•6• Bekal

515 118 14
                                    

_____W O N D E R W A L L_____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_____W O N D E R W A L L_____

Kepala tertunduk penuh frustasi. Ini sudah berlangsung sepuluh menit yang lalu. Pelakunya sudah jelas, si  perempuan abnormal. Sedari tadi dia seakan tak kunjung lelah membujuk Rindou agar mengizinkannya tidur seranjang.

Alih-alih mengizinkan, Rindou malah memaksa y/n tidur di sofa. Tak sudi rasanya.

"Kita kan suami istri. Jadi tidur seranjang sangat diperlukan." Ujar y/n di depan kamar.

Rindou terus mengacangi. Merasa ngantuk, pintu besar warna coklat ditutupinya kuat-kuat. Pundak terhentak paksa melihat tindakan sang suami, membuat y/n  berjalan sadrah ke tempat tidur sempit miliknya di lantai bawah.

Menciptakan bantal dan selimut dari sihirnya,  ia mencoba mengikuti Rindou. Capek juga rasanya karena terus berusaha bunuh diri. Terlebih mengingat tragedi sejam lalu, nyeri di bahu sang puan muncul dan terasa begitu menusuk sendi.

Meski tak bisa mati, bukan berarti y/n tak bisa terluka. Munculnya memar di kaki dan tangan, bagaikan jadi saksi mata atas pernyataan tersebut.

Seakan tidak puas menyaksikan perutnya terus tertusuk pisau tadi. Rindou tetap mendesak y/n agar terus menyakiti diri sendiri.

Bahkan saat murkanya telah mencapai puncak, suaminya justru menghantamkan benda tumpul pada raga y/n.

Ingin dendam pada Rindou, namun hati tak memberi persetujuan. Jika itu terjadi, Rindou pasti akan kesakitan hebat. Permasalahannya bukan pada ganjaran tersebut, melainkan rasa sakit itu sendiri.

Manusia biasa tak akan pernah mampu menahan perih dari hukuman yang dimaksud Rania pada surat pemberiannya di awal hari. Kemungkinan terbesar adalah dihampiri kematian.

Bila Rindou mati, otomatis y/n juga. Seperti aturannya kan.

°°°

Gemericik air keran tercipta hasil dari kesibukan y/n membersihkan bahan makanan untuk Rindou pagi ini. Bernyanyi ria, dia berjalan bolak-balik mengecek daging di wajan, lalu kembali memotongi rempah-rempah yang telah dicuci.

Resep orang bumi tidak lah sesulit dari dunianya. Berbekal membaca dari internet subuh tadi, y/n mencari tahu apa itu cabe, lengkuas, tomat dan sejenisnya. Bahkan karena tak paham dengan semua penjelasan dari ipad milik Rindou. Y/n terpaksa bertelepotarsi ke Italia, dan Australia. Bahkan sempat-sempatnya dia singgah ke New York untuk menemui Ina Garten, chef terkenal di sana. Ya ... Meski wanita itu harus kehilangan ingatannya karena dihapus oleh y/n sendiri.

Menatap penuh kepuasan atas seluruh menu masakan miliknya. Dia buru-buru naik ke lantai atas, tepat di kamar Rindou.

"Rin!! Aku sudah memasakkanmu sarapan." Sahut y/n masuk seenak jidat.

Rindou berdesis, lalu menyahut singkat.

"Hm."

Tatapan menyerana dari si gadis aneh terlempar saat melihat lekuk tubuh suaminya. Lagi-lagi tatto di sana membuatnya terkagum-kagum. Rindou sadar akan lirikan y/n.

"Keluar sana!!"

"Ehehe oke-oke aku keluar." Cengengesan kecil, dia pergi dari kamar Rindou.

Mendengar dentuman pintu, sang suami kembali fokus memakai pakaian formal miliknya.

Semalam, setelah dia berdebat dan mencaci maki si gadis abnormal, Rindou membuat kesepakatan agar dirinya tidak merasa terganggu atas kedatangan y/n kedalam hidupnya.

Beberapa syarat harus y/n patuhi agar kelak Rindou mau mengizinkan perempuan itu bisa kembali menghisap lehernya demi kelangsungan hidup.

Salah satu aturannya adalah mereka tidak boleh tidur seranjang.

Melangkah turun ke ruang tamu, dari dapur sang gadis abnormal memanggil namanya.

"Rindou!! Jangan pergi dulu!! Aku sudah masak untukmu." Ujar y/n panik, dan buru-buru berlarian menghampiri pria berpakaian rapi tengah berdiri di depan sofa.

"Makan saja sendiri. Aku tidak ada waktu meladeni masakanmu." Tolak Rindou tegas.

"Bagaimana jika kau bawa saja ke kantor." Bujuk y/n enggan menyerah.

"Lama."

Ting

Sejentik jari y/n seperti menyanggah keluhan Rindou. Seluruh makanan buatannya pagi ini, sudah terkemas rapi dalam tas berukuran sedang dalam hitungan detik.

Menyerahkan bekal pada suaminya y/n tersenyum singkat.

"Jika ingin kubuatkan makan malam, hubungi aku. Oke?"

"Aku tidak akan pulang lima hari ke depan."

Mendengar penuturan Rindou, y/n beralih panik, "Lalu darahmu bagaimana?? Sudah mau seminggu aku belum minum itu."

Memijat pangkal leher, dia melenggang pergi sembari membawa bekal pemberian y/n, "Datang ke kantorku malam ini." Sahut Rindou datar tanpa menghentikan langkahnya.

Hai

Semoga suka

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian⭐

WonderwaLL || Rindou Haitani x ReadersWhere stories live. Discover now