Bagian 24 : Marah-Marah

2.4K 357 7
                                    

Viora sedang menyapu halaman rumahnya yang penuh dengan daun kering, ia mengambil pengki untuk mengangkut daun kering tersebut lalu memasukkan ke dalam plastik sampah. Usai melakukannya, ia menaruh pengki dan sapu lidi terlebih dahulu.

Dari arah pagar, sosok June yang baru turun dari mobil berjalan tergesa-gesa hingga tidak sengaja menendang plastik sampah yang belum Viora ikat hingga daunnya berserakan kembali keluar.

Viora menatap datar daun kering tersebut lalu June yang terlihat kesal menatapnya.

"Lo..." Belum selesai perkataan June, sapu lidi yang masih berada di tangan Viora sudah membabi buta memukul bokong June. "Vio!" pekik June berusaha menghentikan Viora.

"Beresin!" Viora melempar sapu lidi juga pengki pada June lalu menunjuk plastik sampah yang terhambur keluar daun kering.

June menatap kesal Viora lalu memungut peralatan tersebut kemudian menyapu daun kering dan memasukkannya kembali ke dalam plastik sampah. Tidak lupa mengikat ujungnya dan menaruhnya di tempat sampah yang berada di depan rumah Viora. Mengembalikan pengki dan sapu lidi ke tempatnya.

Kemudian menyusul Viora masuk ke dalam rumah. Wanita itu sedang meneguk air dingin.

"Lo pacaran sama Saren?!" seru June tertahan. Wajahnya memerah entah kesal atau kepanasan, Viora tidak bisa menebaknya. Ia hanya menatap malas pria itu.

"Pacaran bo'ongan biar nyokap gue gak desak mulu buat nikah."

"Kenapa harus sama Saren, Vi?!" Suara June tertahan. Sangat kentara jika pria itu sedang kesal. June menunjuk dirinya sendiri seraya melotot pada Viora. "Lo bisa ajakin gue! Kenapa malah ajak si kampret itu buat jadi pacar boongan lo?! Apa lo lupa kalau dia itu mesum?! Nanti kalau dia apa-apain lo, gimana?!"

"Lo lupa kalau gue siapa, Jun? Gue bisa jaga diri!" Mereka saling berteriak hingga suara mereka menggema di rumah tersebut.

June menghela nafas kasar, membuang pandangannya sejenak. Lalu kembali menatap Viora. "Lo... suka sama Saren?"

Viora mengerjap pelan mendengar pertanyaan June. Pria itu yang tadinya kesal kini terlihat sendu membuatnya mengernyit heran.

"Enggak lah!"

"Tapi lo bela dia. Seakan-akan dia bukan cowok brengsek yang bakal macem-macemin lo. Lo ajakin dia buat jadi pacar boongan lo. Terlepas pura-pura atau enggak, kenapa lo ajak dia? Kenapa bukan gue? Kita udah bersahabat lama, Vi. Gue temen lo. Saren emang temen lo juga. Tapi, lo baru aja deket sama dia beberapa bulan ini setelah sekian lama gak bertemu."

"Dia yang ajakin gue! Bukan gue!" Viora membela diri menatap nyalang June. Merasa kesal karena June menyudutkan dirinya.

"Terus kenapa lo mau-mau aja?! Kalau lo butuh pacar boongan, kan ada gue Vi! Atau kalau lo butuh pacar beneran, ada gue juga!" June terdiam sejenak, ia menatap Viora yang melotot lalu ia membuang pandangannya.

"Damn, Jun. Lo ngomong begitu bercanda atau serius?" desis Viora pelan. Merasa syok.

Memang selama ini June sering menggodanya untuk menjadi kekasihnya, tapi dengan nada gurauan yang membuatnya berpikir June tidak serius karena juga kerap kali menggoda temannya yang lain, dan yang paling sering Odit.

Namun, kali ini berbeda. June begitu menggebu-gebu, ia menangkap kilatan mata June yang terlihat serius.

June hanya terdiam, membeku. Bahkan untuk menatap Viora saja ia tidak berani.

Kalau Pak Junaidi tau anaknya sepengecut ini bisa-bisa June dicoret dari kartu keluarga. June meringis pelan membayangkan hal tersebut.

"Mau sampai kapan lo di sini?" Suara Viora kembali menyentaknya, ia menatap wanita itu yang bersikap dingin.

Bittersweet Enemies Be LoversHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin