70.

16 3 0
                                    


Aldiano, Zelvanya dan Aline sudah siap berdiri di depan kamar Mama Riska. Hanya tinggal mengetuk pintu maka surprise ini berjalan lancar.

Aldiano juga sengaja bilang Zelvanya tidak bisa datang kemari, karena terlalu sibuk. Sehingga, dia memiliki keyakinan seratus persen. Mama Riska akan sangat senang melihat tamu kesayangannya datang.

Sementara, Aline menyengir tidak jelas melihat kedekatan Sang Kakak dengan Zelvanya. Sepertinya kali ini, tak usah pakai rencana lagi, mereka seiringnya berjalan waktu semakin dekat.

Baguslah, sehingga Aline tak perlu membuang-buang uang lagi untuk membelikan buket bunga.

Tokkk..tokk...tokkk

Aldiano mengetuk pintu,

"Mah, ayo kita makan bareng buat ngerayain ulang tahun Mama"

"Gak ah, males mana Zelvanya gak datang kan" Sahut Mama terdengar kesal dari dalam.

Aldiano menggeleng, dengan seutas senyuman. Sampai sebegitunya Mama Riska menyayangi Zelvanya. Padahal, Aldiano dan Aline jelas-jelas kedua anak kandungnya. Yang dicari-cari malah anak orang lain.

Lucu sekali.

Aline tertawa kecil, nampaknya posisi mereka berdua telah tergantikan.

"Tante" Kata Zelvanya sengaja memancing. Dia tak menyangka juga Mama Riska sampai mencari dirinya.

Tak lama, dari dalam terdengar bunyi grasak-grusuk. Pendengaran Mama Riska cukup tajam hingga mengenali suara Zelvanya.

Saat pertama kali Mama Riska membuka pintu,

Semuanya langsung dengan ceria dan bahagia, bersama-sama menyanyikan lagu selamat ulang tahun.

Mama Riska tersenyum, sekaligus ada perasaan terharu hingga air matanya menetes tanpa disengaja. Dia merasa teramat bodoh sewaktu mengingat masa-masa suramnya. Masih banyak orang yang tulus menyayangi dirinya di dunia ini.

Mengapa hanya bergantung pada seseorang?

Pikiran Mama Riska juga tersadar akan satu hal, bahwa sudah sewajarnya tidak menggantungkan hidup kita ke siapapun. Lagipula, kita hidup di dunia ini tidak mungkin selamanya.

"Ma, make a wish lalu tiup lilinnya"

Mama Riska menutup mata sembari merapatkan kedua tangannya, dan merapalkan doa dalam hati. Selesai, Mama Riska meniup lilinnya.

Jujur, Mama Riska menjadi lebih menghargai hidupnya sekarang.

💙💙💙

Acara selanjutnya sudah jelas bukan, makan-makan. Hidangan makanan kali ini lebih spesial dari biasanya, banyak sekali jenisnya.

Mulai dari ayam goreng mentega, udang asam-manis, cumi goreng telur asin, kepiting saus padang terakhir cap cay goreng. Perlu diingat, mereka hanya bertiga memakan itu semua.

"Al,...kalian beneran pacaran atau enggak?" Tanya Mama Riska, sambil menyuapi makanan.

Mama Riska hanya memiliki insting sebagai seorang Ibu, rasanya tidak mungkin mereka berpacaran dalam kurun waktu secepat itu. Ketemu langsung saja jarang hanya sekali-kali.

Bagaimana bisa langsung suka?

Sempat terlintas dipikiran Mama Riska, ini dilakukan hanya demi dia sehingga sang anak, Aldiano memaksakan diri berpura-pura dengan Zelvanya.

Cukup hening sejenak.

Hanya terdengar dentingan sendok dan garpu saling beradu. Aldiano maupun Zelvanya sama-sama tak menjawab.

Zelvanya bukan bermaksud tak tahu sopan santun dan mengabaikan. Dia hanya mengikuti arahan Aldiano.

Sementara, Aldiano menatap lekat Zelvanya beberapa detik. Dia harus mengambil keputusan sekarang antara terus berpura-pura atau memberitahu kebenarannya.

Aldiano menarik nafas kemudian menghembuskannya. Jantungnya berpacu cepat, ini keputusan terbaik bagi dia dan Zelvanya.

"Maaf, Ma. Kita pura-pura pacaran" Kata Aldiano mengakui. Lagipula tak nyaman, terus-menerus berbohong ke depannya. Apalagi, di hadapan orang tua sendiri.

Mama Riska tersenyum, mendengar pengakuan Aldiano. Dia malah senang mendengar kejujuran sang anak. Lebih baik tahu, dari mulut anaknya langsung daripada orang lain.

"Gak papa, jangan memaksakan diri hanya karena Mama"

"Tapi,.." Kata Aldiano menggantung,

Mama Riska dan Aline spontan menatap Aldiano berbinar-binar, bahkan tak luput mengembangkan senyuman. Mereka berdua penasaran dengan kata-kata selanjutnya. Begitupula, Zelvanya sekilas melirik Aldiano.

"Gak ada salahnya saling mengenal dulu kan"

Akhir kata Aldiano tersenyum tipis, menatap Zelvanya penuh makna. Ini kata-kata yang tak sengaja terlontar begitu saja. Bahkan, sejujurnya dia sendiri tak menyangka mulutnya ini bisa berkata seperti itu. Seakan memiliki nyawa sendiri saja.

Terasa memalukan.

Bodohnya, pikir Aldiano.


Oke sekian cukup lah yaa

Berikan vote dan komentar

See you next part

Gimana part kali ini?

Suka atau enggak

💙😂💙😂💙

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Where stories live. Discover now