaha ia tutup-tutupi dariku.

"Kata kan saja apa maumu." Dia berucap santai, menyeruput secangkir teh dari sisi kursinya.

Tak pernah terkira dalam pikiranku, mereka semua telah menyembunyikan rahasia selama puluhan tahun dari pemilik raga yang bahkan tak pernah tau jati dirinya. Gadis pemilik takdir gelap, namun tetap dibiarkan dalam kehampaan yang selalu membekas dengan tanda tanya sebesar asa ciptaannya selama ini.

"Cerita kan tentang dia," pintaku singkat.

Rania memicingkan mata sekejab. Aku rasa dia sudah mempunyai firasat tepat seperti apa yang ada dipikiranku. Wanita itu memang sulit menutupi segala ekspresinya. Dia memang kuat, tapi tak cukup hebat dalam menyembunyikan perasaannya.

"Oh maksudmu perjuangan Rindou untukmu?"

"Bukan."

"Lantas siapa?"

"Ibuku."

Rania hampir memuntahkan teh yang sudah mengguyur indah tenggorokannya itu. Namun beribu sayang, cangkir kecilnya harus rela hancur karena tragedi kecil barusan.

"Aku tidak tau soal itu."

Aku menyaksikan Rania melontarkan jawabannya dengan nada ketus, tapi bahasa tubuhnya tampak enggan untuk bisa diajak kerjasama. Jemarinya bergetar, meski secepat kilat dia lekas menyembunyikannya dibalik gaun gelap itu.

Berdiri, memapah tubuh sakit setengah mati, "Aku ingin dengar semua tentangku darimu, Rania."

"Kamu itu cuma gad-"

"Aku telah bertemu dengan ibu."

Lawan bicara melirik tak percaya. Dia mendekatiku secara acap, "Kamu bohong."

Aku mulai tersulut kekesalan. Rania sepertinya sedang mempermainkanku. Dia enggan memberitahukan kebenaran yang sudah dia kubur bertahun-tahun lalu.

"Kalian berdua telah bersekongkol menyembunyikan identitas orang tuaku."

"Sekarang aku hanya ingin tau, siapa kah dia?"

Rania membersihkan bekas pecahan gelas sebelumnya. Dia masih berpura-pura tuli padaku. Sepertinya ini hanya akan membuang-buang waktuku bila terus meladeni sandiwara karya wanita berumur di depan sana. Mungkin dia masih ingin mendalami lebih lama peran tersebut.

"Kamu mungkin bisa menutupi kebenarannya dariku, Rania. Jika aku tidak bisa mendapatkan jawaban atas pertanyaan tadi, darimu. Maka seharusnya raja Leonid tidak akan menolak permintaanku." Aku meninggalkan Rania dengan posisi kembali duduk pada kursi kayu. Dia masih tampak tenang. Aku sangat menyanjung kemampuannya dalam berlagak. Dia layak jadi artis di dunia asal Rindou.

"Kuberi tahu satu hal, bukan wewenangku untuk menjawab pertanyaan itu. Ada fakta yang memang selayaknya harus dipendam untuk menjaga semuanya agar tidak rusak. Dan aku sudah menerapkan itu sejak lama."

•••

Aku muak bila terus dianggap bahwa tak pantas tau segalanya, khususnya jika berkaitan dengan diriku. Beberapa saat lalu, kala kesadaranku hilang terambil alih, adegan misterius yang rasanya sangat tidak asing muncul di hadapanku tiba-tiba. Aku merasa itu sekedar tipu muslihat dari Lilith Azazel. Mahluk itu memang terlalu jahat. Tetapi rasa-rasanya kali ini berbeda. Bagaikan peristiwa telah usai terjadi. Dan semua adegan misterius yang muncul, harus kutanyakan langsung kepada dua sosok penting dari keping adegan aneh tersebut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 15 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

WonderwaLL || Rindou Haitani x ReadersWhere stories live. Discover now