9

724 174 5
                                    


Pagi ini, Rean belum juga siuman .
Jino sudah pulang dan ia langsung kebingungan dengan hal-hal yang telah ia lewatkan. Aldo dan Handra sudah saling meminta maaf terutama Aldo karena dia menuduh Handra tanpa alasan dan waktu itu ia sedang emosi.

.

Aldo termenung disamping Rean yang masih belum sadar dari pingsannya. Perkataan Rean semalam benar- benar benar mengganggu pikirannya.

"Kakak kecewa dengan kamu Aldo!"

Perkataan itu selalu saja terngiang ngiang di otaknya.

"Kenapa Rean manggil dirinya kakak?
Kenapa dia kecewa sama gue?" Monolog Aldo.

"Jangan-jangan..." Aldo menjeda omongan nya sendiri .

"Gak! Gak mungkin....gak mungkin kalau Kak Ricard udah gak ada" kata Aldo menjambak rambutnya sendiri dengan kasar. 

"Rean pasti bercanda! "

Teriakan Aldo terdengar oleh Jino dan Handra. Mereka berdua segera masuk ke kamar Rean.

Aldo menyadari jika semalam yang menamparnya itu bukanlah Rean. Rean memanggil dirinya sendiri dengan sebutan kakak. Jadi, menurut Aldo itu adalah Ricard , kakaknya . Tapi , jika Ricard merasuki tubuh Rean, apa Ricard sudah tidak ada?

"Aldo ! Lo tenang !" Kata Jino menarik Aldo yang memukuli kepalanya sendiri menggunakan kedua tangannya.

"Jun, kak Ricard baik-baik aja kan?" Tanya Aldo dengan suaranya yang lirih dan hampir tak terdengar. Jino mengangguk mengiyakan dan Aldo tampak tersenyum sebelum ia kehilangan kesadarannya.

.
.
.

"Ugh...." Rean mengerjapkan matanya dan membiasakan dengan cahaya di sekitar nya.

"Rean..." Tampak Jino datang menghampiri Rean dan membantunya untuk duduk .

"Re,mau minum?" Tanya Jino dan Rean mengangguk.

"Nih" kata Jino menyodorkan segelas air putih.

Ceklek

"Rean! Lo udah sadar ?!" Tanya Handra ketika melihat Rean yang sedang minum .

"Berisik !" Kata Jino.  Sebenarnya ia kaget, dan ia kasihan sama Rean karena Rean hampir saja tersedak gara-gara teriakan Handra.

"Lo pulang kapan Jin?" Tanya Rean pada Jino.

"Tadi pagi. " Jawab Jino.

"Tadi malem Lo kenapa nampar Aldo, Re?" Tanya Handra dan Rean langsung mengernyitkan dahinya bingung.

"Maksud Lo?" Tanya Rean balik.

"Lo gak inget semalem?" Tanya Handra dan Rean menggeleng.

"Aldo mana?"

"Ada di kamar. Dia pingsan"

Setelah mendengar perkataan Jino, Rean segera bangun dan berlari ke arah kamar Aldo dan langsung diikuti Jino dan Handra

Handra menceritakan semua yang terjadi kepada Rean termasuk ketika Rean mengatakan pada Aldo jika ia kecewa dengan Aldo.

Rean tak mengerti dengan semua ucapan Handra. Yang dia ingat adalah semalam ia hanya merasa pusing lalu ia tertidur dan terbangun saat siang hari.

Dan Rean tidak menyadari jika ia sudah menampar Aldo tadi malam. Handra menyimpulkan jika semalam bisa saja itu bukan Rean tetapi arwah seseorang yang merasuki tubuh Rean.

.
.
.

Rean dan Handra sedang berada di dapur. Mereka berdua sedang makan bersama. Sedangkan Jino, dia berada di kamar Aldo untuk menemaninya.

"Lo ngerasa ada yang gak beres sama rumah ini kan?" Tanya Handra menebak karena dari tadi Rean banyak diam.

"Hm. " Jawabnya singkat.

"Bukan cuma Lo aja Re, tapi kita semua" kata Handra.

"Hhh... sebenernya ada apa sih? Kenapa kita harus ngalamin hal yang kayak gini ?"

"Gue juga gak tau Jun" kata Handra menghela nafas kasar.

"Rean!! Handra !! Cepet ke atas ! Aldo udah sadar !!" Teriak Jino dari lantai atas . Rean dan Handra pun segera pergi ke lantai atas untuk menemui Aldo tentunya.

"Al!" Teriak Rean ketika ia masuk ke kamar Jaemin.

"Gue baik Re, gak usah panik" kata Aldo dengan datarnya.

"Baik matamu! Muka Lo pucet !" Kata Handra sembari berteriak memarahi Aldo yang berpura pura baik baik saja.

"Gue kan cuma lelah" kata Aldo dengan senyum lebarnya.

"Emm,Al, gue minta maaf ya sama Lo karena semalem" kata Rean lirih.

"Ha?"

"Gue minta maaf Aldo...gue gak tau kalau tadi malam gue nampar lo. Gue  gak tau" kata Rean menunduk di samping Aldo .

"Iya. Gak papa kok lagian semalam gue emang keterlaluan" kata Aldo menepuk pundak Rean.

"Ayo! Kita harus selesain masalah ini bersama sama. Kita harus cari penyebab teror di rumah ini!!" Teriak Handra dan mereka berempat mengangguk .


NEW HOUSEWhere stories live. Discover now