06. Tentang Angin

113 27 21
                                    

Bagi Danurdara Tata Surya, Gaduh Biru Langit itu memang tipe yang suka banyak marah-marahnya. Tapi belum sekalipun dalam waktu 11 hari jadi partnernya, Tata melihat kemarahan Biru sebesar ini.

Semua bermula ketika berkas proker sendakre (seni dan kreasi) Abraham yang tak masuk power point di presentasi sertijab (serah terima jabatan) dengan para pengurus sebelumnya.

Ini bukan karena dia kesal dimarahi habis-habisan oleh Badai dan Bumi. Tapi ia kesal pada dirinya sendiri, terlebih lagi ia merasa tidak bertanggung jawab. Biru merasa gagal, padahal semua sudah di periksa dan di edit berulang. Hanya saja di hari terakhir dia tidak sempat lagi memeriksa.

Toh, walaupun materi bisa disampaikan secara lisan dan bisa menutupi kekurangan mereka. Tetap saja, dikritik tajam oleh Badai Kaisang bersama wakilnya membuat Biru merasa kurang siap dan kecewa ke dirinya sendiri.

Biru itu terorganisir. Menata semua rapi sesuai tempat, menempatkan semua pada tumpu-tumpunya. Memprediksi tindakan kedepannya berdasarkan perencanaan yang matang. Jadi begitu ada hal lewat dari tatanannya, mereset dari prediksnya maka kesal sudah tentu menelan mentah-mentah Gaduh Biru Langit.

Toh, Bumi dan Badai sudah memberi masukan dan pemakluman diakhir sertijab. Tapi tetap saja, kelalaiannya membuat Biru merasa dia tidak piawai.

"Kak Bi. Maaf ya. Abra lupa nggak bawa flashdisk banget kak kemarin" kata Abra yang ikut merasa bersalah karena program kerjanya hilang di presentasi power point.

"Nggak. Bukan salah elo Bra" ucapnya. Helaan nafasnya berulang sejak tadi di meja rapat OSIS.

Tak ada yang berani bersuara apalagi sekedar menebar canda. Raut dinginnya Biru yang kokoh tegas itu membuat keheningan menumpuk disana.

"Yaudah kali Bi. Toh, semuanya udah selesai. Senior-senior juga udah maklumin" ucap Cinta.

Raka menoleh,
Kajo menoleh,
Senja menoleh,
Duan menoleh,
Sauci menoleh,
Tata menoleh,
Abra mendelik,
Erza senyum tipis,
Ofar mengamati,
Obarus istigfar, 'berani-beraninya si Cinta' -batin Obarus.

Biru ?

Barang tentu Gaduh Biru Langit menelisik tajam, "Bukan yaudah sih yang gue perkarain. Tapi ini tentang tanggungjawab. Bukan juga soal kesalahannya yang gue perbesar, tapi soal decision making setelah bikin salah itu harus ngapain. Biar nextnya bisa belajar dari kesalahan. Bukan malah bikin salah lagi" omelnya galak.

Tidak ada yang berani mengajukan banding, apalagi memprotes. Sebab ya betul yang Biru bilang. Semua yang disampaikan memang benar.

"Kalau salah itu minta maaf Ta" kata Biru.

Tata ikut mendelik. Pikirnya itu nama panggilannya. Toh, faktanya Cinta juga dipanggil Ta oleh Biru.

"Iya iya gue minta maaf"
"Bukan ke gue. Ke semua, terutama ke ketua sekbid sendakre yang udah lo rugiin"
"Maaf ya Abra"

"Oke. Case closed. Materinya tolong dibagi" ucap Biru
"Lo kenapa sih Bi ?" tukas Cinta yang ternyata masih tak terima.

Biru diam.

Senja mencoba menenangkan, mengusap pelan punggung tangan Cinta "Udah Cin.."

"Bi udah Bi" bisik Erza ke Biru yang masih tetap hening, tajam sorotnya masih tak beralih dari kertas di mejanya. Walau begitu Biru sudah tak perduli. Dia berlanjut membalik kertas materi untuk agenda lain di rapat sore itu. Baginya sudah selesai ya selesai, tujuannya adalah membuat Cinta tau salahnya-mengakuinya-bertanggung jawab lalu sudah.

Biru tahu ini salah Cinta yang menghapus tanpa sengaja bagian proker Sekbid Sendakre tanpa memeriksa ulang dan langsung mempresentasikan ke para senior di sertijab lusa lalu.

The Galaxy - Hwang Minhyun |END✓Where stories live. Discover now