•18• King

419 64 6
                                    

___ W O N D E R W A L L ___

Himpunan rumah-rumah selayaknya di dunia, berjejer rapi menuruni bukit tempat di mana Rindou berdiri usai tragedi di dorong paksa beberapa detik lalu yang menimpanya tanpa aba-aba.

Sejauh mata memandang, jalanan menurun ke arah titik yang Dia yakini sebagai pusat kota, cukup menahan emosi Rindou sekarang. Awalnya ia ingin marah, melampiaskan kekesalannya karena diseret paksa agar kesini, dengan segala macam sihir aneh mirip di film fantasi yang pernah dia tonton.

"Kuucapkan selamat datang di Edrea. Di sini kau tidak akan melihat seorang gadis, karena seluruh penghuninya adalah pria." Jelas Rania singkat.

Dia melemparkan jubah berwarna agak gelap kepada Rindou, kemudian mendahului anak itu, turun ke arah pusat kota.

"Ras Edrea dan Auristela sangat benci manusia. Jadi pakai lah itu. Jangan banyak protes, aku benci bacotan yang tidak berbobot dari mulutmu."

"Ck, untuk apa membawaku kesini?? Merepotkanku saja." Protes Rindou masih tetap mengekori Rania sambil menatap sekelilingnya.

"Tentu saja untuk menyelamatkan istrimu, bodoh!! Sekali-kali jadi lah suami yang baik. Beruntung kau tinggal di bumi, kalau kau tinggal di sini. Sifat laknatmu itu justru akan membuatmu menderita."

"Aku tidak pernah menganggapnya istriku! Dia beban, aneh, pembawa sial dan abnormal." Keluh Rindou jutek.

"Ya ampun, aku paling benci berhadapan dengan tipe orang sepertimu. Biar kuberitahu satu hal, kalau saja y/n lahir sebagai keturunan murni, manusia lemah sepertimu tidak akan sebanding dengannya."

Rindou hanya ber-oh ria. Dia merasa bodoh amat dengan segala pembelaan yang Rania lontarkan tentang gadis aneh yang beberapa saat terakhir ini tidak pernah dia temui.

"Memangnya jika hal itu terjadi, siapa laki-laki yang mau dengannya?? Mereka pasti akan berpikiran sama denganku. Wanita aneh seperti y/n adalah hal yang paling pria benci." Rindou mengutarakan segala ocehan randomnya selama kaki mereka terus berjalan lebih dekat ke arah kota.

Rania berhenti sejenak, dia menciptakan sesuatu dengan sihirnya.

Seekor burung raksasa muncul di hadapan Rindou. Seperti Elang, tapi rupanya sedikit berbeda.

"Naik lah!!" Tegas Rania.

Rindou mengikuti perintah itu. Usai menaikinya, hewan tersebut perlahan naik dan mulai terbang ke arah bangunan paling besar di sana.

Bangunan yang di dominasi keemasan, dan ukuran halaman teramat besar, bahkan melebihi ukuran lapang sepak bola. Sepertinya 20 kali lebih besar dari itu.

"Hei kau belum menjawab pertanyaanku." Tutur Rindou lagi.

Rania menatap datar sang pemberi pertanyaan dan tetap fokus ke arah depan.

"Jika saja dia terlahir murni ... Seharusnya dia menikahi sang penguasa Edrea. Hanya saja ratu dari ras kami melakukan kesalahan fatal, dan merusak tradisi kami." Jawab Rania dengan suara pelan.

Rindou termangu. Dirinya sedikit kaget mendengar pernyataan barusan.

"Seingatku dia pernah bilang, kalau dia tidak punya pasangan hidup. Apa karena raja menolaknya?"

Rania kembali berbalik, melirik Rindou dengan bahu terangkat tanda tak tahu.

"Aku tidak tau soal itu, tanyakan pada y/n sendiri. Itu pun kalau kau masih punya kesempatan."

"Maksudnya??"

Rania tak menjawab pertanyaan barusan. Dirinya justru bergegas turun dari atas tubuh hewan raksasa yang mereka naiki. Rindou lagi-lagi mengikuti apa yang Rania lakukan. Perjalanan mereka memang tidak sampai semenit lamanya. Burung itu terlalu cepat melewati banyaknya awan, bahkan Rindou saja tidak menyadari bahwa mereka sudah tiba di istana.

WonderwaLL || Rindou Haitani x ReadersWhere stories live. Discover now