4

831 211 17
                                    

"Eh ! Tadi malem siapa sih yang gedor gedor pintu?! Berisik banget !" protes Rean pada ketiga sahabatnya saat sarapan.

"Iya siapa sih? Gue sampe kebangun!" sahut Aldo tak kalah kesal.

"Gue" jawab Jino yang baru datang dan langsung bergabung bersama mereka.

"Lah gedor-gedor pintu mana Jin emang?" tanya Aldo.

"Owalah ternyata Lo ! Gara-gara Lo nih gue jadi gak bisa tidur !" kesal Rean.

"Gue gedor-gedor pintu  kamar Handra" jawab Jino sedangkan Handra yang merasa namanya disebut langsung melotot bingung.

"Kapan Jin? Gue gak denger tuh? " Handra bertanya dengan raut wajahnya yang begitu kebingungan.

"Tadi malem lah. Lo juga kok yang buka in pintunya" jawab Jino santai.

"Nih ! ini nih anak kurang ajar! Tadi malem Lo nuduh gue setan, sekarang Lo malah bilang kalo gue yang buka in Lo pintu , ngawur Lo!" Gas Handra.

"Jadi bener tadi malem Lo gak buka in gue pintu?!" Jino berteriak keras sambil berdiri menatap tajam ke arah Handra.

"Kagak! Yang ada Lo masuk kamar gue langsung bangunin gue ! Pake nampar gue lagi !!" Handra mencak mencak.

"Bentar-bentar. Jadi, tadi malem itu, bener-bener setan dong !" Jino panik.

"Loh, emang kenapa Jin?" Aldo bertanya penasaran.

"Gue ceritain di sekolah aja. Gak berani gue kalau disini. Ngeri "

"Oke. Lo hutang cerita sama gue!" tekan Aldo pada ucapannya.

.

Saat di sekolah, mereka berempat tak sabar menunggu waktu istirahat karena mereka cepat cepat ingin mendengar cerita dari Jino. Terutama Aldo karena Jino tadi mengucapkan kata 'setan' .

Krriingg

Bel istirahat telah berbunyi. Kantin adalah tempat pertama yang akan dikunjungi oleh para siswa . Begitu pula dengan Aldo dan yang lainnya.

"Buruan ,Jin . Ceritain !" Perintah Aldo tak sabar pada Jino.

"Sabar ah ! "

"Buru !"

"Iya! Jadi gini,...."

Jino pun menceritakan semua kejadian yang ia alami tadi malam tanpa terkecuali . Mulai dari ia melihat seorang pria yang mencoba untuk bunuh diri,hingga dirinya yang dirinya bisa sampai di kamar Handra.

Ketiga sahabatnya itu kelihatan bingung namun mereka juga sedikit percaya dengan cerita Jino . Terlebih Aldo karena ia juga pernah mengalami hal yang mirip dengan Jino.

Sementara Rean memilih diam dan tak banyak merespon sedangkan Handra dia masih saja tidak percaya dan menganggap jika Jino hanya berhalusinasi namun sebenarnya ia juga sedikit percaya dan takut namun ia hanya gengsi untuk mengakuinya .

.

"Jin! Anterin gue pulang ke rumah nyokap gue dong!" Kata Handra langsung naik ke motornya Jino tanpa izin .

"Lah ngapa?" Tanya Jino .

"Kepo lah. Tinggal anter kok repot" .

"Motor Lo kemana,Dra ?" Tanya Rean.

"Noh di bengkel"

"Gimana Jin mau gak?" Tanya Handra memastikan.

"Oke lah. Tapi jangan lama lama" jawab Jino menyetujui permintaan Handra.

"Ya udah Al,Re Lo berdua balik aja dulu " kata Jino dan langsung di angguki oleh Aldo dan Rean.

"Jangan sampe malem ! Gue kunci in mampus Lo !" teriak Aldo mengingatkan kedua sahabatnya yang sudah mulai menjauh dan Handra tampak mengacungkan jempol nya tanda mengerti dan masih mendengar Aldo.

Di antara ketiga sahabatnya, Aldo lebih dekat dengan Rean. Rean adalah tetangga sekaligus sahabatnya dari kecil . Aldo selalu menganggap Rean itu sudah seperti kakaknya sendiri begitu pula Rean yang menganggap Aldo seperti adik kandungnya karena Rean merupakan anak tunggal  yang selalu berkeinginan memiliki seorang adik.

Rean juga sangat dewasa saat bersama Aldo . Hal itulah yang membuat Aldo selalu mendatangi Rean ketika ia punya masalah apapun dan Rean akan dengan senang hati membantu nya.

.

"Re,mau kemana sih Lo ?" tanya Aldo ketika Rean buru buru naik ke atas .

"Gue mau tidur ya capek" kata Rean pada Aldo yang tengah menonton pertandingan sepak bola di ruang tengah sendirian. Karena Jino dan Handra belum pulang .

"Oh ya udah"

Berkali kali atau bahkan sering Aldo memukul-mukul bantal geram ketika tim faforit nya gagal mencetak gol . Dan tak jarang juga anak itu berteriak heboh memberi semangat kepada tim faforit nya.

Namun , hal itu seketika mengingatkan Aldo pada kenangan nya 3 tahun lalu . Dulu dia akan menonton pertandingan sepak bola bersama kakak laki-laki nya bahkan mereka juga tak jarang begadang hingga membuat mereka telat bangun di pagi hari lalu keduanya akan terkena Omelan sang ibu tercinta .

"Hhh... sepertinya itu cuma jadi kenangan ya kak..." Ucap Aldo sedih dan ia tak lagi berminat untuk menonton tayangan yang ada di depannya.

"Udah Al,gak ush terlalu dipikirin" kata Rean duduk di samping Jaemin.

"Eh Re, bukannya Lo tadi ke atas ya?" Aldo mulai menjadi takut-takut. Ia juga tidak mau mengalami kejadian yang seperti dulu atau kejadian seperti Jino semalam.

"Mana bisa gue tidur ! Suara Lo berisik kedengeran sampai atas" kata Rean memberi jawaban dengan nada kesal nya.

"Owhh"

"Lo mikirin apa sih?" tanya Rean.

"Biasa . "

"Kakak Lo?"

"Iya. Dia sekarang dimana ya,Re? Dia baik baik aja kan?"

"Tenang aja Al, semuanya akan baik baik aja kok" kata Rean sambil mengusap punggung Aldo untuk menenangkannya.

Seketika Aldo teringat sesuatu...

"Tenang aja dek,semuanya akan baik-baik aja kok"




NEW HOUSEWhere stories live. Discover now