•12• Praduga Sesaat

482 104 7
                                    

_____W O N D E R W A L L_____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_____W O N D E R W A L L_____

Menyaksikan siluet pria berjalan menjauhi pemakaman, menghasilkan tanda tanya tidak beralasan di otak y/n. Siapakah orang yang bisa membuat lelaki secuek Rindou berubah menjadi sedih bahkan seolah dipenuhi rasa bersalah seperti tadi?

Melirik Chewy sebentar, tupai itu malah sibuk menggigiti kacang kenari sampai memenuhi seluruh isi mulutnya. Sesekali dia menggerutu, dan protes pada y/n bahwa dia cukup kelelahan sebab terus bersembunyi di atas pohon layaknya Tupai liar.

"Hei!! Bisa kita turun dari sini?? Aku sudah seperti tupai liar saja." Protes Chewy.

Y/n menatap tak percaya, "Kau pikir kau ini Banteng? Lihat sosokmu, itu adalah rupa dari seekor Tupai liar. Dasar!!"

"Asal kau tau, sejak kecil aku besar di kebun binatang. Dan dipenuhi oleh orang-orang yang seakan memujaku karena terlalu imut. Jadi jangan samakan aku dengan tupai liar di luar sana!!" Merasa tak dikabulkan permintaannya Chewy pun turun dari pohon tersebut.

"Lalu mau apa kita ke pemakaman? Menggali lubang kuburmu?" Ucap si Tupai asal-asalan.

Turun dari pohon, kemudian mendekati batu nisan di ujung sana, bibir y/n berkata, "Sudah kubilang, aku ingin menemui suamiku."

"Suamimu sudah wafat?"

Berdecak kesal karena terus dihujani pertanyaan beruntun, y/n menjewer telinga teman barunya ini. Mereka baru bertemu beberapa menit lalu, dan Chewy sudah mulai bertingkah mengesalkan sekaligus banyak protes padanya.

"Jangan banyak omong kosong lagi! Atau tidak badanmu kugeprek dengan batu nisan ini!!" Ancam si gadis aneh sambil menunjuk batu kuburan secara acak.

Chewy mencibir bagai air mengalir. Merasa sudah kelelahan memarahi hewan tersebut, sihir y/n pun bertindak. Mulut cerewet sang tupai seketika berubah bisu, dan tidak bisa mengeluarkan suaranya. Y/n tersenyum puas mendapati Chewy emosi karena suaranya tiba-tiba menghilang.

"Lebih baik kau bersuara 'Pasipaga pasipaga si papasi' seperti di film anak-anak yang sering ku tonton. Daripada harus banyak protes."

Melangkah ke arah jirat di depan sana, y/n sedikit membungkuk, berusaha membaca nama yang terukir di situ.

Ran Haitani.

"Siapa Ran Haitani? Hubungannya dengan Rindou apa?" Melirik Chewy sekejab, tuturan tersebut pun terucap. Si tupai mengendikkan bahu, sebab tak tahu.

Sekilas terdiam memikirkan prediksi kasarnya, y/n menyadari sesuatu, "Tunggu sebentar. Marganya Haitani kan? Apa dia ... Saudaranya Rindou?"

Kembali menatap lekap nisan itu, si gadis aneh mencari kapan tahun Kematian juga kelahiran dari mendiang saudara suaminya ini.

"Jadi dia kakaknya. Tapi, kenapa aku tidak pernah melihat foto atau sesuatu yang berhubungan dengan Ran di rumah?" Ujar y/n heran.

Dipikir bagaimana pun, memang sepertinya Rindou tidak mau y/n mengetahui siapa sosok Ran Haitani. Namun, itu hanya salah satu kemungkinan di benak sang gadis. Hal serupa yang terasa masuk akal adalah bisa saja Rindou mencoba untuk tidak akan pernah, membahas kematian kakaknya.

Entah mana yang benar, y/n pun masih berprasangka asal.

'Memangnya Ran mati karena apa?'

Bingung seorang diri, nalurinya seperti terjerat pada pertanyaan tersebut. Serta alasan dibalik, kenapa mimik wajah Rindou bisa sebegitu menyesalnya di depan makam ini, saat tadi?

Menyentuh permukaan batu nisan milik Ran, kedua mata y/n bertaut pelan. Dia meresapi sesuatu dari bawah permukaan tanah. Ia harus tau kebenaran tentang alasan dibalik Kematian sang kakak ipar. Hatinya merasa aneh, seakan ada hal tidak beres dari kematian itu.

Sekilas ingatan di masa lalu saat di detik-detik kematian Ran, terdengar jelas di telinga y/n. Karena belum pernah bertemu langsung atau melihat fotonya, dia agak kesulitan mencari tahu peristiwa apa itu. Bahkan dalam kepalanya cuma ada kekaburan tidak jelas. Tapi, ada suara-suara di sana.

Bagaikan ada sekumpulan asap bergumul disekitarnya seolah-olah terasa menghimpit ruang nafas y/n tanpa diberi tanda-tanda. Beberapa bunyi tertangkap masuk dalam pendengaran.

Sirine ambulans, juga polisi. Diiringi beberapa teriakkan orang-orang dari kejauhan. Suara-suara tersebut lah yang bisa y/n identifikasi sejauh ini.

Mata kembali terbuka, bibirnya bergerak menarik kesimpulan, "Apa Ran mati karena kecelakaan?"

Hai

Semoga suka

See u to next chapter

TBC

☆ ☞ ⭐

Ilustrasi Chewy si tupai:

Ilustrasi Chewy si tupai:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
WonderwaLL || Rindou Haitani x ReadersWhere stories live. Discover now