15. Takdir Ilahi

6 3 0
                                    

Selama liburan semester, Ayumi hanya merenungi kenapa nilainya bisa begitu. Mood untuk menulis pun sudah hilang, bahkan sebagian grup literasi sudah dihapus semua.

Banyak teman online-nya bertanya-tanya kenapa keluar dari grup. Ayumi hanya membalas ala kadarnya, bahkan ada juga pesan yang dibiarkan begitu saja.

"Sudah gak nulis lagi?" tanya adiknya ketika dia sedang melihat tontonan di gawainya.

"Gak."

Ayumi bisa menjadi sangat cuek jika perasaannya tidak baik, dan Yanti sudah paham akan hal itu. Dia juga memaklumi karena kakaknya sangat bersemangat dalam belajar, dia tidak ingin nilainya hancur. Namun, yang terjadi malah yang tidak diinginkan.

"Nanti usulkan aja sama wali kelasmu."

"Bodo. Aku gak tau ada masalah apa Pak Andi sama aku sampai kasih nilai hancur gitu," racaunya sambil menatap lurus ke depan, ponsel yang ada di tangannya sudah berpindah tempat ke kursi.

"Sabar, mungkin salah input."

"Ini loh kalau dihitung rata-ratanya akan jauh banget sama semester kemarin. Gimana aku bisa lolos SNMPTN kalau begini. Tau ah bikin aku gak bisa kuliah aja," racaunya, Yanti hanya bisa memasang wajah bengong karena jika dia yang mendapat nilai rendah, tidak akan sampai begitu juga.

"Sudahlah, ini sudah takdirnya. Nanti bisa diperbaiki lagi di semester lima."

"Hmmm." Hanya itu bisa keluar dari mulut Ayumi. Ucapan adiknya tidak ada yang bisa membuatnya tenang.

Ketika keheningan menghampiri mereka, tiba-tiba pesan dari Bella masuk. Ayumi langsung membukanya dan isinya sungguh membuatnya kesal dan sedih secara bersamaan.

[Beb, tau gak kalau Akbar dapat peringkat 11 loh]

Akbar yang dia tahu kemampuannya seperti apa. Ayumi bukan meremehkan temannya, hanya saja diliat dari kehadiran yang begitu banyak bolosnya. Entah karena urusan OSIS atau hal lain, mendapat peringkat jauh lebih besar darinya. Bagaimana dia tidak sakit hati jika keadaannya seperti itu.

[Kamu tau juga kalau Fariz peringkat 8 loh]

Kepala Ayumi dibuat pusing dengan informasi yang dikirim oleh Bella. Dia tidak habis pikir dengan hal yang sudah terjadi. Saling berinteraksi selama kurang lebih dua tahun membuatnya tahu bagaimana tingkat pemahaman temannya. Namun, ya ... sudahlah semuanya sudah terjadi.

***

Dua Minggu telah berlalu, dan masa liburan telah habis. Ayumi diharuskan masuk sekolah di saat lukanya belum sembuh total. Tidak ada keceriaan sepanjang perjalanan ke sekolah.

Bisa dibilang Ayumi ini tipikal orang yang susah untuk menyembuhkan luka. Apalagi hal itu menyangkut pendidikan, karier, dan hobi.

"Eh, tau gak kalau kelas dua belas sama sebelas bakal di-rolling, loh," ujar Nisa di saat mereka sedang berjalan ke kelas dua belas alias calon kelas barunya.

"Eh iya, di grup sudah ramai semalam." Ayumi hanya mendengar secara saksama karena dia tidak tahu informasi itu.

"Tapi kenapa, ya?"

"Katanya data di dapodik itu merah, artinya kekurangan siswa per kelas, makanya mau dikurangi kelasnya, biar satu kelas muat banyak gitu."

"Jadi, nanti gak ada MIPA 4, ya?"

Di tengah obrolan itu, Ayumi pamit untuk menemui Kinar yang kebetulan baru datang.

"Eh itu ada apa?" tanya Kinar sambil menunjuk mading sekolah. Ayumi langsung mengarahkan tatapannya ke tempat tersebut.

Emak, Anakmu Kuliah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang