chapter 8

541 101 26
                                    

"Gue bener-bener kaget banget pas tadi liat Kakak." Pertandingannya sudah berakhir dan Junghwan berhasil memenangkannya dengan gemilang.

"Kan gue udah janji buat dateng."

Junghwan mengenakan sabuk pengamannya sambil melirik Yoshi yang menyalakan mesin mobilnya, dan mulai fokus pada jalanan.

Junghwan pikir, kata-kata Yoshi saat latihan terakhir kemarin hanya sekedar basa-basi.

"Haruto udah cerita sama lu belum?" tanya Yoshi, membuka topik pembicaraan.

Junghwan menggeleng, "Cerita apa?"

"Cerita kalo dia sama Yedam udah pacaran?" tanya Yoshi lagi.

"HAH?" teriak Junghwan, "Kak Haruto pacaran sama Kak Yedam?"

Yoshi terkekeh sambil mengangguk.

"Tapi.." Junghwan masih tidak mengerti, "Kak Yoshi yakin nggak apa-apa?"

Yoshi baru akan menjawab saat ponselnya yang terpasang di dashboard bergetar. Wajahnya berubah pucat saat mengenali nomor yang muncul, dia segera menepikan mobil, lalu mengangkatnya.

"Halo?" Yoshi menjawab dengan was-was. "Oh, oke. Saya ke sana sekarang."

Setelah memutuskan sambungan, Yoshi menghela napas lega. Dia bersyukur karena itu bukan telepon seperti dugaannya.

"Kenapa, Kak?" tanya Junghwan cemas.

Yoshi menggeleng, "Gue harus ke suatu tempat dulu. Lu mau ikut?"

Walaupun tidak tahu ke mana Yoshi akan pergi, tapi Junghwan langsung mengangguk.

Sebenarnya, Junghwan juga tidak ingin cepat pulang. Dia ingin selamanya bersama Yoshi seperti ini, berdua saja.

Lagi-lagi, Junghwan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

~~~^^~~~

"Kakak sakit?" tanya Junghwan begitu mereka masuk ke dalam lorong sebuah Rumah Sakit.

Mereka sekarang berada di depan sebuah ruangan di mana terdapat beberapa ranjang pasien yang kosong.

Yoshi tersenyum. "Nggak, tenang aja."

"Eh, Yoshi. Baru dateng?"

Seorang perawat wanita dengan nametag Irene yang tersemat di dadanya menghampiri mereka sambil tersenyum.

"lya, Sus.." Yoshi mengeluarkan sebuah kartu dari dompet dan menyodorkannya pada Irene. "Kali ini siapa?"

"Anak kecil, pendarahan di perut." jawab Irene sambil meletakkan kartu itu ke atas meja, lalu menyadari kehadiran anak laki-laki lain di ruangannya.

"Siapa?" Irene menunjuk ke arah Junghwan, lalu melirik Yoshi penuh arti. "Pacar, ya?"

"Ah, saya Junghwan." kata Junghwan yang segera memperkenalkan dirinya.

Alih-alih menyangkal, Yoshi malah tersenyum sambil menggulung lengan cardigannya. Junghwan yang tadinya mau menjawab, malah bingung melihat reaksi Yoshi yang biasa saja.

"Dia butuh berapa kantong, Sus?" tanya Yoshi, seperti tidak keberatan dengan kata-kata Irene sebelumnya.

"Butuhnya cuma satu, kok. Nggak apa-apa kan, ya?" tanya Irene sambil membawa alat-alat medis dan duduk di samping Yoshi.

"Iya, terakhir kali udah tiga bulan lalu."

Sementara Irene mengecek kadar hemoglobin-nya, Yoshi melirik Junghwan yang masih tampak kebingungan.

"Bentar ya, Hwan.. Lu duduk dulu aja."

Junghwan mengangguk, lalu duduk di kursi depan meja Irene. Matanya terpaku pada kartu donor Yoshi yang ada di meja.

I For You - [harudam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang