27. Beautifull Goodbye

65 16 2
                                    

"Huft..nggak kerasa ya kak, minggu depan hari terakhir jadi anak OSIS" kata Tata pukul 19.37 di sekretariat OSIS bertemankan bau-bau kertas menumpuk bersama Gaduh Biru Langit

"Lo kan masih bisa nyalonin lagi"
"Ah..tapi bakal beda kak vibesnya" tukasnya, jari yang tadinya sibuk mengetik berhenti sejenak untuk mengulas kenangan-kenangan menyenangkan dalam highlight ingatannya tentang "Pasti nggak bakal selucu Obarus, nggak serame mas Raka, nggak semenyenangkan kak Ofar.." lanjutnya

Biru menoleh, begitu nama Ofar disebut

"Kenapa ?" tanya Tata heran
"Lo yakin nggak mau sama Ofar ?"

Tata diam, lalu mengulas senyum "Ya untuk apa di tolak kalau emang gue mau ?"

Biru tak membalas, sibuknya kembali pada kertas-kertas prioritas.

"Oh ya..selamat ya..karena kak Cinta udah bisa terima keluarga kak Biru" kata Tata yang masih juga tak berbalas oleh Biru. Bukan berarti karena Biru cukup malu tentang kehidupan pribadinya yang dramatis, soal kedua orang tuanya yang sama-sama berselingkuh, atau tentang papanya yang pernah masuk penjara karena korupsi. Serius, keluarga Biru terlalu bercanda untuk dia hadapi secara nyata. Tapi itu dulu, sebelum dia bisa menerima dirinya sendiri termasuk juga dia yang berkedudukan sebagai anak dari kedua orang tuanya.

"Kak Biru gimana nanti LDR sama kak Cinta ?" tanya Tata sebagai buntut dari cerita Biru tentang keinginannya untuk kuliah di Bandung. Sementara Cinta, kembali lagi pada apa kata Mama, dia harus tetap di Surabaya.

Biru hela nafas panjang, dibuangnya jengah.

"Ta..kalau misalnya Ofar ngajak elo LDR gimana ?" balas Biru tiba-tiba,

Tata ketawa, "Mana ada.."
"Bukan. Maksud gue ini seumpama aja. Kalau misal, setelah lulus ini, lo tahu kan dia mau ke UGM nantinya ?" kata Biru

Tata tahu, dan ia mengangguk,

"Nah..terus kalau misalnya dia ngajak elo pacaran. Lo gimana ?"

Tata mengetuk meja dengan jari-jarinya, pelan dan berirama, katanya,

"Gue nggak bisa LDR kak"
"Kenapa ?" tanya Biru spontan dan memburu,
"Karena gue nggak bisa bersaing dengan yang selalu ada. Sementara gue cuma adanya melalui jaringan internet atau smart phone" kata Tata, "Gue mana siap kalau harus berlomba ngasih perhatian dari jaringan internet sama yang ngasih perhatian secara langsung. Ah pokoknya gue males kak. Jadi kalau misal dia ngajak LDR ya gue milih putus aja" lanjutnya lalu ketawa kecil.

Biru hening,

"Terus gimana kalau misal Ofar nggak mau putus ?"

Tata senyum simpul "Laki-laki lebih mudah melupakan, paling satu bulannya juga akan dapat pacar baru kak" katanya santai,

Biru kesal, "Lo terlalu mengkotakkan orang berdasarkan gender" balasnya nyolot, laptopnya ia tutup.

"Kerjaan lo masih kurang apa ?"
"Ada laporan yang masih perlu di revisi kak dari anak Jasling"
"Yaudah. Gue cabut duluan, sampai ketemu besok" pamitnya.

Pamit yang sejatinya jadi penutup jumpa-jumpa berikutnya. Sebab setelah hari itu, Biru jadi kian hening. Pada hari-hari terakhir masa jabatannya dia semakin jarang berbicara. Senyumnya kembali langka, prinsip hemat bicaranya kembali bergema. Dia seutuhnya kembali ke Gaduh Biru Langit semula.

Gaduh Biru Langit yang sulit di temui setelah masa purnanya. Gaduh Biru Langit yang tak berbalas senyum bila berpapasan di koridor, Gaduh Biru Langit yang tak acuh dengan apa yang di luar fokusnya. Setelah masa purna dari OSIS tujuannya cuma satu, adalah ke Bandung dengan beasiswa. Sebelum mencapai tujuan itu maka dia harus lulus dulu. Lulus dari Angkasa Utara, seperti kebanyakan siswa lainnya, merayakan kebebasan di hari terakhir jadi siswa SMA.

"Selamat ya kak.." kata Tata ke Ofar yang sedang senyum lebar,
"Makasih ya dek" kata Ofar lalu memeluk tanpa permisi, ya hitung-hitung hadiah kelulusan. Pelukan manis untuk tanda perpisahan.
"Taa....mau dipeluk juga dong" kata Raka tak mau kalah,

Erza maju, menawarkan diri jadi pengganti Tata untuk memeluknya, dipeluk erat sampai protes keras,

"Gila ...minta di peluk Tata kenapa yang meluk pamannya sih" omel Raka,
Erza ketawa,

"Selamat bro" ucapnya, mengajukan hi-five baik ke Raka maupun Ofar.

Mereka semua datang terakhir kalinya ke sekolah dengan tujuan untuk merayakan kelulusannya atau memberi ucapan selamat atas kelulusan. Sementara Danurdara Tata Surya datang dengan tujuan memberi ucapan selamat lulus secara khusus ke Biru yang sedang di cari-carinya,

"Kak Biru mana kak ?" tanyanya ke Ofar
"Oh Biru, dia udah ke Bandung dari lusa lalu. Jadi nggak ikut perayaan kelulusan"

Tata kecewa,

Ada sedih yang sulit ditutupi, ada rasa yang tumbuhnya meliar walau mati-matian coba dibuangnya. Ada luka yang menjalarnya luar biasa bersaingkan kenyataan tentang Biru yang disukainya masih pacar orang, yang justru pergi tanpa pamit dengan benar.

Kalau Hanggar Antariksa hadir diantaranya, maka dia boleh sesumbar bahwasanya inilah karma bagi Tata.

Sebenar apapun pamitnya juga tidak akan menutup luka yang mengakar sebagai akibat dari perpisahan. Mungkin itulah terbaiknya, Biru pergi tanpa permisi dan Tata di rumah dengan menangisi.

Menangisi pacar orang.

Inilah pisah yang paling indah, pisah yang tak perlu saling salah.

Tata melepas, melewati masa SMA yang berbahagia itu dengan sebagaimana mestinya, walau kadang jejak-jejak Biru masih sempat lewat sekilas berwujudkan kenangan. Masa kelas tiganya dihabiskan dengan mati-matian menghindari sekretariat OSIS yang menjadi ruang kenangnya dengan Biru. Susunan raknya masih serupa, sama halnya dengan hati Erza yang tak berubah ke Tata

"Ta...ayo pacaran" katanya, percobaan menembak untuk kali kesekian, "Gue nggak apa-apa sebagai pelarian" lanjutnya meringis

Tata senyum tipis, akan jahat sekali kalau dia mengiyakan "Nggak ah, nggak mau cari pelarian. Capek gue kalau harus lari" jawabnya suka-suka. Jawaban paling aman untuk tidak membuat keduanya canggung adalah dengan ketidakseriusan begitu.

"Yaudah nggak apa-apa. Kita jalanin aja kalau nggak mau lari" balas Erza tak mau kalah, senyumnya merekah
"Males ah mager"
"Ck..sulit sulit" gumam Erza, "Lo mau kuliah ke mana habis ini ?"
"Pengennya ke ITB tapi otak sama modal pas-pasan. Jadi yaudah nggak jadi" Tata ketawa, dengan Erza juga yang mengakuinya "Lo mau kemana ?"

"Belum tau" jawab Erza. Sebuah jawaban yang kata lainnya adalah kemana Tata pergi dia ikut.

"Za..."
"Apa ?"
"Lo kapan bales hatinya teh Selin ? Kurang lama apa sih Za teh Selin nunggu elo" kata Tata

Erza diam, sebelum kemudian membalas
"Ya elo sendiri kapan bales hati gue ? Gue juga kurang lama apa Ta nunggu elo ?"

Sekarang, giliran Danurdara Tata Surya yang hening.

Begitulah masa SMA dia habiskan, dengan romansa gagal move on-nya ke pacar orang lain yang diselingi cinta tak terbalas.

The Galaxy - Hwang Minhyun |END✓Where stories live. Discover now