Bagian 3 : Manisan Mangga

4.7K 631 13
                                    

"Abu rokoknya jangan dibuang sembarangan! Apalagi puntung rokoknya dibuang ke dalam cangkir! Kalau sampai, gue suruh lo beliin gue cangkir baru!"

Saren mendelik kesal pada Nasha yang menyiapkan secangkir kopi padanya, di sebelahnya Bara hanya tertawa. Merasa heran dengan temannya itu yang bisa hidup serumah dengan wanita bawel tersebut.

Usai mengomel, Nasha kembali masuk membiarkan Bara dan Saren duduk bangku yang berada di teras rumah mereka.

"Kok bisa lo hidup seatap ama Nasha?" tanya Saren pada Bara.

"Udah biasa." Hanya itu jawaban Bara. Selama bertahun-tahun pacaran dengan Nasha lalu menikah membuat Bara sudah biasa dengan sikap Nasha yang cerewet apalagi suka mengomel. "Tumben lo ke sini?" lanjut Bara. Merasa heran dengan Saren yang pada siang hari ke rumahnya. Apalagi ini hari Minggu. Tau kebiasaan Saren pada malam Minggu dan akan bangun di sore hari.

"Gue suntuk di apartemen sendirian."

"Emang semalem gak bawa cewek pulang?"

Saren tertawa, ia meninju pelan lengan Bara yang ikut tertawa. Temannya itu tau saja kelakuannya.

"Lo lupa kalau semalam Viora bikin hidung gue keluar darah?"

Kali ini Bara tertawa keras. Mengingat jika semalam Saren tiba-tiba saja meminta nomor Viora lalu pada subuh hari, Saren meminta alamat rumah Viora membuatnya bertanya kenapa pria itu tiba-tiba berurusan dengan Viora? Lalu Saren pun menjelaskan apa yang terjadi.

"Gue heran kenapa Vio ada di tempat kayak gitu. Setau gue dia anti banget," ujar Bara tau jika Viora enggan menginjakkan kaki ke tempat hiburan malam. Mungkin takut apa yang pernah terjadi pada Nasha dan Salena juga terjadi pada wanita itu.

Saren hanya mengendikkan bahu tidak tau apa alasan Viora ke tempat tersebut. Lalu ia membakar linting rokoknya, tidak lupa menawarkannya pada Bara.

"Kenapa gak pulang ke rumah nyokap lo kalau suntuk di apartemen?"

"Yang ada gue malah makin suntuk Bar. Apalagi kalau diomelin kayak anak kecil, bikin gue kesel aja."

"Emang kelakuan lo kayak anak kecil. Nakal banget," ejek Bara membuat Saren tertawa.

"Nakalnya beda, kan?" menyeringai membuat Bara tertawa.

Suara deruh motor menyentak mereka. Mata Saren berbinar menatap sosok Viora yang menggunakan motor memasuki halaman rumah Bara. Tapi, tatapan wanita itu begitu tajam menusuknya.

"Bar, Nasha ada gak?" Wanita itu tidak turun dari motor. Bahkan tidak mematikan mesin motornya.

"Oh ada di dalem. Itu apaan?" Bara masih duduk di tempatnya. Mengendikkan dagu ke arah kresek yang diacungkan Viora.

"Manisan mangga buat Nasha. Bini lo ngerepotin banget. Lo suaminya, tapi gue yang repot," gerutu Viora.

Mata Bara melotot, sontak berdiri. Kemudian masuk ke dalam rumah, "Mah! Mamah!"

"Bara!" Seru Viora kesal karena Bara tidak mengambil kresek tersebut. Ia mendelik pada Saren yang beranjak dari tempatnya lalu menghampirinya. Segera ia memberi kresek tersebut pada Saren. Menyuruh pria itu memberinya pada Nasha karena ia ingin segera pulang. Padahal tadi sempat ingin tinggal karena berada di rumah ia merasa bosan, tidak ada yang menemani. Nina sudah tidak berada di rumahnya karena adiknya itu sedang membantu Abah menjual di toko klontong milik keluarganya.

"Heh!" Viora berseru kesal pada Saren yang seenak jidat mencabut kunci motornya lalu berlari masuk ke rumah Bara dan Nasha.

Segera ia menyusul dan pemandangan rumah tersebut, Bara yang bersuka cita karena kehamilan Nasha. Sedangkan Nasha kini menghunuskan tatapan kesal padanya.

"Vi! Kok lo bilang ke Bara sih?! Surprise gue batal deh!" sungut Nasha kesal. Rasanya ingin mencakar-cakar wajah Viora.

"Kok Mamah gak langsung bilang? Udah berapa minggu?" tanya Bara dengan senyum bahagia. Padahal beberapa minggu yang lalu Nasha mengatakan belum ingin memiliki anak lagi karena Shara masih berusia dua tahun.

"Au ah! Nyebelin!" Nasha badmood parah karena ingin memberi kejutan Bara pada saat anniversary mereka, tapi gagal karena ulah Viora. Harusnya ia tidak memberitahu Viora. Masuk ke kamar yang diikuti Bara.

Kini Viora beralih pada Saren yang malah menikmati manisan mangga yang ia bawa. Segera ia menghampiri pria itu lalu memukul tengkuknya membuat Saren tersedak.

Wajah Saren memerah dan terbatuk-batuk. Viora kaget sendiri dan segera memberi air pada pria itu tidak lupa mengusap punggungnya.

Saren telah merasa baik, tapi ia masih pura-pura batuk dan memasang ekspresi kesakitan.

Tau jika Saren pura-pura, membuat Viora segera menempeleng pria itu lalu berdecak kesal, ia merampas wadah berisi manisan mangga dari hadapan Saren.

Mengurungkan niatnya untuk memasukkan ke dalam kulkas saat melihat Shara sedang berjongkok di sudut ruang dapur tersebut.

"Kamu kenapa?" Viora mendekat. Jangan harap nada suaranya akan lemah lembut. Viora tetap Viora. Tidak tau berinteraksi dengan anak kecil.

Shara takut pada Viora karena teman Mamanya itu sangat galak. Ekspresinya saja selalu ketus. Jadi gadis kecil itu semakin merapatkan tubuhnya di dinding.

Viora mengendus aroma tidak sedap, ia segera menjauh dari Shara. "Sha! Anak lo berak!" teriaknya.

Saren yang diam-diam kembali menikmati manisan mangga tersebut berhenti mengunyah saat megendus aroma tidak sedap juga. Ia segera mengambil gelas untuk meneguk air.

Bara yang keluar dari kamar lalu meraih putri kecilnya. Membawanya ke kamar mandi. Pun Nasha juga keluar, ia menatap manisan mangga yang dibawa Viora.

"Vi, kok dikit banget?" Viora mendekat ke arah Nasha lalu menoleh ke arah Saren yang membuang muka seakan bukan pria itu yang memakan manisan mangga tersebut.

"Tuh, dia yang makan."

Nasha pun menatap tajam Saren. "Ren, lo mau bikin anak gue ileran! Ganti!"

"Ya udah. Nih, lo beli lagi." Saren mengeluarkan uang, memberinya pada Viora. Lagi-lagi kepalanya ditempeleng membuatnya mengaduh sakit.

"Lo pikir bikin begini gampang?!" ujar Viora galak.

"Lo yang bikin sendiri?" Berbeda dengan Saren yang berbinar. "Enak banget Vi. Bikinin gue juga, ya?"

Sebelum Viora menendang tulang keringnya, segera ia berlari keluar.

"Vi, manisannya dikit banget," Nasha merengek. Padahal sudah tiga hari ia mengidamkan manisan tersebut. Karena sekarang bukan musim mangga membuatnya harus menunggu lama.

"Jangan nyuruh gue lagi nyari mangga. Gue balik!" ujar Viora galak sebelum Nasha memintanya membuat lagi. Bukannya Viora tidak ingin. Hanya saja, buah mangga sangat susah dicari membuatnya kesana kemari mencarinya.

Viora telah naik ke atas motornya, hendak memutar kuncinya dan ia teringat jika kunci motornya diambil Saren.

Kedua mata Viora terpejam. Mengontrol emosinya yang langsung menguasai dirinya.

"Saren kampret!!"

Pria itu telah pulang dan membawa kunci motornya.

Sementara itu di dalam mobil, Saren tertawa. Ia meraih kunci motor Viora yang ia taruh di saku celananya tadi. Dan tidak berapa lama ponselnya berdering.

Nama Viora tertera di layar.

Berarti Viora tidak lagi memblokir nomornya.

Bukannya menjawab, Saren tidak mengacuhkan. Malah mengeraskan volume suara audio mobil lalu bernyanyi. Mengikuti lagu yang sedang diputar.

Ah membuat Viora kesal adalah hal yang menyenangkan bagi Saren.

***

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
06/10/21

Bittersweet Enemies Be LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang