•5• Bunuh Diri

568 131 11
                                    


_

___W O N D E R W A L L____


Telapak beredar menapaki permukaan trotoar di jalan sepi pada salah satu bukit di Tokyo. Bersama suaminya, Rindou. Sang istri berniat mengabulkan permintaan pasangan hidupnya beberapa jam lalu.

Dibunuh atau kecelakaan. Itulah opsi yang harus y/n pilih sebagai cara ia mati. Bodoh, bila mana dia cuma memilih satu diantaranya. Bagaimana jika dua-duanya, atau bahkan lebih dari itu? Boleh-boleh saja. Lagipula intinya hanya satu.

Jika memang ajal ya pasti dia akan tewas, tapi jika tidak ... Sudah pasti hidup lagi.
"Cepatlah mati sana!" Ketus Rindou.

"Bentar, tunggu truk-kun lewat dulu." Ucap y/n berjongkok di tepi jalan.

Suhu udara begitu dingin. Rindou mencengkam lengannya berniat menahan sejuknya malam itu. Tanpa mempedulikan bagaimana nanti ajal perempuan di sebelahnya ini di beberapa menit kedepan.

Dari kejauhan sorot terang lampu kendaraan mendekati mereka berdua.

"Oh itu dia truknya! Bentar siap-siap dulu." Tepukan kecil y/n sapu ke parasan pakaian. Barangkali ada debu di sana. Y/n pikir dia harus bersih di sisa-sisa akhir hidupnya.

Rindou dingin hati, bahkan begitu acuh. Tatapan tak berperasaan dia layangkan. Buat apa khawatir? Tak ada gunanya.

"Aku mencintaimu Rindou." Ucap y/n sesaat.

Langkah itu berlari cepat ke tengah jalan. Dia berdiri di sana, lalu tersenyum singkat.

Mobil besar dengan kecepatan tinggi kian mendekat kearahnya, begitu dekat hingga akhirnya bunyi dentuman body mobil terdengar keras memekakkan kuping.

Tabrakan itu tak terhindarkan.

Sang pengemudi turun penuh panik, sosoknya berguncang hebat tatkala melihat raga seorang gadis berambut terang di atas jalan yang telah bermandikan darah. Cairan merah kental itu, terus keluar hingga membanjiri aspal hitam di sana.

Bau anyir pun tersebar luas.

"Ini bukan salahku!! Ini bukan salahku!! Dia mati karena bunuh diri!!" Cecar si pengemudi gemetaran. Pria itu kembali masuk ke dalam mobil, lantas menghidupkan lagi kendaraan besar miliknya.

Dia berusaha pergi secepat mungkin untuk berniat kabur, karena tidak mau bertanggung jawab. Jasad sang gadis dilindas olehnya tanpa perasaan. Hingga suara tulang retak pun bergema nyaring di tempat itu.

Jadi ini salah siapa?

Rindou bungkam. Mimiknya begitu datar tanpa rasa cemas. Sedikit pun tidak. Benar-benar terasa berjiwa psikopat. Tubuh y/n tak dia pedulikan. Bukan berniat menolong, Rindou malah melenggos pergi.

'Baguslah' pikirnya.

°°°

Manusia tak berperasaan. Hati sekeras baja. Sikap teramat acuh. Itu lah, Rindou Haitani. Setelah menyaksikan sang pengganggu hidup gugur, dia merasa jadi manusia paling beruntung di dunia.

Y/n itu hama baginya. Dan jika hama mati, otomatis hati tentu ikut senang. Sepanjang mengemudi di jalanan kota, senyum tidak tercetak di figurnya. Apakah Rindou sedih?

Mustahil.

Kebenarannya adalah dia bersorak ria, dalam batinnya.

Berhenti di pekarangan rumah, mobil Ferarri hitam miliknya memasuki garasi. Rindou turun, kemudian masuk ke dalam kediamannya.

Haus sekali, batinnya. Melangkah ke dapur, kulkas empat pintu terbuka lebar. Anak-anak tangan meraih botol kaca, lalu menempelkan ujungnya ke bibir Rindou. Air membasahi tenggorokan sang tuan. Dia bersuka cita ketika masalah kekeringan tadi sudah terselesaikan.

Tubuhnya melewati sesosok perempuan sedang duduk di atas meja, layaknya orang tak beretika. Puan itu mengekori dari belakang.

Rindou berdecih singkat.

Sudah dia duga. Hama satu ini pasti tak akan mati cuma karena tabrakan beberapa saat yang lalu.

"Halo lagi!! Lihatlah, aku tidak mati. Karena tadi hanya lah prank." Sahutnya.

Rindou meraih sebuah pisau dari dalam laci. Lantas memberi benda tajam tersebut pada si gadis pembawa masalah.

"Tusuk perutmu pakai itu!" Perintahnya tanpa rasa berdosa. Sorot mata pun begitu kalem. Rindou menanti, dengan berpangku tangan.

Y/n tersenyum. Tangannya terangkat lalu beralih cepat menghantamkan sudut tajam dari pisau tadi ke bagian perut. Lagi-lagi darah terlihat mengucur dari sobekan kulitnya. Baju berwarna biru, kini bercampur merahnya darah.

Dia terbatuk paksa. Cairan kental yang sama keluar dari mulut y/n hingga melemparkan percikannya pada lantai.

Rindou melirik sekilas. Begitu setia menanti perempuan ini menuju ambang kematian.

Rembesan larutan merah berhenti. Dan y/n menggeleng kecewa.

"Hmm sepertinya aku tidak bisa mati jika begini caranya."

Okee sekian chapter kali ini.
Pendek" dulu karena aku lagi malas ngetik panjang"😌


Jangan lupa vote dan Commentnya

Sekian.

WonderwaLL || Rindou Haitani x ReadersWhere stories live. Discover now