57.

17 4 0
                                    


Hari ini, Zelvanya fokus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sempat tertunda, dikarenakan kabar buruk beredar. Tapi beruntunglah, para investor kembali tertarik, untuk mendanai. Sebagaimana yang telah Zelvanya lakukan setiap menangani masalah yang muncul. Sehingga, para investor malah menjadi semakin yakin menaruh dananya disini.

Tiba-tiba handphone Zelvanya berdering, tanpa melihat nama sang penelepon Zelvanya mengangkatnya.

Mata Zelvanya masih tak lepas dari laptop. Konsetrasi tingkat dewa. Dia terlalu menikmati pekerjaan.

"Halo" Kata seseorang di seberang sana.

"Iya, ini siapa ya?" Tanya Zelvanya.

"Gue, Al" Sahut Aldiano datar,

"Ohh terus"

"Bisa gue minta bantuan lo gak"

"Bantuan, bantuan apa?"

"Hmm..., bisa lo datang ke rumah gue"

Zelvanya mengeryit heran,

"Untuk apa?"

"Nanti gue jelasin tapi gue minta lo kemari hari ini"

Zelvanya menaikkan alis kebingungan, bukankah dengan cara begini mereka malah cepat ketahuan bahwa hanya berpura-pura melakukan pembatalan kontrak. Tapi, mendengar Aldiano mungkin, ini cukup mendesak dan penting.

Zelvanya juga ada rencana supaya mereka tak terus-menerus diawasi sepanjang hari. Disaat mereka bertemu lagi sewaktu-waktu. Bagaimanapun ini akan menjadi boomerang bagi mereka suatu hari nanti.

"Oke, tapi mungkin agak malam ya"

"Siap gak papa, yang penting lo datang hari ini. Makasih"

Lalu, Zelvanya memutuskan sambungan lebih dahulu. Entah kenapa, layar laptop selalu lebih menarik dibandingkan pembicaraan dengan Aldiano.

Tak terlalu lama, ada seseorang yang kembali menghubungi Zelvanya. Tetapi kali ini, melalui telepon kantor.

Zelvanya langsung mengangkatnya,

"Ini benar kan Zelvanya" Katanya sedikit takut.

Zelvanya mengeryit heran,

"Iya" Jawab Zelvanya ragu.

"Gue Jian, gue bersedia membantu kalian mengenai dalang di balik ini semua. Asalkan bebasin gue dari tuntutan"

"Kamu serius? Ini benar-benar Jian" Tanya Zelvanya tak percaya sama sekali,

Lagipula Zelvanya tak semudah itu percaya, bagaimana bisa seorang yang dianggap musuh berbalik arah menjadi kawan dalam sekejab. Dia harus lebih waspada. Bisa saja, ini trik dari musuh.

"Gue serius, bagaimana kalau kita ketemu langsung malam ini?

"Besok siang aja gimana" Kebetulan sekali, Zelvanya sudah ada janji lebih dulu dengan Aldiano tadi.

"Oke, gue minta nomor lo"

Begitulah, kira-kira pembicaraan singkat antara Zelvanya dengan Jian. Dan, yaa semoga dengan begini Zelvanya dengan mudah mengetahui semuanya disaat bertemu Jian. Kalau memang, si penelepon ini Jian sebenarnya.

💙💙💙

Hanya sebentar Zelvanya singgah ke rumah, lebih tepatnya dia mandi dan berganti pakaian sebentar. Dia tak nyaman menggunakan pakaian formal ini sepanjang hari.

"Duh, Non sibuk bener baru juga pulang" Kata Mbok Lea, sewaktu melihat Zelvanya keluar dari kamar. Setelah, berganti pakian.

Zelvanya tersenyum kecil,

"Saya keluar bentar ya Mbok"

"Ini pasti ketemu pacar yaa" Akhir kata Mbok Lea tertawa,

"Gak lah Mbok, ngapain"

Mbok Lea menggeleng,

"Non mah gitu terus, padahal seumur  Non waktu yang tepat memilah siapa yang pantas jadi suami"

"Dah, Mbok. Pergi dulu"

Daripada diceng-cengin mulu, Mbok Lea memang suka begitu. Padahal, Zelvanya lebih suka menyendiri dulu sekarang. Ada masanya nanti dia memilih seseorang.

💙💙💙

Dalam perjalanan menuju rumah Aldiano, Zelvanya sering kali melihat spion tengah. Dia terus memantau seseorang yang mengikuti dirinya. Hari ini juga, dia akan menjebak orang itu.

Bukan apa-apa, ini sudah melanggar kebebasan seseorang. Masa, mereka kemana-mana diikuti ini sama seperti penguntit.

Belum setengah perjalanan menuju rumah Aldiano, dengan sengaja Zelvanya menepi di pinggir jalan yang agak sepi. Dan, begitu pula tak berapa jauh ada mobil yang mengikuti Zelvanya.

Zelvanya langsung menghubungi anak buahnya,

"Kalian turun sekarang, labrak orang yang mengikuti saya"

"Siap Bos"

Anak buah tersebut, memang sejak tadi berada tepat di belakang mobil bodoh itu. Sehingga, mereka saling membututi satu sama lain.

Setelah, beberapa anak buah Zelvanya melakukan aksinya menakut-nakuti, hingga menggedor. Intinya, sampai orang itu keluar tempat sembunyi. Mereka tak berhenti menyerang.

Zelvanya beranjak keluar dari mobil, dia akan menemui orang tersebut. Yang ternyata, ada dua orang disana.

Mereka nampak jatuh tersungkur, ke jalanan aspal.

"Saya minta maaf, Bu. Saya hanya diperintahkan saja"

"Iya, saya juga minta maaf Bu"

Mereka meminta ampun, menyatukan kedua tangan bersujud-sujud. Supaya segera dibebaskan.

"Siapa orang di balik ini semua?" Tanya Zelvanya,

"Kami gak tahu, dia hanya menghubungi kita Bu"

Zelvanya mengangguk, dia bisa menduga hal ini. Karena, tak mungkin semudah itu terbongkar.

"Langsung ke intinya, saya mau kalian ikuti perintah saya apapun. Kalian masih bisa melanjutkan tugas kalian untuk membututi seperti ini. Tapi, ingat harus dengan persetujuan saya dalam memberikan informasi ke orang itu"

"Silahkan tandatangani, baru kalian boleh pergi. Jika tidak kalian tak akan bebas"

"Dan, berikan nomor handphone penyuruh kalian kepada anak buah saya"

Lalu, Zelvanya pergi meninggalkan mereka. Walau mereka terdengar terus meminta tolong dilepaskan. Namun, Zelvanya acuh tak peduli.

Dia akan melakukan hal yang sama pada orang penguntit Aldiano nanti. Sehingga, mereka tak berkutik dan berpihak pada dirinya juga Aldiano sekarang. Sudah cukup berpura-pura tidak tahu selama ini.

See you next part

Berikan vote dan komentar

Apakah terlihat semakin kacau hehe
😂😂😂

💙💙

YOUTUBER, MY PARTNER (SELESAI)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora