Bagian 23 : Dinner

2.2K 371 13
                                    

Viora mengamati restoran fine dining yang menjadi tempat kencannya dengan Saren. Agak menggelikan memang baginya karena baru kali ini melakukan kencan. Apalagi dengan Saren, sosok yang tak disangka-sangka.

Sesekali ia menarik ujung baju bagian dadanya ke atas. Cemas jika turun, maka buah dadanya terlihat.

"Gak usah lihatin gue kayak gitu kali," ujar Viora ketus karena tatapan Saren tidak putus darinya.

"Tatapan aku gak bisa pindah kemana-mana karena udah terpaku sama kamu."

Ekspresi Viora datar membuat Saren mendengus geli. Viora benar-benar tidak mudah dibuat salah tingkah.

"Ah gimana, suka gak tempat ini? Makanannya enak-enak lho."

"Pasti porsinya dikit aja, kan?"

Saren tertawa mendengar pertanyaan Viora. "Kan banyak menunya nanti."

"Harusnya lo ajak gue makan di warung pecel lele."

"Masa dandanan kita kayak gini makan di pecel lele sih? Lagian kan ini first date kita. Harus berkesan dong."

Viora diam sejenak, terlihat berpikir dan Saren juga diam menunggu Viora bicara.

"Emang kalau pacaran kayak gini, ya? Terus besok-besok ngapain? Gini juga?"

Pertanyaan polos Viora membuat Saren berusaha keras menahan tawa dan menahan diri agar tidak mengacak rambut yang tersisir rapi tersebut. Yang biasanya ia lihat selalu diikat kini tergerai lurus.

"Enggak gini doang kok. Dari kamu aja, mau ngapain? Dinner kayak gini lagi? Atau kita jalan-jalan? Nonton? Terserah kamu mau ngapain."

"Gak ngapa-ngapain," balas Viora malas membuat Saren berdecak pelan.

"Gak gitu juga Sayangku!" ujar Saren gemas.

"Bisa gak sih lo gak manggil gue, 'Sayang' dan gak usah ubah panggilan lo!"

"Gak bisa Sayang." Saren tertawa menghindar saat Viora ingin memukulnya. Ia meredam tawanya menggunakan tangannya yang dikepal, ditaruh di depan mulutnya.

Pelayan datang membawa pesanan mereka dan Viora kembali kalem.

"Tuh kan, porsinya dikit banget," ujar Viora pelan usai pelayan pergi. Membuat Saren lagi-lagi tertawa.

"Ini baru menu pembuka. Nanti masih ada menu-menu lainnya. Kamu pasti kenyang kok nanti."

Viora hanya mampu menghela nafas pelan. Meski melarang Saren mengubah panggilannya, tapi pria itu tidak mendengarkan.

Saren mengambil pisau dan garpu, ia menatap Viora yang tidak bertenaga menikmati makanan di hadapannya. Menghela nafas pelan. Ia pun menghentikan Viora yang hendak menyuapkan makanan tersebut.

"Ren!" protes Viora saat Saren menariknya berdiri. "Kita mau ke mana?"

Usai membayar makanan yang tidak tersentuh sama sekali, Saren membawa Viora pergi dari sana. Membuat Viora bertanya-tanya kemana pria itu akan membawanya. Hingga mereka singgah di pinggir jalan. Lebih tepatnya warung pecel lele.

"Ren, serius mau makan di sini?" tanya Viora melongo, lalu menatap Saren yang keluar dari mobil lalu membuka pintunya. Pria itu membungkuk membuatnya bersiap untuk memberi pukulan, tapi ia mengurungkan niatnya karena Saren melepas sabuk pengaman lalu kepala pria itu menegak  hingga sejajar dengan kepalanya. Wajah mereka pun cukup berdekatan.

"Seperti mau kamu," ujar Saren pelan lalu menegajkan kembali badannya kemudian menarik Viora turun dari mobil.

Mereka pun akhirnya makan di warung pecel lele tersebut.

Bittersweet Enemies Be LoversWhere stories live. Discover now