chapter 4

800 142 50
                                    

Haruto melirik ke samping, tempat di mana Yedam sedang asyik menggambar pada buku sketsanya. Sebenarnya, dia masih merasa risih setiap kali Yedam memerhatikannya.

Tapi, pada saat-saat Yedam sibuk dalam dunianya sendiri, Haruto jadi bisa bergantian memerhatikannya. Dan sejak Yedam ada di sini, dia tidak pernah lagi bisa berkonsentrasi penuh pada bukunya.

Sekarang, Haruto sedang mencoba metode baru untuk berkonsentrasi, dia berusaha menghipnotis dirinya sendiri, bahwa dia sedang berada di pinggir lautan.

Tidak ada siapapun, hanya dia, bukunya, dan laut yang terbentang. Haruto menarik napas panjang, tapi alih-alih menghirup aroma laut, dia malah mencium aroma sampo Yedam.

Haruto akhirnya berdiri, dia tidak tahan lagi, dan harus mencari tempat baru kalau tidak mau berakhir gila di sini.

"Mau ke mana?" tanya Yedam saat menyadari Haruto yang sudah berdiri.

"Nyari buku lain." dusta Haruto.

Menyangka bahwa Haruto akan kembali lagi, Yedam mengangguk dan melanjutkan sketsa bangunannya. Sementara Haruto sendiri sudah buru-buru berjalan ke rak paling belakang, menjauhi keramaian.

Sambil menghela napas lega, Haruto akhirnya duduk di lantai. Bukannya dia tidak suka berada di samping Yedam, tapi entah mengapa rasanya terlalu berat.

Seperti melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.

Haruto ada di sekolah ini bukan untuk bermain-main, dan dia tidak akan membiarkan penghalang apapun muncul di jalannya, termasuk Yedam.

~~~^^~~~

Yoshi tersenyum kepada Lisa, Ibu penjaga kantin yang sudah lama dikenalnya.

"Yedam mana?" tanya Lisa heran saat melihat Yoshi yang tampak santai-santai saja.

"Di perpustakaan, Bu.." jawab Yoshi, membuat Lisa mengangguk.

Yoshi baru mau mengambil air mineral saat menyadari sesuatu, dia menunjuk tumbler berwarna hitam di dalam lemari pendingin yang dia titipkan pada Lisa sejak kelas 10. "Bu, ada yang buka-buka ini?"

Lisa tersenyum gugup, "Tadi ada anak yang hampir buka, tapi saya langsung cegah. Sesuai permintaan kamu."

Yoshi menarik tumbler itu ke luar, lalu membuka tutupnya. Semuanya memang masih ada di sana tanpa kurang suatu apapun. Tapi tetap saja, dia sangat khawatir saat melihat tumbler itu berpindah tempat.

"Maaf ya, Yoshi."

"Gapapa kok, Bu." Yoshi akhirnya meletakkan tumbler tadi ke pojok belakang, lalu menutupinya dengan belasan botol minuman soda.

"Bu, udah laku berapa rotinya?"

Yoshi menoleh saat mendengar suara seseorang di belakang, tatapannya beradu dengan seorang anak laki-laki sederhana yang berdiri di depan keranjang roti.

Terlalu terkejut melihat Yoshi di dalam kantin, Junghwan tidak sengaja menyenggol keranjang sehingga rotinya jatuh berhamburan ke lantai.

Junghwan segera memungut roti-roti tersebut, mengutuk dalam hati karena dia sudah bersikap norak. Saat sedang mengembalikan roti-roti ke dalam keranjang, dia bisa melihat sepasang tangan lain ikut membantunya.

"Nggak usah repot-repot, Kak."

Junghwan merebut roti dari tangan Yoshi, lalu segera bangkit dan meletakkan keranjang roti itu kembali ke meja.

"Rotinya udah laku empat puluh. Lumayan, kan?" jawab Lisa sambil terkekeh melihat adegan tadi di depannya.

Junghwan mengangguk sambil tersenyum, lalu iseng melirik ke arah Yoshi yang ternyata masih menatapnya juga.

I For You - [harudam]Where stories live. Discover now