_END_

286 8 0
                                    

Semenjak kepergian Satria, Clara terlihat seperti orang tak terurus.

Rambut berantakan dan mata yang bengkak sudah menjadi hal biasa untuk Clara.

Namun sekarang Clara sudah terbiasa tanpa adanya Satria, sudah satu bulan sejak kepergian Satria, Clara berusaha merelakan dan mengikhlaskan kepergian Satria.

Clara menjalani kehamilannya yang memasuki usia kandungan 9 bulan tanpa sosok Satria.

"Kasian kamu sayang, lahir tanpa bertemu sosok ayah." Ucap Clara.

Saat ini Clara sedang berada dikamarnya dan mengelus perut besarnya.

Saat ini usia kandungan Clara sudah menginjak 9 bulan, ya sudah 1 bulan yang lalu Satria meninggalkan Clara.

"Ra udah makan?" Tanya Reva.

"Iya bentar habis ini aq kebawah."

"Oh oke deh, perlu bantuan gak kayaknya susah ya jalan dengan perut yang udah membesar."

"Iya gapapa kok aku bisa sendiri, kamu duluan aja"

Setelah percakapan singkat tersebut Reva pun pergi ke bawah menuju meja makan, sedangkan Clara masih sibuk membereskan tempat tidurnya.

Setelah selesai Clara pun menyusul Reva menuju meja makan.

Namun naas saat memuruni tangga tiba tiba Clara terpeleset dan jatuh.

"Argh maaa!! Tolong." Teriak Clara dengan sisa tenaganya.

"Astagfirullah Clara!! Reva cepat panggil sopir kita ke rumah sakit sekarang!" Perintah Ika.

Reva pun memanggil sopir dan bergegas membukakan pintu.

"Sayang kamu bertahan ya nak, Va tolong kamu kabarin bunda ya"

"Iya ma"

Setelah sampai di rumah sakit Reva pun bergegas memanggil para tenaga medis, dan Clara pun segera dibawah ke IGD.

Mama Ika dan Reva pun menunggu dengan wajah cemas dan khawatir yang terlihat dari raut wajah masing masing.

Hingga beberapa saat Bunda Mey pun datang dengan langkah kalang kabutnya.

"Astagfirullah Clara gimana?"

"Clara masih ditangani sama dokter bun." Jawab Reva.

Setelah menunggu beberapa menit dokter pun keluar dari ruang IGD.

"Maaf dengan keluarga Bu Clara?"

"Iya dok saya ibunya."

"Kondisi Bu Clara saat ini sangat lemah dan perlu dilakukan operasi untuk memyelamatkan bayi dalam kandungannya sesegera mungkin."

"Lakukan apapun untuk menyelamatkan anak dan cucu saya dok."

"Baik kami akan berusaha sebisa kami, baiknya ibu dan keluarga berdoa yang terbaik untuk Bu Clara."

Setelah itu dokter tersebut pun masuk dan mempersiapkan untuk memindahkan Clara ke ruang operasi.

Sudah setengah jam sejak Clara masuk ke dalam ruang operasi, hanya air mata dan doa yang terus terpanjat yang sejak tadi terdengar.

40 menit..

50 menit..

Dokter pun keluar dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Dok gimana?"

"Bayinya berjenis kelamin perempuan dan dalam keadaan sehat, selamat buk."

"Anak saya gimana dok?"

"Bu Clara mengeluarkan banyak darah hingga menyebabkan pendarahan yang serius dan maaf bu kami sudah berusaha keras untuk menyelamatkan nyawanya namun Tuhan berkehendak lain."

Setelah itu dokter tersebut pun pergi.

Perasaan senang bercampur sedih datang menyerang ketiganya.

Senang karena anak dari Clara dilahirkan dengan selamat dan sehat, sedih karena Clara harus meregang nyawanya.

Kini Clara menyusul Satria yang sudah satu bulan lebih dulu meninggal karena kecelakaan.

Dan hari ini juga Clara dimakamkan disebelah makam Satria.

Mereka akan terus berdampingan dari dunia manusia hingga ke dunia lain.

Setelah semua acara pemakaman selesai, Bunda Mey dan Mama Ika pun memutuskan untuk memberi nama cucu mereka Raira Asmaradhani.

Raira diambil dari nama ahir Clara dan Satria, sedangkan Asmaradhani diambil dari nama marga Satria.

***

Akhirnya cerita ini udah end.

Sebelumnya makasih banget atas dukungan readers yang selalu setia sampai akhir.

Makasih yang udah mau mengapresiasi karya aku.

Maaf kalau cerita yang aku tulis masih banyak kurangnya.

Akhir salam

_END_

Sweet Boyfriend [END]Where stories live. Discover now