10. Tentang Senja

93 28 33
                                        

"Jadi Ta, lo tuh lagi dekatnya sama siapa ?" Selina Putri Patriam sahabat akrab Tata dan Erza yang belum sempat muncul banyak dalam cerita, tetapi sudah muncul tiga tahun lamanya dalam pertemanan mereka.

"Sama elo, sama Erza kan teh"
"Mana ada" bantah Selina, yang kerap kali disapa teh Seli "Lo tuh cantik Ta, buktinya mas Raka dan Kak Ofar bisa suka ke elo kayanya. Belum lagi kak Biru. Eh kan jarang ada nih orang yang bisa diperhatiin kaya gitu sama kak Biru"

Tata mengangguk "Gue sepakat bagian gue cantiknya teh, sisanya lo yang atur deh teh"
"Halah elo mah"
"Lagian teh, mas Raka tuh cuma bercandaan aja sama gue"
"Kalau kak Ofar ?" tanya Selina cepat-cepat, memburu jawaban paling akurat dari Tata yang menghening sekilas.

"Sama juga kayanya" jawab Tata ragu, "Kalau kak Biru, itu mah emang karena dia lagi baik aja moodnya teh" lanjutnya yakin.

"Terus-terus.. ini seumpama deh. Kalau misal nih, mereka beneran suka ke elo. Lo maunya sama yang mana Ta ?" tanya Selina penasaran. Sama penasarannya dengan tanya-tanya para pembaca pula.

Tata hening, jawabannya terpotong oleh laki-laki yang berstatus kakak dalam kartu keluarganya,

"Kenapa kenapa dek ?" tanya Fano, datangnya bersama Erza dari selesainya beradu playstation.

"Apa sih mas Fano ini resek aja" Tata menggerutu, merasa kakaknya ini tidak perlu tahu. Tetapi Selina terlalu baik untuk sekedar diam. Pertanyaan Fano serasa harus bertemu jawab bagi Selina, karena yang nanya ganteng.

"Ini kak Fan, adeknya tuh lagi ditaksir orang. Tiga sekaligus" ungkapnya

Erza mendelik "Empat" potongnya,
Semua menoleh kearahnya yang tampak bodoh dengan lanjut bilang "Sehat, lima sempurna"
"Yeu..resek lo mah"omel Selina. "Jadi kak Fano, ada tiga cowok yang naksir Tata. Karakternya beda-beda. Nah menurut kak Fano nih mana yang tepat"
"Apa sih teh" omel Tata tak acuh kakinya menyilang, jemarinya menekan remot Tv
"Belagu banget adek gue ya. Ditaksir tiga orang" ucap Fano yang resek menoel pipi Tata, "Sel, tiga-tiganya itu orang semua kan ? bukan hologram ?"

Selina terbahak,
Erza sepakat,
Tata mengamuk,

"Kalau saran gue sih Sel mending sama yang otaknya pinter deh. Jangan sama yang bandel atau yang anak mamah. Apalagi sama yang playboy, jangan banget" nasehat Fano.

Sebelum akhirnya berbalas sengit dari Tata, katanya

"Diem lo diem.. Nggak usah komentar. Nggak relate gue dikomentarin orang yang kalah saing, pulang OSN kena tikung. Apaan"

Fano tercekat,
Erza terbahak,
Selina ketawa,
Tata meledek,

"Durhaka banget adek gue. Ibu, adek ngomongnya kasar bu ke mas. Pakai lo gue lo gue bu" Adunya ke Ibu di halaman belakang, sedang menjemur pakaian berteriak lekas "Adekkkkk.. jangan gitu"

Maka kakak beradik itu ribut saling piting di ruang tamu. Kemenangan Fano membuatnya beralih dengan bahagia, menyisakan adiknya yang menggerutu hebat, sampai lekasnya tugas sekolah bersama Selina dan Erza di petang menjelang Isya

"Ta, gue pulang ya. Ibu udah tidur ?" Tanya Erza
"Iya Za"
"Yaudah salam ke ibu"
"Gue juga Ta, balik dulu ya. Salamin ke ibu juga" Selina mengekor ke Erza yang berdiri berdua dengan Tata, "Za, nebeng dah gue"
"Aduhhh ngerepotin. Baru sembuh gue Sel, masuk angin nih gue nanti ngater lo. Suruh siapa sih rumah jauh banget di Surabaya Barat"
"Ya masak gue harus pindah rumah lo biar nggak jauh. Mau lo gue tebengin di rumah lo ?"
"Ck ...bikin repot"

Tata ketawa, walau ngomel sepanjang apa juga, Erza nggak akan tega. Ujungnya pasti diantar juga. Dia mahluk baik yang tak tegaan, walau tak ikut trend ikoy-ikoyan.

"Bye Ta.." pamit Selina dan Erza, mengakhiri jumpa mereka di weekend. Penutup penatnya hari Tata, yang lalu dibuka kembali dengan pesan singkat yang datangnya dari nomor ponsel laki-laki yang berjarak puluhan kilo meter dari rumahnya, sebuah pesan singkat yang datang dari orang yang namanya sempat terbahas sesaat di ruang tamu tadi.

Ta, mau jadi pacar gue nggak ?

Danurdara Tata Surya tebelalak, jelas dia terkejut. Kalau ini dalam rangka April mop, mungkin Tata sepakat dia masuk ke perayaan yang diciptakan pengirim pesannya. Sayang, ini bulan Oktober yang dingin dan sering hujan tiba-tiba. Di bulan yang cukup jauh dari April ini, Tata menerima pesan yang isinya membingungkan. Bingung untuk diberi jawab yang bagaimana.

Logikanya paham, ini bisa jadi memang diketik dengan kesungguhan atau diketik dengan tangan saja untuk sekedar candaan. Tetapi hatinya paling menang, dia tidak mudah terbuka. Maka meniru ajian hebatnya Biru, Tata hanya membiarkan tanda centang biru berubah warna dan pesannya tak ia balas. Pesan itu dibiarkan dan didiamkan begitu saja, sampai pagi menjelang, sampai sekolah dimulai dan istirahat dijalani. Pesan itu utuh bercentang dua biru. Tidak pula pengirimnya menanyakan tambahan lain, bahkan, ketika temu dengan si pengirim pesan di sekertariat OSIS semua seperti sedia kala, seperti tidak pernah berkirim pesan demikian rupa.

Senyumnya tetap sama, ramahnya tetap setara, humorisnya masih sediakala.

Ardani Raka Bumi masih menyapa tanpa dosa. Baginya semalam tidak ada apa-apa. Sama halnya dengan Tata yang juga membalas sapaan tanpa beban.

Tau-tau, Senja menuju ke dianya sambil bilang,

"Ta..gue jadian sama mas Raka"

Tata mendelik, terkejut. Dia dihadiahi plot twist sore hari. Sebagian dari dirinya merasa tak percaya, tetapi sisanya merasa tidak heran.

"Waduh..selamat selamat, jangan lupa teraktirannya" balasnya riang tanpa beban, "Mas Raka teraktiran mas Raka"

Raka menoleh, dia senyum kecut. Menghampiri Senja, mengacak puncak kepala pacar barunya. Ah, seolah disengaja sekali. Pamer, supaya Tata iri mungkin tujuannya.

"Elo sih Ta nolak gue" katanya terus terang. Jelas-jelas ada Senja disebelahnya. Tata mendesir bingung harus merespon bagaimana, tatapannya jadi tak enak hati dengan Senja.

Tapi Senja kelewat fleksibel, dia justru bilang "Nggak apa-apa Ta. Makasih malah, kalau lo nerima mas Raka mungkin gue nggak bakal pacaran sama mas Raka" Senja begitu riang, seimbang dengan Raka "Iya kan mas Raka ?"

"Bisa jadi" jawab Raka santai lalu nyengir tipis, nular ke Senjanya.

Tata tidak menyesal, tidak sedih, tidak pula prihatin. Dia berbahagia. Sebagaimana bahagianya Senja yang berjabat tangan dengan beberapa pengurus OSIS yang memberinya ucapan selamat.

"Coba itu elo Ta" kata Raka yang masih disebelahnya
"Yee...kan udah bagus sama Senja mas Raka"
"Ya iya sih. Cuman kan kalau itu elo mungkin lebih bagus lagi"
"Udah sama Senja aja mas Raka, dia jauh lebih cantik juga"

Raka menoleh, dengan santai tanpa beban dia bilang "Kalau cewek yang cantik itu banyak Ta, dimana-mana ada. Tapi cewek yang asik dan sulit buat didekatin itu nggak banyak. Ya kaya elo,  kelihatannya mudah diperoleh, mudah didekati karena karakter lo yang asik ke semua orang" kata Raka mengulas senyum singkat "Tapi faktanya, elo tuh cuma membiarkan orang-orang dekat, elo membuka pintu pertemanan ke siapa aja. Tapi bukan pintu ke arah hati elo" Lanjut Raka jadi serius, "Elo tuh Ofar versi cantiknya" tutup Raka, yang kemudian bilang "Boleh peluk ?"

"Ha ?" Kaget Tata
"Pelukan perpisahan" bujuk Raka.
"Boleh, diwakilkan ke gue" sahut Ofar dibelakang tiba-tiba mendekat "Mau gue yang meluk apa elo yang meluk gue ?" tawarnya ke Raka.

Rakanya melengos "Ck.. ganggu ae Far Far"
"Haha" Ofar ketawa, Tata juga, "Selamat Ka" lanjutnya mengulur tangan memberi jabat pada yang sedang berbahagia hatinya.

"Makasih. Lo juga cepetan punya pacar"
"Loh kan gue udah punya" jawabnya santai

Tata menoleh lekas
Pula Raka

"Emang iya ?" Terima kasih Ardani Raka Bumi, pertanyaanya cukup mewakili Tata

Ofar senyum tipis seulas tapi manis sebelangga, moleh tepat ke Tata memandangnya ringan "Udah Ka. Tinggal nunggu kapan diiyainnya aja." balasnya dengan tatapan mata yang tak beralih dari Tata.

Aduh jantungku.

The Galaxy - Hwang Minhyun |END✓Where stories live. Discover now