03. Tentang Tata Surya

156 30 8
                                    

Matahari, walau sendiri ia tetap bersinar terang. Sepakat ?

Pokoknya kalian dituntut untuk sepakat,
Pun Danurdara Tata Surya, ia bersinar dimanapun kakinya beranjak, senyumnya merekah cerah seperti hari libur, dalam situasi apapun Tata tetap menebar senyumnya yang bisa bikin nular, senyum yang ringan dengan deretan gigi lucu berderet lalu pipi tembam yang mengembang keatas menyudut menyimpulkan bentuk manis yang seakan mengajak untuk ikut serta memberi balas senyum walau tak serupa indahnya, secandu itu senyum Tata, terkecuali ke Biru. Senyum itu nggak mempan.

"Pastiin semua program kerja Sekbid yang tadi disampaikan di rapat lo rangkum dengan benar"
"Iya kak"
"Jangan iya iya aja. Jangan sampai rangkuman elo keluar dari topik. Tiga hari lagi sertijab sama mas Badai"
"Iya kak Biru iya.. ya Tuhan..Ini lagi di rangkum kak Biru" Keluh Tata yang baru beberapa hari ini berkutat dengan Biru.

Tempat nongkrongnya beralih. Yang biasanya dia dan Erza cuma kelas-kantin-main-repeat. Sekarang justru lebih produkti, sungguh luar biasa. Hari-harinya dan Erza banyak di habiskan di ruang sekretariat OSIS. Apalagi menjelang serah terima jabatan dengan para pengurus OSIS lama. Tata jadi lebih sering melihat Biru dan omongan dinginnya.

Kali itu ia juga tak luput. Rapatnya baru selesai, bahkan beberapa anggota masih tertinggal, omelan Biru tak kunjung reda. Dengan lawan imbang setangguh Danurdara Tata Surya pula.

"Eh tapi kak Biru, yang harus datang ke party purna jabatan pengurus lama, kak Biru sama Kak Cinta kan kak ?"
"Lo lagi ngerangkum apa inteview ? buruan kelarin" kata Biru menatap sinis,
"Iya iya kak gue kelarin. Bentar" ucap Tata, "Plester mana plester... duhh kena goresan tatapan tajam kak Biru" lanjutnya bergumam yang jadi beralih menuju ke Erza dan Ofar di sudut ruang sekertariat sama-sama sedang membahas revisi proker,

"Apa ?" tanya Erza
"Emm gapapa ma pren..." Tata nyengir
"By the way my good friends, gue masih agak lama. So..,lo jangan balik dulu. Yang koorperatif ya, tungguin sampai gue kelar" ucap Tata. Sebuah permintaan yang kesannya lebih mirip perintah. Ya gitulah kira-kira contoh mahluk Tuhan yang magadir alias manusia nggk tahu diri.
"Tuh lihat Far, gimana gue bisa punya pacar kalau dia semerepotkan ini" keluh Erza ke Ofar yang sudah ketawa semenjak tadi. Ofar ini pokoknya ketawa terus, mentang-mentang dia lebih ganteng kalau pas lagi ketawa.

"Pulang sama kak Ofar aja dek" tawar Ofar. Jelas, Tata punya bayangan bagus kalau dia pulang dengan Ofar. Ya serius aja, karena dia Marska Omar Al-Faruq yang serba maruk akan hal-hal mengagumkan. Lalu sampai dititik sombong mana kalau Tata mau menolak. Mustahil. Dia jelas saja senang bukan main, sampai-sampai kakinya hampir tak nampak ke bumi. Ia terbang, dan juga dijatuhkan begitu saja oleh suara Biru yang memotong.

"Dia balik bareng gue Far. Kita akan ke party purna jabatan pengurus senior"

Tata kesal.
Erza meledek.
Ofar heran.

"Engga sama Cinta lo ?"

Biru diam. Baginya, ucapan yang sudah cukup jelas dan dapat dimengerti tidak perlu diulang-ulangi.

"Repot banget jadi rebutan.. Tenang ya kakak-kakak, nggak usah saling memperebutkan gue" kata Tata memotong, selain karena kepribadiannya yang unik dan penuh rasa percaya diri, itu juga bentuk reaksi Tata menghindari kecanggungan di ruang OSIS "Kak Ofar, tawaran balik barengnya cancel dulu ya. Nggak mau tau juga, kakak udah nawarin. Jadi kapan-kapan Tata ambil tawarannya. Nggak boleh di tarik lagi penawarannya. Dosa kata Obarus" tukasnya berbalas senyum serupa Ofar. Serius mereka cocok.

Final resultnya, Ofar yang mengalah. Biar Biru yang antar onde-onde banyak gaya itu pulang.

"Gue udah pesenin go food kalau lo baliknya kemaleman. Biar nggak lupa makan. Gue balik dulu" Erza yang sungguh dermawan itu pamit, yang tak lama juga disusul oleh anggota OSIS lainnya. Menyisakan para pengurus intinya saja.

Matahari itu pusat orbit yang dikelilingi oleh planet-planet di luar angkasa. Sama seperti Tata, daya pikatnya magis, cara kerja keajaibannya Tata itu bagai matahari. Dia punya titik orbit yang membuat orang-orang disekitarnya selalu tertarik, ingin ngobrol lama. Raka misalnya, dia tiba-tiba menawarkan bantuan tanpa ada yang meminta. Padahal Ardani Raka Bumi ini lebih sering berprinsip 'kalau orang lain bisa, kenapa harus gue'. Anehnya, prinsip Raka tidak bisa disamaratakan untuk Tata.

"Ta, lo kalau capek bilang ya. Biar gue bantu. Atau mau gue suapin Ta ?" tawar Raka, mengambil alih kentang goreng pesanan Erza untuk Tata. Menggeser menjadikannya makanan teritorial.

Ofar berbalik, merapatkan kursinya ketengah diantara Tata dan Raka, proposal proker tebal yang masih hangat dari printer dibawanya untuk menutup, memisah jarak pandang Tata ke Raka yang mulai sempat berbinar, dasar Tata mudah ambyar.

"Ta, ayo istirahat dulu. Kita cari good day. Hari kamu pasti hancur kan karena habis ngelihat Raka dan rayuannya. Ayo kita balikin hari kamu jadi baik lagi"

Sebagai balasnya, Raka mengeluh hebat ke Ofar dia bilang "Elo mah Par Opar. Syirik hati dan dengki aja sama gue. Nggak seneng banget emang lo kalau lihat temen bahagia"

"Bantuin tuh Cinta. Kerjaan dia sama Tata sama aja" Ucap Ofar yang membuat perempuan berhati dingin serupa Biru itu menoleh. Ia sama sekali tak tertarik dengan obrolan manapun sedari tadi. Kalau namanya tak disebut Cinta tidak akan pernah mau ikut campur.

"Nggak usah. Makasih" balasnya dingin.

Toh, Rakapun juga ogah membantu. Dia cuma basa-basi.

"Kak Ofar, kak Cintanya nggak diajak cari good day juga ? biar harinya cerah gitu" bisik Tata

Ofarnya terbahak, "Lain kali dek" balasnya dan berlalu bersama Tata.

"Dek, gimana rasanya jadi sekertaris OSIS" Kata Ofar membuka obrolan mereka di warung depan sekolah. Warung yang harusnya sudah tutup. Tapi karena dia datangnya bersama Ofar, maka penjaga warungnya mau tak keberatan untuk melayani.

"Capek kak, pengen nikahin anak tunggal kaya raya rasanya"

Ya gitu, balasan Tata dengan segala karakternya yang berlebihan banyak tingkah.

Ofar terpingkal

"Sayang banget, kak Ofar anak tunggal tapi engga kaya raya kaya raya amat"
"Ehehe...kak Ofar ah"
"Ya kamu sih. Ditanya juga jawabnya kemana-mana"
"Capek Tata tuh kak, pak ketuanya nggak seramah wakilnya"
"Aduh sorry ya Ta. Maaf banget kalau kak Ofar emang sesempurna ini" tukas Ofar tak mau kalah.
"Mau ngatain, tapi kok fakta"
"Haha..kamu ini dek. Bercanda terus"
"Emang kak Ofar mau diseriusin"
"Ta..." balas Ofar menurunkan intonasinya

"Ehehehe ..santai kak santai, yang bercanda mulutnya aja. Hatinya nggak usah kebawa"

Ofar menggeleng. Tak habis pikir, darimana asal muasalnya mahluk lucu menggemaskan ini bertumbuh.

"Untung ya yang jadi sekertaris I itu kamu yang rame lucu anaknya. Nggak kebayang aja kalau sekertaris I jadinya Cinta".
"Makasih kak Ofar, maaf ya.. gue emang selucu-lucu ini"

Untuk kali kesekian, Ofar kembali mengulas tawa. Kali ini ia sengaja sertai dengan gerak pelan mengacak poni Tata, jurus andalan para lelaki yang sudah kuno tapi selalu saja masih ampuh untuk mendatangkan reaksi deg-degan secara tiba-tiba, apalagi kalau diimbuhi kalimat berupa,

"Gemesin, pengen bawa pulang" ucapnya tenang.

Bawa kak bawa- batin Tata yang berusaha tetap waras dan cool di depan Ofar

Padahal sih ada hati yang jadi tak tenang. Toh, yang diacak pelan adalah puncak kepalanya, tetapi yang berantakan justru hatinya.

Danurdara Tata Surya blushing. Pipinya memerah tanpa bisa ia kendalikan.

Hatinya melemah, dalam perutnya serasa ribuan kupu-kupu berdesak ingin keluar. Sumpah demi apapun, itu bukan efek minum good day. Karena sejauh ia hidup, tak pernah sekalipun selepas minum good day berefekkan seperti ini.

"Dek, kok pipi kamu merah ? kamu nggak apa-apa ?"

Tata heran, bagaimana bisa ia kepergok seperti ini. Belum lagi Ofar sebagai pelaku justru dengan tidak sopannya menanyakan asal muasal timbulnya pipi merah merona. Jelas-jelas itu ulahnya

"Dek kamu baper ?".

Ya menurutmu wahai Ofar ?

The Galaxy - Hwang Minhyun |END✓Where stories live. Discover now