25. Gemuruh di Langit Tata Surya

70 19 4
                                    

Marska Omar Al-Faruq adalah contoh pemuda rajin. Prinsip baiknya meniru para pemadam kebakaran ialah pantang pulang sebelum menang kalau baginya, Ofar tak mudah menyerah dalam usahanya meraih hati perempuan, ialah Danurdara Tata Surya. Dia rajin menyempatkan diri datang berkunjung ke rumah sakit ayah Tata dirawat. Senin sore sepulang sekolah dia membawa buah-buahan segar, Selasanya membawa kue-kue manis disertai senyum ramahnya, lalu Rabu dia datang dengan sudah mulai akrab canda gurau bersama ibu dan Fano, anehnya, Biru yang terlibat datang disana merasa terintimidasi dengan gelagat mudah adaptasinya Ofar.

Dia merasa tersaingi tiba-tiba.

"Cooling down Biru" batinnya beradu gemuruh dengan kewarasan. Biru tidak mungkin cemburu kan ?

Buktinya, tangan kirinya masih ditaut erat oleh Cinta disebelah yang juga ikut datang menjenguk.

"Calon menantu udah akrab aja ini sama calon mertua dan kakak ipar" ledek Kajo ke Ofar di lobby rumah sakit selepas menjenguk ayah Tata

Ofar meringis "Doain atuh...pesaingnya berat" katanya, Biru sempat dilirik sekilas

"Saha Far ?" tanya Duan
"Mantannya" kata Ofar ringan,

Biru tak mau menyumbang opini dia kelewat sibuk memisah diri dari Cinta.

"Bi gue ada mau ngomong sama elo" kata Erza
Biru mengiyakan, mengikuti Erza ke rooftop sebagai pamitnya ke para anggota OSIS dia bilang,

"Guys, balik dulu aja ke sekret. Nanti gue nyusul. Ada urusan bentar"
"Wah...pak pres tumbenan" kata Raka meledek,
"Iya deh pak ketua, belakangan ini lebih sibuk kayanya sampai sering cabut duluan setelah rapat" lanjut Kajo.

Biru diam, dia hanya mengacungkan jempol lalu berpesan "Hati-hati kalian"

"Kak Biru juga hati-hati nanti di culik para perempuan ganjen" tukas Sauci
"Elo kali ah Sa" balas Senja.

Balasan saling datang ramai memecah pergi para anggotanya yang Biru lihat punggung-punggung itu menjauh berikut ketawa-ketawanya pula, menyisakan hanya ia dan Erza saja di rooftop.

"Kenapa Za ?"
"Bi, nitip Tata ya" katanya dengan gentle walau cukup berat hati, "Gue rasa dia suka ke elo" lanjut Erza

Biru diam,
Heningnya lama,

Erza dipenuhi tanda tanya,

Dagunya diangkat pelan, rupa bagus yang teduh serupa ubin masjid itu kini konsisten pada garis sinis semula,

"Jangan nitip ke gue terus Za. Lama-lama gue bisa jadi cowok brengsek yang ngingkarin janji" pungkasnya,

"Maksud lo apaan ?" Marah Erza,
Biru beranjak, dia bilang "Tata tahu, gue nggak bisa suka ke dia" balasnya ringan,

Maka percakapan ringan itu diakhiri dengan sebuah pukulan dari Erza, sebuah pukulan tanpa adanya perlawanan. Biasanya Biru tak mudah merelakan diri untuk di hajar, terutama sisi muka, baginya itu aset berharga yang tak boleh terluka atau lebam. Tetapi dengan Erza di rooftop itu dia mengalah, membiarkan rupa bagusnya dihiasi lebab atas pukulan kesal dari Erza dengan jawaban Biru yang terkesan menyepelekan,

"Nyesel gue nitip Tata ke elo" omelnya saat masih mencengkeram kerah seragam Biru, laki-laki memang begitu, lebih mendahulukan otot dari pada otak. Maklum pula mereka masih SMA. Pikirannya kadang mudah irrasional saat orang yang disukanya disakiti.

"Harusnya sahabat gue bisa suka ke orang yang lebih baik daripada elo" lanjut Erza yang lalu meninggalkan Biru sendiri. Drama luar biasa yang tak pernah Erza bayangkan untuk terlibat di dalamnya, dia pikir tadi dia adalah aktor laga di film action.

Erza kesal bukan main, ingin menumpahkan semua kesalnya ke Biru. Lalu justru tak habis pikir pada perempuan yang mati-matian dia bela sampai rela posisinya di OSIS bisa jadi terancam karena bertengkar dengan ketuanya, justru perempuan itu tak mendari isi hatinya sendiri. Dia masih berkeliaran ke Biru sebagaimana pesan-pesan singkatnya yang barusan dikirimkan ke Biru berupa

The Galaxy - Hwang Minhyun |END✓Where stories live. Discover now