Bab 01 : Pangeran Kecil dan Bintang Kesepian

2.2K 219 4
                                    

Xiao Zhan beristirahat setelah mengantarkan beberapa paket yang ditugaskan padanya hari ini. Karena sudah waktunya makan siang, dia berhenti di bangku kecil dan memesan semangkuk mie di kaki lima.

Ia lahir dan dibesarkan di pedesaan oleh Neneknya. Karena kurangnya ketersediaan pekerjaan di tempat kelahirannya, ia datang ke kota besar Beijing untuk mencari pekerjaan dengan gaji yang layak. Untungnya saat dia melamar ke Delivery Service Center, dia langsung diterima bekerja.

Ia bukanlah lulusan dari suatu perguruan tinggi manapun, makanya ia senang atas kesempatan yang diberikan kepadanya.

Sambil makan semangkuk mie dengan lahap, dia tiba-tiba teringat untuk video call dengan Paman Li–nya.

"Paman Li!" Dia menyapa. "Terima kasih atas kerja kerasmu Paman Li. Maaf membuatmu datang jauh-jauh ke rumahku. Tolong biarkan aku melihat Nenekku."

Dia melihat Paman Li–nya menggeser ponsel dan menghadapkannya ke wajah neneknya.

"Nenek! Nenek, ini aku!" Katanya sambil tersenyum. "Dapatkah kau melihatku?"

Suaranya mulai meninggi karena Neneknya memiliki masalah pendengaran. Jika kau seorang pejalan kaki yang tidak sengaja mendengarnya berbicara, kau dapat segera mengidentifikasi bahwa dia memiliki dialek dan aksen yang bukan milik kota besar Beijing.

"Aku tidak kembali! Ponsel... aku sedang berbicara denganmu dari ponselku, Nenek." Dia mendekatkan wajahnya ke layar ponselnya agar Neneknya bisa melihat dengan jelas, "Paman Li, maaf telah mengganggumu untuk membantu nenekku video call. Paman Li, terima kasih! Terima kasih!"

Dia berhenti sejenak dan memanggil Neneknya sekali lagi sambil melambaikan tangannya, "Nenek! Di sini! Lepaskan tanganmu, nenek! Lepaskan tanganmu!"

"Sungguh berisik! Apakah kau tidak bisa membiarkan orang-orang tidur?!" Teriak dari salah satu penghuni apartemen di belakangnya.

Xiao Zhan terdiam sejenak dan kembali menatap Neneknya lalu memberi isyarat untuk melepaskan tangannya sambil tersenyum. Ponsel agak miring ke sisi lain dan dia tidak bisa melihat Neneknya dengan jelas.

"Paman Li, maaf.... Ponselnya agak miring. Maukah Paman menyesuaikan ponselnya untukku? Dan tolong beri tahu nenekku untuk tidak menutup kamera dengan tangannya. Terima kasih, Paman Li!"

"Nenek! Kau tidak bisa melihatku? Tunggu sebentar." Dia tiba-tiba menyadari bahwa dia masih memakai helmnya sehingga dia segera melepasnya. "Bisakah Nenek melihatku sekarang? Apakah Nenek merindukanku? Rindu aku?"

Dia menatap Neneknya yang tidak bisa mendengar dengan baik sambil membuat wajah imut dan berkata, "Aku bertanya apakah Nenek merindukanku?"

Dia melihat Neneknya tersenyum sambil mengangguk pada pertanyaannya, dan berkata dengan suara yang lebih rendah.

"Lihat dirimu... Nenek, saat Nenek tersenyum, matamu menghilang..." Dia menggigit bibir bawahnya untuk menahan diri agar tidak menangis. Dia melihat Neneknya memberi tatapan bingung, jadi dia bercanda padanya, "Aku bilang... nenek, ketika kau tersenyum, gigimu hilang. Sekarang semua orang tahu kau tidak punya gigi..."

Dia mendengar Neneknya bertanya apakah dia kedinginan, dan dia menjawab bahwa dia tidak kedinginan meskipun sebenarnya di luar sangat dingin, "Aku tidak kedinginan! Jangan khawatir; tidak dingin sama sekali di sini... Aku benar-benar baik-baik saja... Pada akhir tahun, aku menabung untuk membelikan Nenek alat bantu dengar."

Neneknya tidak bisa mendengarnya sama sekali sehingga dia mengucapkan kata-kata itu lagi dengan jelas dan perlahan, "Alat bantu dengar! Saat Nenek memakainya, Nenek akan dapat mendengar ketika orang lain berbicara. Alat bantu dengar..." sambil menunjuk telinganya. "Telinga yang ini... apa Nenek melihatnya?"

The Little Prince's Lonely Star (Terjemahan)Where stories live. Discover now