Bagian 21 : Coba-Coba

2.6K 366 5
                                    

Saren mengaduh sakit saat keningnya dijitak. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Viora. Dengan ekspresi memelas ia mengusap keningnya. Beda dengan ekspresi Viora yang kelewat kesal.

Viora hendak pergi, tapi segera ia mencegah. Menghalangi langkah Viora. "Vio, ayo dong terima tawaran gue!"

"Ih apaan sih?! Minggir lo!" ujar Viora kesal. Ia mendorong Saren, hendak pergi, tapi lagi-lagi Saren menghalangi langkahnya.

"Viora, terima tawaran gue dan gue yakin hidup lo bakalan tentram, aman dan nyaman. Nyokap lo gak bakalan maksa lo buat dijodohin lagi."

"Gue gak mau pacaran sama lo!"

Saren merengut masam, ia menatap kesal Viora yang menolaknya untuk kesekian kalinya. Tapi, ia tidak akan menyerah.

"Kenapa sih gak mau pacaran sama gue?! Gue boyfriend material tau! Ah atau kalau lo mau langsung nikah? Ya udah gas! Kita nikah aja."

Viora menjitak kepala Saren membuat pria itu kembali mengaduh sakit. "Gak waras lo! Lo budeg ya? Gue kan udah bilang, gak mau, ya gak mau!"

Viora kembali melangkah masuk ke pekarangan rumahnya. Segera Saren mengejar dan mensejajarkan langkahnya dengan Viora. "Atau lo mau coba?"

"Coba apaan?" sahut Viora ketus tanpa menghentikan langkahnya. Barulah ia berhenti saat Saren menghalanginya lagi. Pria itu berdiri di hadapannya.

"Coba pacaran sama gue sampai akhir tahun nanti biar nyokap lo gak desak lo buat jodohin lo."

"Hah?" Viora menatap Saren tidak mengerti.

Saren menghela nafas pelan. "Gini, Vi. Coba pacaran sama gue. Kita pacaran gitu sampai akhir tahun nanti. Setelah sampai waktunya, terserah keputusan lo mau lanjut atau enggak." Sebenarnya Saren tidak menginginkan hal tersebut. 'Coba-coba' pacaran dengan Viora, karena sebenarnya ia sangat ingin pacaran bahkan menikah dengan Viora. Tapi, ia lakukan hal ini agar Viora mau. Tergiur dengan tawarannya. 'Coba-coba' berkedok pacaran sesungguhnya. Itulah rencana Saren. Waktu tiga bulan ia akan gunakan agar Viora membalas perasaannya. Sehingga keputusan wanita itu nanti, untuk melanjutkan hubungan mereka. "Gimana?"

"Kita.... pacarannya gak beneran?"

Saren mengangguk saja, apapun yang ada di pikiran Viora. Yang penting mereka pacaran.

"Pura-pura aja gitu?" Lagi-lagi Saren mengangguk. Viora terdiam sejenak. "Sampai akhir tahun?" Untuk kesekian kalinya Saren mengangguk. "Gue maunya sebulan aja."

Kali ini Saren tidak mengangguk ataupun menggeleng.

Keduanya terdiam.

Viora berpikir jika waktu tiga bulan sangat lama, apalagi pura-pura pacaran dengan Saren. Manusia yang harusnya ia jauhi. Waktu sebulan baginya sudah cukup, pasti bulan berikutnya Mama tidak akan mendesaknya lagi karena ia yang telah berpacaran. Pasti Mama bertingkah seperti sekarang karena dirinya yang tidak pernah pacaran. Itulah pemahaman Viora tentang situasi saat ini.

"Tapi Vi..."

"Sebulan atau enggak sama sekali?!"

Saren berdecak pelan.

Kenapa sekarang Viora yang memegang kendali?

***

"Pagi Sayangku!"

Ekspresi Viora datar, bahkan siap menendang Saren yang segera menghindar.

"Vi, jangan galak-galak dong. Kita kan sekarang pacaran."

"Pura-pura doang!" ujar Viora sinis membuat Saren merengut kesal. Memang, semalam telah diputuskan jika mereka akan pacaran pura-pura agar Mama Viora tidak lagi menganggap Viora mengenaskan dengan status jomblonya. Meski tidak sepenuhnya setuju karena waktunya hanya sebulan, membuat Saren harus ekstra mengeluarkan berbagai macam cara agar Viora membalas perasaannya.

"Walaupun pura-pura harus tetap profesional Vi. Kalau enggak, nanti kaku lho."

"Ngapain lo ke sini?" Viora tidak mengacuhkan gerutuan Saren, ia menatap pria itu yang telah rapi dengan pakaian kerjanya.

"Lihat kamu. Soalnya kamu gak mau jawab panggilan videoku."

Viora langsung bergidik geli mendengar panggilan Saren yang berubah, apalagi senyuman manis pria itu. "Geli gue dengernya! Stop! Mending gak usah lanjut deh." Viora mengusap telinganya seakan ingin mengenyahkan suara Saren yang terngiang.

"Ya enggak boleh dong. Perjanjiannya sebulan, ya harus sebulan. Ini belum genap sehari," ujar Saren kesal.

"Ya udah lo gak usah pake, 'kamu'. Bikin gue risih. Sikap lo juga gak usah terlalu berlebihan!"

Saren memutar bola mata malas. Sangat kentara jika Viora tidak pernah pacaran.

"Viora Sayang, yang namanya pacaran harus saling bersikap manis. Dan nunjukkin kasih sayang."

"Tapi ini cuma pura-pura!"

"Harus tetap profesional. Dah, aku berangkat kerja dulu." Segera Saren mengecup kening Viora membuat Viora melotot. Membeku di tempatnya. "Bye-bye Sayang! Aku kerja dulu, ya!"

Viora masih membeku di tempatnya, tangannya terkepal kuat. Sangat ingin melayangkan pukulan pada Saren.

Lalu ia menghela nafas kasar kemudian memukul kepalanya sendiri.

Salah sendiri kenapa menerima tawaran Saren?

Saking frustasi dirinya karena didesak oleh Mama terus menerus membuatnya tidak bisa berpikir jernih semalam. Menerima tawaran konyol Saren.

Berdecak kesal, lebih baik ia kembali tidur. Karena pasti dalam beberapa jam kemudian, Saren akan kembali. Mengusik dirinya dengan segala tingkah yang membuatnya bergidik geli sekaligus ngeri. Karena seumur hidupnya ia tidak pernah pacaran. Bahkan melihat teman-temannya pacaran membuatnya geli sendiri. Dan saat merasakannya, ia merasa merinding.

Belum genap sehari, rasanya Viora ingin melambaikan bendera putih. Tidak bisa membayangkan bagaimana hari-hari selanjutnya, apalagi bersama Saren.

***

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
04/11/21

Bittersweet Enemies Be LoversDonde viven las historias. Descúbrelo ahora