Bagian 16 : Frustasi

2.7K 430 5
                                    

Tiga hari telah berlalu usai Viora pergi begitu saja dari rumah orang tuanya. Sampai saat ini Viora tidak pernah ke sana lagi, juga tidak pernah menghubungi Mama. Biasanya ia akan menelepon Mama, bertanya menu masakan yang dibuat Mama. Jika makanan favoritnya, ia akan mampir makan. Atau Abah minta bantuan pada dirinya untuk menjaga toko.

Meski merasa resah jika orang tuanya marah juga, ia menekankan dirinya sendiri jika yang seharusnya marah itu dirinya, daripada orang tuanya. Karena seakan orang tuanya tidak menghargai keputusannya. Ingin mengatur dengan siapa ia menikah.

Pelampiasan amarah Viora pada karyawan yang bekerja di tempat laundry, anak-anak kosnya. Ada saja kesalahan yang ia cari meski hanya sepele, tapi ia akan marah besar. Juga pada teman-temannya. Odit dan Salena yang berada jauh pun kena marah.

Ia sengaja menelepon dan marah-marah. Membuat dua temannya itu berspekulasi jika ia sudah tidak waras.

"Bisa-bisa gue keguguran, dengerin lo ngomel mulu! Mending lo pulang deh!" ujar Nasha kesal karena pada hari Minggu pagi ini Viora datang ke rumahnya. Bukannya membawa kudapan ataupun sarapan, Viora malah datang mengomentari lantai rumahnya yang berdebu karena sudah tiga hari tidak disapu.

Harusnya Viora maklum, karena ia sedang hamil. Shara masih kecil, juga Bara yang bekerja. Makanya Nasha kerepotan mengurus rumah.

"Mah kok omongannya gitu?!" tegur Bara pada Nasha membuat Nasha mendengus pelan.

"Tuh, gara-gara dia yang bikin Mamah naik darah!" Nasha menunjuk Viora yang memutar bola mata menyaksikan drama saling berteriak suami istri tersebut.

"Kayaknya lo butuh pasangan deh, biar gak nyebelin!" Bara pun mengeluarkan kekesalannya pada Viora. Karena Viora membuat Nasha kesal, maka Nasha melampiaskan padanya. Padahal ia tak salah sama sekali.

"Gue cuma butuh makan. Beliin gado-gado dong," ujar Viora disertai decakan malas.

"Heh! Ngapain lo minta makan di laki gue?!" Nasha melotot pada Viora yang ekspresinya datar.

"Sesekali traktir gue makan kali. Jangan gue mulu yang traktir lo."

"Enak aja! Akhir-akhir ini gue yang selalu traktir lo makan, pea!"

"Emang lo lupa dulu-dulunya gue yang selalu traktir lo?!"

"Ya itu kan dulu Vi! Beda dengan yang sekarang!"

Bara hanya mampu menghela nafas kasar menyaksikan pertengkaran dua wanita itu. Ia pun mengajak Shara untuk berjalan-jalan. Tidak baik putri kecilnya melihat adu mulut dua wanita itu.

"Nanti kalau Shara udah gede nyari temen yang normal, ya? Jangan kayak temen Mamah yang aneh."

Meski tidak mengerti Shara tetap mengangguk lalu bersemangat menyuruh papanya mengemudikan motor.

Lelah saling adu pita suara, akhirnya Nasha dan Viora berhenti sendiri.

"Ambilin gue minum Sha. Haus nih,"

"Ambil sendiri!"

Dan keduanya kembali adu pita suara.

***

Setelah dari rumah Nasha membuat kekacauan, Viora ke apartemen June. Temannya itu belum bangun membuatnya ke kamar mandi. Tidak lupa mengambil baskom lalu mengisinya dengan air. Kemudian kembali mendekat ke arah June yang mendengkur keras.

Air dalam baskom di siram pada June membuat June tersentak dan langsung bangun.

"Mama, ke..." Perkataan June berhenti saat menyadari jika bukan Mama yang menyiramnya. "Vi! Ngapain lo pagi-pagi ke rumah bujangan?! Terus masuk ke kamar gue lagi?! Gue masih perjaka tau!"

June memeluk dirinya sendiri. Berujar dramatis membuat Viora mendengus kesal lalu Viora menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur kemudian menendang pelan kaki June. Secara bertubu-tubi.

"Gue galau Jun!!"

"Hah?!" June melongo di tempatnya. Ia segera menarik lengan Viora hingga Viora duduk. "Galau kenapa lo? Lo abis kesambet apa? Kok Viora tiba-tiba berubah jadi lembek begini?"

Viora menempeleng kepala June saat pria itu menampar pipinya. Meski pelan dan tidak sakit, ia tetap merasa kesal.

"Gak tau kenapa dari kemarin perasaan gue gak enak." Viora mengerang frustasi kembali menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur lalu mengangkat dua kakinya ke atas dan menendang udara.

"Ya enakin, Vi. Mau gue enakin, gak?" June tersenyum mesum dan Viora langsung mengancam dengan memperlihatkan kepalan tangannya membuat June beringsut memberi jarak dari Viora.

June memilih turun dari ranjang. Masuk ke kamar mandi. Mandi secepat kilat kemudian keluar untuk mengambil pakaian, kembali masuk ke kamar mandi untuk mengenakan pakaian. Kemudian keluar.

Menyampirkan gorden jendela kamarnya hingga cahaya matahari masuk. Begitu menyengat. Padahal tidak terkena langsung.

June baru tau kalau saat ini sudah siang hari.

Lalu mengambil hair dyer untuk mengeringkan kasurnya yang basah, melirik Viora yang tatapannya kosong ke langit-langit kamar.

Terakhir kali melihat Viora seperti ini saat orang tua temannya itu bangkrut. Viora yang kekurangan uang dan berpikir tidak bisa lanjut kuliah lagi.

"Hei..." Panggilnya pelan usai mengeringkan tempat tidur. Ia duduk di tepi ranjang. Menatap Viora yang posisinya masih rebah.

"Apa?" sahut Viora malas.

"Setiap orang tua itu mau yang terbaik buat anaknya. Tapi, mereka gak tau apa yang diinginkan anaknya, bener, kan?"

Viora mengangguk pelan menyetujui perkataan June. Kalau dalam sikap normal, June memang seperti ini. Beda lagi kalau tingkah tidak warasnya kumat membuatnya jengkel setengah mati.

"Terutama tentang pernikahan." June terdiam sejenak. "Mungkin orang tua lo cemas kalau nasib lo kayak temen-temen lo."

"Maksud lo?" Viora beringsut duduk menatap bingung June.

June merubah posisi duduknya. Menarik dua kakinya naik ke atas tempat tidur lalu duduk bersila. Menghadap ke arah Viora. "Odit, Salena, Nasha. Mereka nikah karena insiden. Terus Odit dan Salena pernah cerai walaupun pada akhirnya kembali lagi. Mungkin aja  orang tua lo cemas, takut lo kayak mereka. Lo nantinya hamil, terus nikah. Abis itu cerai."

"Astaga masa orang tua gue berpikiran begitu, Jun?! Gue udah dua tujuh tahun kali!"

"Walaupun dari segi umur lo udah dewasa, tapi orang tua itu tetep nganggap lo anak kecil. Polos yang gak tau apa-apa. Apalagi lo itu cewek."

Viora terdiam.

June meraih tangan Viora, mengusapnya dengan lembut. "Gini Vi. Orang tua lo kan pengen lo nikah sama Pak Aji dengan alasan karena Pak Aji udah tiga kali ngelamar lo. Dan mereka selalu tolak. Takutnya nanti kena sial kalau Pak Aji ngelamar lo lagi dan mereka nolak lagi. Kalau lo gak mau nikah sama Pak Aji. Gimana kalau kita nikah? Gue bakal lamar lo, lebih dulu dari Pak Aji. Kayaknya orang tua lo langsung terima, ya? Secara udah tiga kali lo dilamar."

Viora mengerjap beberapa kali, mencoba mencerna perkataan June.

Plak!

Tangan Viora melayang ringan menyentuh pipi June membuat June mengaduh sakit.

"Gue lagi serius dengerin malah lo bercanda! Pea lo!" gerutu Viora kesal tidak mengacuhkan June yang kembali dramatis. Berteriak betapa perih pipinya akibat tamparan darinya.

***

June ga bercanda lho Vi😳

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
01/11/21

Bittersweet Enemies Be Loversحيث تعيش القصص. اكتشف الآن