42.

26 4 0
                                    


Di siang hari ini, Aldiano melakukan konferensi pers kedua kalinya di gedung yang sama seperti kemarin. Terselip rasa gugup dan khawatir, dimana dia takut salah kata atau berbicara saat ditanya-tanya para wartawan.

Beberapa kali, Aldiano meneguk air botol mineral yang sengaja dia bawa sendiri. Ini dilakukan agar hatinya lebih tenang. Entah kenapa, tak setenang yang pertama. Dia takut dicerca banyak pihak dengan pertanyaan mengingat muncul juru bicara Jian membuat spekulasi buruk mengenai dirinya.

Setelah semua dirasa siap dalam hal pengambilan kamera dan lainnya, para wartawan mulai mewawancarai Aldiano.

"Al, apa kamu sekarang menuduh Jian ada bukti?" Tanpa aba-aba salah satu wartawan langsung, memberikan pertanyaan menusuk.

"Iya, memang kalian katanya pernah pacaran dulu. Tapi, percuma kalau hanya bukti dari dokter dan hanya omong kosong belaka"

"Kita butuh bukti yang akurat"

"Setuju, gak guna mending kalau salah ngaku aja kali"

"Bikin malu aja jadi cowok"

Semua wartawan berbondong-bondong bertanya pada Aldiano. Bahkan, kali ini mereka terdengar tak sopan dan kasar kembali seperti pada awalnya.

Aldiano meneguk ludah, dia semakin tak bisa mengontrol rasa takut berbicara seakan-akan dia diserang banyak orang sekaligus tanpa henti.

Memang sedikit berbeda, Aldiano hanya konferensi pers sendirian tanpa ada sosok yang mendampingi.

Aldiano hanya bisa menarik nafas lalu, menghembuskan perlahan. Dia harus berani supaya tak disalahkan orang lain. Sudah ada bukti ditangan untuk apalagi harus takut.

Tanpa banyak bicara, Aldiano langsung menunjukkan sesuatu bukti di layar ponselnya ke semua wartawan dari kanan ke kiri. Mereka mendekat agar lebih jelas pengambilan gambar.

Sangat jelas bukti itu merupakan sebuah video beberapa detik walau kurang jelas tetapi masih bisa nampak. Terlihat, itu diambil dari ponsel seseorang tentang rekaman cctv ada sosok Jian memasuki hotel sendirian. Namun, kali itu bukan bersama Aldiano. Ini menandakan Jian sudah berbohong yang mengatakan sedang pemotretan.

Bukan hanya itu, ada bukti lain dimana Jian masuk ke dalam kamar hotel itu bersama laki-laki lain.

Semua wartawan tercengang dan terdiam beberapa saat, pasti menjadi semakin bersalah telah menuduh Aldiano sembarangan dan melontarkan kata-kata tak sepantasnya.

Namun, pada akhirnya mereka mulai menanyai Aldiano kembali dengan lebih baik dan tak berlebihan. Bisa dibilang kali ini, mereka sudah benar-benar mempercayai Aldiano sepenuhnya.

Tak hanya itu, Aldiano memanggil seseorang yang menjadi penodong ponselnya di gudang waktu itu.

Tentu, Zelvanya sudah tahu tentang ini tanpa sepengetahuannya. Dia yang pintar menyusun rencana, ataupun memantau taktik musuhnya terlebih dahulu. Sehingga, dengan mudahnya menyerang telak.

Dan, dipastikan kali ini Jian tak akan bisa kemana-mana lagi.

Merasa sudah cukup mengeluarkan bukti, Aldiano tanpa banyak bicara keluar dari gedung tersebut. Namun, begitulah para wartawan masih saja terus-menerus gencar mengincar Aldiano untuk mendapatkan informasi yang lebih lagi sebanyak-banyaknya.

Aldiano yang tak peduli, bahkan langsung berjalan lurus mengabaikan semuanya sampai ke parkiran mobil. Lagipula, Aldiano juga kesal dengan para wartawan yang terlalu kasar padanya. Padahal, sebelumnya mereka terlihat mendukungnya. Tapi kenyataannya, berubah-berubah.

💙💙💙

Di dalam mobil Aldiano tersenyum lega, merasa lebih tenang dan tak ada beban pikiran lagi. Semua masalah benar-benar mencapai kata selesai. Dan, selanjutnya tinggal pengacara yang akan menangani semua ke jalur hukum karena telah melakukan pencemaran nama baik Aldiano.

Walaupun, Aldiano tahu. Pasti ada seseorang di balik ini semua, seperti kata Zelvanya. Karena bisa dilihat rencana penjebakan Aldiano tersusun rapi dalam beberapa bulan.

Tak ada niatan kemana-mana setelah ini. Aldiano langsung menuju pulang ke rumah. Selama di perjalanan, pikiran Aldiano tiba-tiba terpikirkan mengenai Sang Mama. Entah hanya perasaannya saja atau mengapa sudah beberapa hari ini, Mamanya sering kali mengurung diri seharian di kamar.

Saat ditanya berulang kali, Mama Riska hanya diam seribu bahasa lalu pergi menjauh begitu saja. Mungkinkah, ada hubungannya dengan Sang Papa yang belum kunjung pulang.

Padahal, katanya sih mau pulang sebentar lagi. Tetapi, hingga detik ini seakan hilang tak ada kabar seperti sudah lupa tentang keluarganya.

Oke sekian cukup lah guysss

Berikan vote dan komentar ya

See you next part

Thanks guys udah membaca hingga part kali iniiii🤣

💙💙💙

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Where stories live. Discover now