prolog

1.9K 198 62
                                    

Sebuah mobil Audi A6 berwarna putih berbelok ke pelataran parkir sebuah bangunan SMA di kawasan elit Jakarta, dan berhenti tepat di samping pos satpam.

Yoshi tampak keluar dari pintu pengemudi, dia bergegas membukakan pintu untuk Yedam, yang tadi duduk di sampingnya.

"Tungguin, jaket gue ketinggalan."

Yoshi mengangguk, dia kembali menunggu Yedam yang sekarang sedang mengambil jaketnya dari jok belakang.

"Udah?"

Yedam mengangguk sembari mengenakan jaketnya, dia mulai melangkah masuk ke halaman sekolah, diikuti Yoshi dengan beberapa anak yang menatap kagum ke arah mereka.

Yedam dan Yoshi begitu populer di sekolah ini karena mereka merupakan anak-anak dari donatur terbesar dan paling berpengaruh bagi sekolah ini.

Mereka berdua selalu datang bersama, pulang bersama, dan selalu ada di kelas yang sama, termasuk tahun ini, saat mereka naik ke kelas 12.

Dulu, mereka selalu mengenyam pendidikan dari guru-guru berkualitas yang dipanggil oleh para orangtua mereka ke rumah.

Tidak sekalipun mereka pernah menginjakkan kaki ke tempat bernama sekolah. Hingga 2 tahun lalu, Yedam mendadak merengek untuk masuk ke sekolah formal setelah menonton High School Musical.

Kecuali kenyataan kalau mereka menjadi pusat perhatian, Yedam cukup menyukai sekolah ini. Gedung sekolah mereka terdiri dari beberapa bangunan utama yang tertata rapi dan dikelilingi pepohonan hijau.

Sangat nyaman dan tentunya, aman.

Yoshi membiarkan Yedam berjalan lebih dulu, dia sedang memerhatikan langkah kecil-kecil Yedam saat melihat seorang anak laki-laki sedang berlari dengan kecepatan penuh ke arah mereka, yang tampak dikejar oleh temannya.

Dalam waktu sepersekian detik, Yoshi langsung bergerak pindah ke samping Yedam, membiarkan dirinya sendiri yang tertabrak anak laki-laki tadi.

"Woy, kalo punya mata tuh dipake!" teriak Yoshi pada anak laki-laki yang hampir saja menabrak Yedam.

"Eh, iya sorry sorry!" jawab anak itu sekenanya, lalu segera menghilang ke koridor lain, takut akan tatapan tajam yang diberikan Yoshi padanya.

"Ssst.. masih pagi, nggak usah marah-marah." kata Yedam yang menepuk bahunya dari samping.

Yoshi menghela napasnya dan tersenyum tipis. "Tapi lu gapapa, kan?"

Yedam langsung mengangguk meyakinkan, dia baru saja akan melanjutkan langkahnya ketika Yoshi menarik pergelangan tangannya.

"Lu tuh emang nggak bisa dibiarin sendiri."

Yoshi segera menggenggam tangannya untuk berjalan berdampingan sementara Yedam hanya cemberut mendengarnya.

Semua anak perempuan yang menyaksikan adegan tadi memekik tertahan, terpesona akan perlakuan manis Yoshi kepada Yedam, dan kenyataan bahwa dia melakukannya dengan sangat natural.

Yoshi sendiri menganggapnya refleks: kakinya sudah bergerak, bahkan sebelum otaknya memerintahkan.

~~~^^~~~

"Ayo masuk." kata Yoshi sambil membukakan pintu kelas baru mereka, 12 IPA 2, dan membiarkan Yedam masuk terlebih dahulu.

Yedam mulai memandang sekeliling, hampir semua teman sekelasnya sudah datang dan duduk di bangku masing-masing.

Sambil menghela napas, Yedam menatap kertas pembagian tempat duduk di tangannya, dia sebenarnya tidak menyukai ide pembagian tempat duduk oleh sekolah ini.

I For You - [harudam]Where stories live. Discover now