chapter 6

659 110 23
                                    

Yedam mendorong pintu perpustakaan dengan pelan, lalu mengintip ke dalam. Setelah tadi memohon-mohon kepada Yoshi, akhirnya dia bisa kembali lagi ke sini.

Sambil menatap sekeliling, Yedam tidak menemukan Haruto di manapun. Yedam melangkahkan kakinya ke rak buku-buku fiksi, mengintip lorong di kiri dan kanannya yang sepi.

Perpustakaan ini persis labirin, tapi tanpa sengaja, Yedam menemukan sosok Haruto yang sedang berjalan dari balik rak buku antropologi.

Yedam diam-diam mengikuti Haruto yang berbelok ke rak buku astronomi, mengamati buku-buku itu, lalu menariknya satu dan duduk di lantai.

Cahaya matahari yang menelusup dari dedaunan di jendela membuat pemandangan itu semakin terasa indah baginya.

Sudut bibir Yedam perlahan terangkat, Haruto yang sedang tenggelam dengan bukunya selalu menarik untuk dilihat.

Sikapnya yang tidak peduli pun seperti memikatnya.

Selama ini Yedam selalu dilindungi oleh Yoshi, selalu dijaga dari hal-hal yang mungkin berbahaya.

Tapi tidak saat bersama Haruto, dia membuat Yedam merasa seperti remaja normal pada umumnya.

~~~^^~~~

Beberapa menit kemudian, Haruto memijat lehernya yang pegal saat menyadari kehadiran seseorang di balik rak buku, berdiri diam sambil mengintip.

Haruto hampir saja mengira bahwa Yedam itu sebangsa makhluk halus, "Lu ngapain sih berdiri di situ? Bikin kaget aja."

Tiba-tiba matanya terpaku pada apa yang dikenakan Yedam. "Kenapa lu pake itu?"

Yedam menatap jaket varsity longgar yang dikenakannya, lalu menatap Haruto seolah tidak ada yang terjadi. "Emang kenapa? Nggak boleh?"

Haruto sebelumnya tidak pernah menganggap jaket varsity miliknya itu jelek hingga sekarang Yedam yang mengenakannya. Jaket itu mendadak terlihat sangat kotor dan tidak pantas. "Lepasin."

"Nggak mau." Yedam menggeleng, lalu memeluk tubuhnya sendiri. "Gue suka wanginya."

Haruto masih belum bisa bernapas normal karena kata-kata Yedam barusan membuatnya seperti tersengat listrik.

Yedam memberikan cengiran, dia melangkah keluar dari tempat persembunyiannya, lalu duduk di sebelah Haruto. "Lagi baca apa?"

"Big Bang Theory." Haruto menunjuk sampul bukunya, lalu menatap Yedam heran. "Lu kenapa ke sini lagi? Nggak dilarang sama pacar lu?"

"Nggak tuh."

Tanpa memedulikan wajah bingung Haruto, Yedam ikut memerhatikan buku yang dipegangnya. "Tentang apa?"

Haruto menghela napasnya. "Lu tau Big Bang, kan? Itu salah satu teori dari alam semesta."

Alih-alih menjawab, Yedam malah menggeleng, sama sekali tidak tahu apa yang sedang Haruto bicarakan.

"Lu nggak pernah belajar apa gimana, sih?" tanya Haruto akhirnya.

"Pernah." jawab Yedam, "Tapi nggak inget."

Haruto mengernyit, "Kenapa?"

"Dari kecil, gue nggak boleh mikir banyak-banyak. Jadi, gue belajar sebisa gue aja."

Ucapan Yedam sukses membuat Haruto terperangah. Menurutnya, orang-orang kaya ini semakin lama dikenal, semakin tidak masuk akal.

Setelah tidak biasa berjalan kaki, sekarang dia tidak biasa belajar?

"Tapi, gue tertarik sama bintang." kata Yedam dengan mata berbinar. "Saking sukanya, Ayah bikin langit-langit kamar gue berbintang."

"Oh iya?" tanya Haruto tiba-tiba ingin tahu.

I For You - [harudam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang