13. Hei! Amorphopallus titanum!

8 3 4
                                    

🐾🐾🐾

Setelah kejadian gorengan waktu itu, entah kenapa aku tak lagi bertemu Ruga. Bahkan, beberapa guru melapor kepadaku bahwa Ruga tak masuk kelas.

Ini sudah hari ketiga. Teman-temannya juga tak ada yang tahu. Entah kenapa mendadak ada yang hilang. Mungkin, karena Ruga merupakan satu-satunya biang keributan di kelas sehingga kealpaannya membuat suasana tambah sepi.

"Ruga tak masuk lagi?" tanyaku menatap seisi kelas.

Beberapa siswa menjawab 'tidak' membuat aku menghela napas berkali-kali. Ujian semester semakin dekat. Namun, Ruga malah tak datang ke sekolah. Aku beberapa kali menanyakan alamat rumahnya, tetapi seisi kelas terdiam. Lagi-lagi aku mendengkus kasar. 'Apa susahnya, sih, mengatakan alamat Ruga?'

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Kantor. Ya, di kantor ada data Ruga di sana, aku bisa mencari tahu di mana rumahnya. Setelah sebelumnya meminta izin kepada guru yang bersangkutan, akhirnya aku menemukan sebuah alamat, Jalan Kenangan no. 2.

Kuraih kunci motor di atas meja lalu mulai mengendarai sesuai alamat Ruga. Aku benar-benar tak sabar ingin menghukum bocah itu. Namun, belum sampai ke tujuan, motor terasa oleng ke kanan setelah sebelumnya masuk ke lubang. Aku terjerembab ke pinggir jalan. Untung saja jalanan sepi sehingga tak ada yang melihatku terjatuh.

Aku segera membersihkan kotoran yang menempel di baju dan tangan, lalu aku berjalan ke arah motor yang teronggok tak berdaya di tepi jalan.

Astaga! Ban bocor!

Dengan sedikit menahan perih di sekitar lutut aku terpaksa mendorong motor menuju bengkel terdekat. Namun, tempat ini begitu sepi. Padahal aku sudah mendorong motor sekian lama, tetapi tak ada satu pun bengkel yang terlihat.

Keringat mulai membasahi pelipis, kerongkongan pun sudah terasa kering. Kuparkirkan motor di pinggir jalan. Aku segera meneguk air mineral dari dalam tas sampai tandas.

Setelah tenaga sedikit kembali, aku kembali mendorong motor. Tepat saat aku berjalan beberapa langkah, gerombolan motor  terdengar mendekat. Kupikir mereka akan pergi begitu saja. Ternyata tidak. Mereka justru memelankan motornya di dekatku.

Sejenak aku bergidik ngeri

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.


Sejenak aku bergidik ngeri. Kutaksir mereka seumuran bocah SMK atau SMA.

"swit swit. Ce-wek, mau Abang temani, nggak?" goda bocah berbaju kuning polos.

Aku masih diam, mencoba mempercepat langkah agar menjauh dari mereka.

"Idih, sombong benget, Dek? Entar nyesel, lho."   Bocah berambut cepak yang duduk semotor dengan baju kuning ikut menyahut.

"Halah, cemen lu Bro. Liat, gue tunjukin cara godainnya," ucap si rambut kribo bermotor ninja." Dek, naik sini. Abang anter sampai rumah? Pasti capek banget kalo jalan, kan?"

"Dek, kalo enggak respon juga. Abang paksa ni!" ancamnya lagi seraya menarik tanganku.

Aku tak lagi dapat menahan emosi. Mulutku terbuka hendak mengeluarkan berbagai sumpah serapah.

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Oct 01, 2021 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

Marry Me, Bu Guru!Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin