24.

40 6 0
                                    


Selama beberapa hari ini, semua bawahan serta Zelvanya sendiri ikut sibuk menjelang munculnya produk baru yang dipasarkan secara umum. Zelvanya ingin semuanya tersusun sesuai rencana dimana iklan dan produk dimunculkan bersamaan.

Sehingga, disaat iklan muncul di depan khayalak umum, produk sudah mulai diedarkan sebelum hari-h. Tentu, Zelvanya menggaet banyak pihak terkenal untuk mempromosikan produk terbaru perusahaan.

Iklan yang dibuat juga, tak sembarangan. Zelvanya memberikan dua nuansa, yaitu tradisional dan modern agar lebih berwarna dan beragam.

Sebenarnya, sedari awal Zelvanya menginginkan Aline sebagai brand ambassador produk kali ini. Namun, disayangkan ada beberapa masalah dengan pihak investor sehingga Zelvanya tak ada pilihan lain.

Tak sengaja Zelvanya melihat panggilan masuk ke handphonenya,

Bisa dibilang sudah beberapa hari Zelvanya tak menyalakan notifikasi atau mengutak-ngatik handphone. Dia ingin fokusnya dalam bekerja, tak diganggu orang lain. Walaupun, dia sering kali melihat siapa saja yang menghubungi dirinya.

Al

Zelvanya pun mengangkat, dia merasa sedikit bersalah sudah mengabaikan laki-laki itu beberapa hari lalu.

"Halo, lo ngehindarin gue ya" Sahut Aldiano mengebu-gebu dan terlihat sedikit tersulut emosi.

Zelvanya menghembuskan nafas panjang,

"Lo ngehilang gitu aja, kaya ditelan bumi"

"Maaf, saya sangat sibuk"

"Sibuk, lo bilang. Ingat perjanjian yang kita buat"

"Saya ingat, Al. Tapi maaf selama seminggu ini saya harus urus masalah saya dulu"

"Terus masalah gue, gimana"

Zelvanya terdiam sejenak, dia mulai mengambil beberapa lembaran yang berisikan informasi pribadi mengenai Jian.

"Jian, mantan kamu itu seorang model majalah Be-star mulai dari tahun 2015. Jian anak satu-satunya. Dan, dari rumor yang saya dapat Jian punya sedikit masalah dengan orangtuanya"

"Lo tahu darimana?"

Bukan berarti selama tiga hari Zelvanya mengabaikan Aldiano, dia tak berusaha mencari informasi dan fakta-fakta mengenai Jian. Dia masih terus gencar mencari informasi dari berbagai cara. Mulai dari internet ataupun dari orang kepercayaan. Bahkan, dia juga mencari informasi mengenai Aldiano diam-diam.

Hanya saja, Zelvanya masih ingin menuntaskan pekerjaannya lebih dahulu. Baru benar-benar fokus, ke masalah Aldiano.

"Adalah pokoknya, terus kamu tahu gak apa yang bikin Jian dirumorkan ada masalah sama orangtuanya"

Aldiano tak bersuara sama sekali,

Entah apa yang ingin dia tutupi lagi, pikir Zelvanya.

Sebenarnya, rumor tersebut belum pasti terjadi. Zelvanya mengetahuinya pun dari orang suruhan yang mendapatkan informasi dengan seseorang katanya dekat dengan Jian. Sehingga, untuk sekarang Zelvanya tak bisa mengambil kesimpulan. Ini hanya praduga orang tersebut pada Jian dan orangtuanya.

"Gue gak tahu Jian ada masalah apa"

"Gak mungkin" Jawab Zelvanya langsung, tanpa mikir.

Bagaimana bisa Aldiano tak tahu sama sekali masalah Jian. Padahal, mereka pernah memiliki hubungan spesial. Walaupun, ini tak ada hubungan menjadi bukti sekalipun. Bukankah sudah seharusnya Aldiano, tahu masalah Jian apa saat itu.

"Jian gak pernah mau cerita"

"Oke, terus kamu dapat informasi apa di hotel dan gudang"

"Gue gak bisa datang langsung kesana. Tapi, saat gue chat via email hotelnya no respon"

Zelvanya mengangguk, mengerti. Sepertinya dia memang harus orang suruhannya lagi.

"Terus yang gudang"

"Gak ada apa-apa, cuman barang rongsokan"

Zelvanya terdiam sejenak, jika dirinya pikir-pikir kembali Aldiano memang kurang gesit dan mendetail dalam mencari informasi, terlihat dimana Aldiano hanya ingin mencari cara-cara simpel dan tak mau ribet. Nampaknya, dia harus turun tangan lagi menyuruh orang kedua lokasi tempat tersebut.

"Lalu, kamu udah diperiksa dokter"

"Udah, katanya mau beri keterangan"

"Kasih tahu alamat hotel dan gudang lengkap via wa"

"Oke"

Lalu, Zelvanya memutuskan sambungan telepon mereka dirasa tak ada pembicaraan lagi.

💙💙💙

Tak berapa lama, Reina muncul ke dalam ruangan kerja Zelvanya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Ibu, teleponan sama Pak Al ya"

Zelvanya menghela nafas berat, dia ingin mengrahasiakan ini semua dari Reina sementara waktu. Karena, dia tahu bagaimana sifat Reina yang terlalu khawatir berlebihan terhadap sesuatu. Apalagi, menyangkut dengan dirinya dan perusahaan.

Namun, sayang sekali rupanya malah di balik pintu Reina tak sengaja mendengar percakapan panjang dia dengan Aldiano. Rencananya Zelvanya juga akan cerita tapi menunggu momen yang tepat.

"Bu, jangan bantu Pak Al ya. Reina takut Ibu juga perusahaan kenapa-napa" Kata Reina, hati-hati.

Jelas, Reina tak mau sampai Zelvanya atau perusahaan mengalami situasi yang berbahaya akibat membantu Aldiano.

Tapi, mau bagaimana lagi ini sudah pilihan Zelvanya sendiri. Tak bisa dia melanggar perjanjian yang telah dibuat. Ada konsekuensi atas keputusan yang dia ambil.

Oke sekian yaa guys

Berikan vote dan komentar

See you next part

Semoga tetep suka walau agak gimana hehe🤣

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Where stories live. Discover now