05. Tentang Bumi

122 27 8
                                    

Ardani Raka Bumi memperhatikan. Menyimak dengan tamat dari bagaimana Biru membagi tugas di rapat insidental yang serba mendadak dan bikin gugup ini.

"Lo sama Ofar ke party purna. Cinta sama Kajo bikin pengajuan dana tambahan sekaligus perizinan ke kepala sekolah. Raka sama Sauci yang tampung dananya. Sekbid lainnya bantu galang dana di tiap-tiap kelas. Gue ke bu Cita untuk minta bantuan KO-Ex galang dana. Sorenya gue dan Erza yang akan cari mitra untuk tempat penyaluran dananya" Kata Biru membagi tugas dengan tegas dan tetap terdengar ngegas bagi Tata.

"Tumben gue dibagiin yang enak-enak" gumamnya.

Raka berbisik, "Habis gini lo pasti bakal di beratin lagi Ta. Biru itu jago bikin orang kaya naik roller coaster" dia meringis, meledek habis Tata.

"Mas Raka jangan kompor dong" Tata balas berbisik. Raka jadi meringis.
"Ta, elo kalau senyum lucu ya ..gemesin" tukasnya masih sempat-sempatnya merayu ditengah rapat yang genting kata Biru itu.

"Jangan gemes aja mas Raka, kalau bisa disayangin juga"
"Eh..."
"Hehe..canda"
"Yah.. kirain serius" ucap Raka. Tatanya tersipu, sebelum pipinya kian memerah Biru menyapu bersih angannya yang jauh dengan kalimat,

"Pdktnya diterusin besok-besok aja Ka. Fokus. Inget ! profesionalitas"

Raka ketawa, diikuti dengan delik intens semua anggota OSIS yang kini menjadikannya pusat perhatian.

"Syirik hati aja lo Bi" balasnya tenang, "Bar kasih tau Bar.. kalau syirik itu...?"

Obarus menghela nafas, menyambung semangat ucapan Raka "Syirik itu tanda tak mampu Bi. Tidak baik menurut agama"

Biru tak perduli. Dia membubarkan rapat sesuai dengan arahannya, supaya para anggota dapat segera bertindak sesuai porsinya.

"Ta, nanti pulang sama siapa ?" tanya Raka disebelah Tata yang masih merapikan catatan rapatnya. Sebab, jadi notulennya Biru itu harus berprinsipkan 'sat set sat set jadi'

"Sama gue Ka"

Permisi, jangan menaruh curiga dulu, suara memotong itu bukan dari Biru datangnya. Sebab Biru sih tak perduli, dia lebih memprioritaskan kertas-kertas catatan sponsorship dan mitra dari mantan seniornya dibanding apapun. Biru fokus, tentang apa yang ia kerjakan.

Maka suara itu datangnya adalah dari Ofar. Yang guanteng sekali, yang memakai jaket hitam penutup seragam lalu rambutnya dibubuhi minyak gel rambut dan senyumnya mengembang sederhana, tapi memporak-porandakan hati.

Tata menoleh lalu terpikat.
Raka menoleh lalu mengumpat.

"Si kampret.. ngerusak momen aja sih Par" keluh Raka dengan logat khasnya meledek nama Ofar jadi Opar.
"Sorry Ka. Tata pulang bareng gue. Ya kan dek ?"
"Eh ?"
"Ya kan kita mau ke party purnanya senior dek. Masa kamu lupa"
"Oh iya sih kak"

Raka mendecih, dari telisiknya soal Ofar yang sudah jadi kawan akrabnya ia paham. Raka menemui titik kesimpulan dengan bilang "Wah wah... Opar suka ke elo kayanya Ta"

"Ha ?"

Tata terkejut. Tanpa intro yang sopan, Raka tiba-tiba mengucapkan hal-hal yang mengagetkan.

"Mulut lo Ka" protes Ofar mulai membantu Tata mengemasi bulpoinnya ke kotak pensil, sekaligus itu adalah upaya supaya Tata teralihkan dari omongan Raka.

Sayang, Raka justru menimpali menyebutkan fakta lain bahwa,
"Denger ya dek... mas Raka yang berwibawa ini bagi informasi...Nih ya...Marska Omar Al-Faruq kalau udah pakai aku-kamuan ke orang lain itu tandanya udah beda dek"

Tata Hening, gila saja jantungnya bisa tiba-tiba berdetak dengan aturan ritme yang berantakan. Kewarasannya mulai memudar.

Pun Ofar,

The Galaxy - Hwang Minhyun |END✓Where stories live. Discover now