04. Tentang Bintang

124 28 7
                                    

"Ta, gue habis berantem hebat"
Sombong Keano Erza Bintang dengan dagunya yang meninggi mengokohkan kesan sebuah perlawanan lepas ia tuntaskan.

"Lawan apa ?" Tata merespon, jika objek normalnya adalah dengan siapa maka karena dia Keano Erza Bintang objek tanya Tata diubah mengikuti bagaimana Erza sesungguhnya. Seperti Erza yang setiap membeli shampo tidak memperhatikan tulisan dalam kemasan. Dia selalu tidak bisa membedakan antara shampo dan conditioner.

"Kok nggak berbusa ya Ta gue pakai shampo kemarin ?"
"Itu conditioner Erza"

Atau tentang botol berwarna hijau di kamar mandi yang dikira Mojito

"Mojitonya kaya obat kumur nggak sih Ta ?"
"Yang mana ? di toilet ?"
"Hn"
"Astaga Erza..ya itu emang obat kumur"

Danurdara Tata Surya tahu cerita-cerita Erza akan menyurut membawanya kearah rasa terkejut seperti bagaimana jawaban soal kalimat congkaknya menang bertengkar.

"Lawan horden kelas" jawabnya
"Menang ?"
"Aduh ta. Elo harusnya nanya alasan gue berantem sama hordennya dong. Jangan nanya menang apa kalahnya dulu"

Tata mendengus seolah kalimat yang harusnya di permudah justru kian ribut jika itu lawan Keano Erza Bintang.

"Iya oke ..jadi alasannya apa ?"
"Biar dia engga ghosting terbang-terbang terus sih ta"
"Apasih Erza gapaham...Lah... emangnya kenapa kalau dia terbang-terbang. Kan wajar kena angin"
"Ya biar elo nggak kepanasan kan. Ya Tuhan Tata...gue mau ngegombal ini Ta"
"Aduh sorry Za gak relate sih gue. Ulang ya"
"Nggak jadi. Males gue"
"Gausah sok ngambek. Token listrik habis kata tante Ami, sana beliin"
"Lah kan kemarin udah Ta"
"Mana ada ?"
"Loh kan gue kemarin udah isiin pulsa Ta"

Tata hening, mengerut sekilas dahinya memantapkan ingatan tentang cerita tante Ami si mamanya Erza beserta kejadian masuknya voucher pulsa ke nomor tante Ami kemarin.

"Tuhan semesta alam. Erza, pulsa listrik itu beda sama pulsa telepon"
"Oh beda ya"

Danurdara Tata Surya tidak ak.an sesabar ini hidup bersama Keano Erza Bintang jika saja dia bukan sepupu sekaligus sahabatnya sejak 10 tahun lalu.

"Ayo sini berantem aja deh Za sama gue lo" tukas Tata, menggulung lengan bajunya sampai keatas, maju menuju Erza yang meringis dengan tawa-tawa tanpa disertai rasa berdosa itu.

"Stres gue lama-lama Za. Percuma rajin pakai skincare, kalau hari-hari gue dibikin kesel terus sama lo sama kak Biru" Tata menggerutu panjang. Pasalnya Biru yang dingin itu memang sering bikin dia repot.

"Terus kemarin jadinya gimana ke partynya senior ?"
"Nggak jadi, gue dianter pulang. Di cancel kata senior. Emang ya, kak Biru ini uaneh banget" protesnya menebali kalimat aneh beriumbuh huruf u didepannya.

"Kok ada gitu orang kaya dia. Ini gue mau ke Obarus deh rasanya. Nanya ke dia selama belajar di ekskul rohis. Ada nggak sih amalan yang bisa bikin orang aneh yang suka marah-marah jadi diem melempem ke gue"

Erza ketawa meledek habis-habisan Tata, "Jadi lo tuh sekertaris OSIS apa ibu-ibu komplek sih Ta. Marah-marah terus kerjaannya"
"Ya Za, bayangin deh bayangin. Di OSIS sekertarisnya itu ada 2. Tapi apa-apa gue terus yang di suruh-suruh"
"Muka lo muka pesuruh kali Ta"
"Nggak berguna emang ngeluh di elo" omel Tata. Tangannya membuka kotak pensil yang berisikan liptin pink "Kering bibir gue ngomel-ngomel mulu" dia diam. Lalu jadi terpikirkan bahwa "Tuh kan Za"

"Astaga.. apalagi Ta..ngagetin aja sih ah"
"Tuh kan, gue pagi-pagi belum cantokan rambut malah udah ngomel-ngomel mulu ketularan kak Biru"
"Engga sih Ta, Biru tuh nggak galak sebetulnya. Lo kalau nggak kenal dia secara langsung emang gitu. Arah penilaian lo subjektif. Ya kaya kalau lo dengerin tentang gue dari orang lain kan pasti katanya gue premannya sekolah kan. Padahal mah ya lo tahu sendiri gue kaya apa"
"He'em ..kaya preman emang"
"Berantem sini lo sama gue" balas Erza yang pura-pura kesal menggulung lengan bajunya ke atas. Lanjut jadi saling piting memeting dengan Tata.

Sebagai informasi tambahan, Erza dan Tata memang sedekat itu. Pertemanan mereka sudah dimulai dari Sekolah Dasar, dimana dulu perkelahian diantara mereka adalah tentang meledek dengan nama orang tua. Dari sekekanakan itu pertemanan mereka bertumbuh sampai pada titik jika ada yang menyinggung nama orang tua salah satunya maka yang lain ikut keberatan. Orang tua Tata adalah pula orang tuanya bagi Erza. Pun sebaliknya.

"Eh Ta, Cinta cantik ya Ta ?"
"Tapi sorry Za, bukan selera gue" jawab Tata ringan.

Erza kesal, helaan nafasnya jengah. Bertahun-tahun hidup berdampingan dengan Tata si manusia yang pertumbuhannya kian menyebalkan saja.

"Gue nggak nanya selera elo apa bukan Tata"
"Ohh...ya kirain nanya, mau dijodohin ke gue gitu. Kenapa kenapa ? naksir kan lo ?"
"Sulit sih kayanya Ta. Dia kayanya juga ada apa-apanya sama Biru"
"Eh iya deh. Gue juga curiga mereka ada apa-apanya deh Za. Masa iya nggak pernah saling ngobrol, udah gitu kak Cinta ini nggak pernah disuruh-suruh kaya dia nyuruh-nyuruh ke gue deh Za"
"Kalau itu mah gue mencium bau-bau kedengkian lo aja Ta"
"Tuh kan..nggak guna emang ngobrol sama lo"

Percakapan itu berakhir. Ditutup dengan pesan singkat yang masuk ke ponsel mereka masing-masing

"Rapat insidental" baca keduanya bersamaan.

"Tuhan semesta alam. Ini rapat apaan lagi deh"

Hari-hari berat Tata akan kembali.

The Galaxy - Hwang Minhyun |END✓Where stories live. Discover now