Part 19

66 15 8
                                    

Note : tanda cetak miring adalah flashback atau suara batin di tokoh.

Makasih buat readersnim sekalian yang telah menyumbangkan komentar nya dan vote nya. Nambah semangat banget. Borahae💜💜💜

Untuk kedepannya mereka kira kira gimana ya?

✍️✍️✍️✍️

Arra baru saja bangun tidur. Perempuan itu berbaring dengan posisi menyamping ke kanan. Mata yang biasa memancar indah itu kini terlihat sembab. Air matanya terkuras semalaman. Perlakukan ibunya kemarin cukup menyakitkan. Tapi bukan itu penyebab air matanya keluar.

Melainkan sesuatu yang lebih besar dari itu.

Tangannya terulur mengambil ponsel yang ada disebelahnya. Menyalakan pelan layarnya dengan nyawa yang mulai terkumpul. Mengecek sebuah notifikasi namun ternyata harus menelan sebuah kecewa. Ternyata tidak ada notifikasi apapun.

Oppa kumohon, tolong maafkan aku.

Arra menatap nanar pesan yang dikirimnya semalam. Jimin hanya membacanya namun tidak membalasnya. Padahal sejak mereka bertukar nomor ponsel dan jimin menghubunginya. Tak pernah sekalipun Jimin lambat  membalas pesan seperti ini. Biasanya pria itu yang paling bersemangat membalas pesan dan tak pernah telat mengirimkan pesan pesan seperti  apakah kau sudah makan? Apakah kau tidur dengan baik tadi malam? Jangan tidur terlalu malam, eoh?

Perhatian kecil yang menghangatkan hati. Tapi sekarang apa? Sejak kejadian dirumah besar waktu itu Arra dan Jimin langsung lost komunikasi. Bahkan membalasnya saja tidak. Mungkinkah Jimin masih marah padanya? Seketika ingatan buruknya kembali bercongkol dalam kepalanya. Sejujurnya Arra takut kehilangan Jimin, kakak malaikatnya.

"Lihatkan!" Sesampainya di luar Jimin menyentak tangan putih itu.

"Kenapa kau keras kepala sekali, Huh? Bukankah sudah ku peringatkan untuk tidak bertemu dengan eomma sementara waktu."

Arra yang sebelumnya tidak pernah menduga akan perlakukan Jimin. Hanya bisa menunduk penuh sesal sambil bergumam. "Maaf."

"Aku mengerti kau ingin bertemu dengan eomma. Tapi maaf mu kali ini tidak berguna." Jimin mengomel dengan mata merah dan raut penuh kesedihan.

Bersamaan dengan air matanya yang turun meluncur. Jimin terkekeh pilu kemudian satu kata kramat yang menyakitkan tak sengaja terlontar dari bibirnya. "aku kecewa padamu. Pantas saja waktu itu eomma langsung membuangmu."

Deg...

Kepala itu semakin menunduk. Membuat rambut hitamnya yang sepanjang bahu menutupi sebagian wajahnya. Perasaan sakit di hatinya sudah didapat dideskripsikan lagi. Bibir tebal itu yang biasanya berucap manis. Kini menusuk tepat di ulu hatinya. Mengoyak apapun didalamnya.

"Asal kau tahu, setelah kau lahir eomma dan appa seting bertengkar sekalipun kau telah dibuang beberapa tahun yang lalu. Bahkan ketika mabuk appa tanpa sadar kadang sampai memukul eomma. Adikku frustasi melihatnya dan aku yang saat itu masih pengecut melarikan diri dengan alasan debut tidak peduli meskipun itu hari libur."

Air mata Jimin menetes. Saat saat itu begitu menyedihkan untuk dikenang. Hingga bertahun tahun kemudian mereka tidak mengungkit bayi "anak haram" itu. Seolah melupakannya. Ayahnya menjadi kembali ayah yang penyayang dan figur keluarga.

Namun sekarang apa? Kedatangan Arra mungkin akan menghancurkan semuanya. Fondasi keluarga yang selama ini sudah Mereka bangun. Jimin takut kehadiran Arra membuat keluarganya berantakan seperti dulu. Untuk itu Jimin meminta Arra agar menunggu sampai waktu yang tepat.

Hold Me Tight (KTH) ✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon