chapter 5

597 110 27
                                    

"Kiri, Pak!" Haruto menyetop angkot dan melompat ke luar untuk turun.

Yedam sendiri sedang menunduk untuk keluar dari angkot, tangannya refleks terulur, meminta untuk dipegang.

Sekilas, Haruto bisa melihat titik menghitam pada punggung tangan Yedam. Mungkin, tadi dia terbentur sesuatu.

"Perlu gelar karpet merah juga nggak?" ledek Haruto, tapi dia tetap menyambut jemari lentik milik Yedam dan membawanya turun.

Saat memegangnya, Haruto menyadari bahwa tangan Yedam terasa begitu rapuh. Rambutnya yang halus pun sudah mulai basah oleh keringat.

Mendadak, Haruto jadi teringat perkataan Yoshi untuk menjaga Yedam. Anak laki-laki itu mungkin akan memukulnya kalau melihat keadaan Yedam seperti ini.

"Rumah lu yang mana?" Pertanyaan Yedam membuat Haruto tersadar dan melepas pegangannya.

"Masih jauh."

Yedam dengan patuh mengikuti Haruto melangkah menuju sebuah gang dari jalan utama, terik matahari menyengat kulitnya hingga membuat kepalanya terasa sedikit pening.

Selama beberapa saat tidak mendengar apapun, Haruto menoleh dan mendapati Yedam berada jauh di belakangnya, tampak kelelahan.

"Hadeh, yang bener aja.." Haruto menghela napasnya kemudian berbalik untuk menghampiri Yedam.

Melihat wajah Yedam memerah dan keringat yang sudah membanjirinya. Mau tidak mau, Haruto merasa kasihan.

Tapi, bukan berarti dia harus menggendong Yedam, kan?

"Haruto, sorry.." kata Yedam sambil terengah-engah. "Jalannya boleh pelan-pelan, nggak?"

"Lu nggak biasa jalan?"

Yedam menggeleng, "Nggak sejauh ini."

Sebenarnya, Haruto tergoda untuk mengatakan bahwa perjalanan ini belum seberapa, tapi dia memilih diam.

Yedam tampak benar-benar kelelahan, jadi Haruto memutuskan untuk membuka ransel dan mengeluarkan jaketnya.

Setelah menatap ragu selama beberapa saat, Haruto memakaikan jaket itu di atas kepala Yedam.

Yedam hanya bisa terpaku, dia tidak menyangka bahwa Haruto akan meminjamkan jaket untuk melindunginya dari terik matahari.

"Kenapa? Lu nggak suka dipinjemin jaket sama orang miskin?" tanya Haruto.

Yedam langsung menggeleng. "Gue suka, kok."

"Lu jalan duluan aja, gue di belakang." kata Haruto.

"Nggak apa-apa, nih? Gue jalannya lambat."

Haruto mengangguk. "Selambat apapun lu jalan, bakal gue ikutin."

~~~^^~~~

Yoshi menatap cemas jam tangannya, dia sudah sampai ke rumah Haruto sejak satu setengah jam lalu, tapi mereka berdua belum juga terlihat.

Yoshi mengeluarkan ponsel dan menekan tombol nomor satu. Telepon tersambung ke ponsel Yedam, tapi tidak diangkat.

Yoshi kembali menatap ke luar pintu, matahari sedang bersinar terik sekarang.

Apa Yedam baik-baik saja?

Apa Haruto menjaganya?

Yoshi jadi merasa menyesal sudah membiarkan Yedam pergi bersama Haruto.

"Kalo segitu khawatirnya, kenapa tadi dibiarin?" tanya Junghwan yang berdiri di hadapannya dengan secangkir minuman.

"Kenapa Kakak biarin Kak Yedam pergi sama Kak Haruto?" Junghwan mengulang pertanyaannya.

I For You - [harudam]Where stories live. Discover now