chapter 1

1.1K 183 39
                                    

"Eh, Yoshi. Udah sarapan?"

Yoshi mengangkat kepalanya dan mendapati Taeyang sedang menuruni tangga, pria berusia pertengahan empat puluh itu tampak gagah seperti biasanya.

"Belum, Om." Yoshi menyunggingkan senyum malu-malu. Kedua orangtuanya sedang melakukan perjalanan bisnis ke Jepang, dan dia tidak suka sarapan sendirian di rumahnya.

Taeyang balas tersenyum. "Ayo, sarapan bareng."

Sedari kecil, Yoshi memang biasa dititipkan di sini, dan dia sudah menganggap Taeyang seperti Ayahnya sendiri.

"Nggak ada yang terjadi sama Yedam kan di kelas baru?" Taeyang memulai pembicaraan sementara para pelayan menyiapkan sarapan mereka.

"Nggak ada apa-apa kok, Om." jawab Yoshi yang kemudian teringat sesuatu, "Tapi--"

"Tapi?"

"Di kelas kami ada satu anak dari keluarga yang kurang mampu, namanya Haruto."

Taeyang mengangguk-angguk mendengar laporan Yoshi, karena dia sudah sangat terbiasa melaporkan segala sesuatu yang berkaitan dengan Yedam.

Bahkan, hal itu seperti sudah menjadi kewajiban bagi Yoshi selama tujuh belas tahun hidupnya.

"Oh, iya? Kalian sekelas?" Taeyang tampak berpikir, "Rose nggak bilang apa-apa."

Rose adalah Kepala Sekolah SMA sekaligus teman baik Taeyang. Saat Yedam merengek ingin masuk sekolah formal, Taeyang setengah mati menolaknya, tapi akhirnya dia menyanggupi dengan syarat mereka harus masuk ke sekolah itu.

"Pagi, Ayah.." sapa Yedam yang menghampiri mereka dengan wajah cerah, lalu segera duduk di hadapan Yoshi. "Pagi, Yoshi.."

"Pagi juga, Yedam.." balas Yoshi sambil tersenyum, dia senang melihat Yedam yang memulai harinya dengan ceria.

"Lagi ngobrolin apa?" tanya Yedam saat dia menyendok sarapan favoritnya, bubur nestle rasa kacang hijau ke mulutnya.

Karena mereka tidak langsung menjawab, Yedam memicingkan matanya. "Ngomongin aku, ya?"

Taeyang tersenyum. "Jelas dong. Anak Ayah yang paling manis begini, sayang kalo nggak diomongin."

Bibir Yedam mengerucut sementara Yoshi hanya terkekeh mendengar gurauan Taeyang.

"Kalo ada apa-apa di sekolah, kasih tau Ayah ya." kata Taeyang sambil memerhatikan putra kesayangannya yang sedang sibuk menyuap bubur ke mulutnya.

Yedam mengangguk, "Walaupun aku nggak bilang, Yoshi pasti laporan, kan?"

~~~^^~~~

Saat ini, semua anak 12 IPA 2 sudah berada di luar kelas untuk mengikuti pelajaran olahraga. Semuanya asyik mengobrol di tengah lapangan basket sambil menunggu guru, kecuali Yedam dan Yoshi.

Mereka berdua sedang duduk di bangku taman pinggir lapangan sambil menatap layar iPad yang dipegang oleh Yoshi. Bahkan, Yedam tidak tampak repot-repot mengenakan seragam olahraganya.

Haruto yang sedang melemaskan otot kakinya tanpa sengaja melihat pemandangan itu dan menggeleng tidak habis pikir. Orang kaya seperti mereka benar-benar angkuh dan menyebalkan.

Ingatannya tentang kejadian kemarin segera membuat Haruto menggerutu, seumur hidupnya, baru kali itu dia merasa sangat terhina.

"Si Yedam katanya dari kelas 10 nggak pernah ikut olahraga, lho."

Walaupun tidak berniat mendengarkan, tapi Haruto bisa mendengar suara Giselle, teman sekelasnya, yang sedang dalam mode menggosip dengan Gaeul.

"Sok tuan muda banget nggak sih?" lanjut Giselle dengan nada penuh rasa iri.

I For You - [harudam]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora