Bagian 28 : Tolong Berhenti

2.5K 384 20
                                    

Viora mendengus kesal saat melihat June menikmati kudapan seorang diri. Ternyata pria itu benar-benar marah padanya. Menghela nafas pelan, ia menghampiri June karena tidak menyukai situasi seperti ini. Mereka bertahun-tahun berteman, sekalipun bertengkar itu hanya sekedar candaan. Kalaupun serius, paling lama mereka saling mendiamkan tidak sampai sehari.

Apalagi karena masalah perasaan pria itu padanya. Sangat terdengar konyol menurutnya. June marah karena ia tidak membalas perasaan pria itu? Bukan kah hak Viora, apakah mau membalas atau tidak?

Sebelum tiba di dekat June, tangannya sudah dipegang Saren, ia menoleh menatap datar pria itu. "Mau ke mana?"

"Apa sih? Lepasin!" sentak Viora kesal. Saren cemberut. Membuat Viora mendengus pelan.

"Vi, mau makan tiramisu," ujar Saren manja mengeraskan suaranya agar June mendengarnya. Berhasil, pria itu menoleh dan menghunuskan tatapan tajam padanya, kemudian bangkit berdiri, memilih bergabung duduk bersama anak kecil.

Saat tatapan Viora datar padanya, Saren menyengir. Ia masih membujuk Viora memberinya tiramisu.

"Lo kan punya tangan!"

"Ambilin dong. Lo gak lihat temen-temen lo ambilin kue ataupun minuman buat lakinya?"

"Emang lo laki gue?!" balas Viora sengit. Bukannya kesal Saren malah sumringah.

"Kayaknya kemarin ada yang ngakuin gue 'pacar' deh."

"Nyebelin!" Saren mengaduh sakit saat lengannya di cubit. Meski mengomel, Viora tetap memberikannya tiramisu. Melayangkan senyum pongah pada June yang mengamatinya lalu menyuapkan kue tersebut ke dalam mulutnya.

Tentu June kembali kesal membuatnya tergelak puas.

Sementara itu Viora menggeleng tidak percaya melihat kelakuan dua orang itu yang mirip anak kecil. Memilih masuk ke rumah dan bergabung dengan teman-temannya yang lain. Merampas bungkusan ciki dari tangan Nasha membuat ibu hamil itu mendengus kesal.

"Napa lo senyum-senyum lihatin gue?" ujar Viora ketus pada Salena.

"Galak banget lo. Salena senyum aja lo sensi. Kurangin galaknya nanti Saren kabur kalau lo galak terus," ujar Odit seraya terkikik.

"Biarin kabur. Bodo amat."

"Awalnya emang bodo amat. Nanti bodo karena cinta," sahut Nasha.

"Gak nyambung bego!"

"Tapi, kalau gue lihat-lihat, Saren kayaknya gak anggap lo pacar boongan, Vi. Dia beneran suka sama lo," ujar Salena ikut tersenyum, lalu keningnya mengernyit saat mengingat sesuatu. "Jangan-jangan Saren suka sama lo dari dulu waktu kita masih sekolah?"

"Kenapa lo ngomong gitu?" ujar Odit. Semua tatapan kini tertuju pada Salena.

"Soalnya tiap gue papasan sama Saren kalau lagi jam istirahat atau kalau dia celingukan di kelas, dia pasti nyariin Vio. Terus dia larang gue buat bilang ke lo kalau dia nyariin lo."

Odit mengangguk pelan, sedikit paham. "Pantas aja Saren sering gangguin lo."

"Ganggu bukan berarti suka. Apa sih? Kok malah bahas tuh curut."

"Curut-curut gitu tapi pacar lo kali," celetuk Nasha membuat Odit dan Salena tertawa, sementara Viora mendengus kesal.

"Nah terus June beneran suka sama lo, Vi?" Salena ingin menuntaskan rasa ingin taunya. Lama baru berkumpul seperti ini, ia merasa banyak yang ketinggalan tentang teman-temannya. Ada pun yang ia dengar dari Nasha jika June memukul Saren karena cemburu.

"Gue gak mau bahas. Ngerasa geli gitu."

"Jadi June udah ngungkapin nih?" Tiga pasang mata langsung tertuju pada Viora. Pertanyaan Odit membuat Viora semakin kesal. Lalu mengangguk.

"Lah, gue pikir selama ini June suka sama gue," ujar Nasha dengan percaya diri membuat Odit menoyor kepalanya.

"Tapi kalau dipikir-pikir, June emang perhatian semua ke kita. Porsi perhatiaannya pun sama kalau kalian cuma lihat sekilas, tapi inget-inget deh. Bandingin sama perhatian June ke kita bertiga sama ke Viora," ujar Salena setelah mengingat-ingat, memang sikap June selama ini beda jika di dekat Viora.

"Gak ada deh. Perasaan sama aja. Atau kalau lebih malah ke Odit," ujar Viora.

"Tapi sering lebih godain lo, kan? Apalagi kalau bicara soal pacar. Secara gak langsung dia selalu ngajak lo pacaran, tapi kita cuma ngira dia bercanda," timpal Odit setelah menelaah sikap June selama ini. Ternyata pria itu sangat tau caranya menyembunyikan perasaannya selama ini.

"Nah betul tuh!" seru Nasha setuju dengan perkataan Odit.

Viora hanya memutar bola mata malas.

"Tapi lo gak terbebani kan soal perasaannya June? Jangan gara-gara itu pertemanan kalian putus," ujar Salena. Melihat Viora dan June saling menjauh membuatnya agak sedih. Tidak lagi melihat keduanya bertengkar, padahal itu adalah salah satu hal hiburan untuknya. Juga June yang sering menggoda Viora hingga Viora kesal.

Terbiasa melihat keduanya seperti itu selama bertahun-tahun dan saat ini mereka saling mendiamkan, sangat aneh rasanya.

"Gue ngerasa geli pas tau dia suka sama gue. Coba lo ada di posisi gue. Pastinya lo semua ngerasain apa yang gue rasaian. Bertahun-tahun lo berteman sama June terus suatu hari dia ungkapin perasaannya ke lo."

"Ya gue juga pasti ngerasa geli sih, shock berat," ujar Nasha setuju dengan pendapat Viora. Teman yang sudah dianggap seperti saudara lalu tiba-tiba mengungkapkan perasaannya. Apa tidak aneh?

Odit dan Salena serentak mengangguk. Sepertinya mereka satu pemikiran saat ini.

"Gitu, ya? Katanya temen tapi ngomongin di belakang, mana gak ada yang support gue lagi?!" celetukan tersebut membuat keempatnya menoleh menatap June yang berdecak kesal. "Gue kecowa sama kalian."

***

Viora menoleh saat Saren melepas kembali sabuk pengaman dari tubuhnya, pria itu ijin untuk buang air kecil sehingga kembali masuk ke dalam rumah Odit. Nasha dan Bara serta anak mereka lebih dulu pulang tadi, sementara yang lainnya masih berada di dalam.

Tatapan Viora tertuju pada June yang keluar dari rumah pria itu melangkah menuju mobilnya. Segera ia melepas sabuk pengaman kemudian menghampiri June. "June!"

Langkah June berhenti, kemudian menoleh padanya.

Hingga mereka berdiri saling berhadapan.

Viora menghela nafas pelan, ia mengunci tatapan June. "Hentiin perasaan lo ke gue." Senyum getir terbit di wajah June. Pria itu terlihat sendu.

"Lo gak mau kasih gue kesempatan, Vi?"

"Astaga Jun! Jangan bikin situasi makin aneh tau gak! Lo temen gue, bahkan gue anggap lo saudara gue, Jun! Please, buang jauh-jauh perasaan lo ke gue!"

"Dia udah bikin lo nyaman?" June malah membahas yang lain membuat Viora mendengus kesal. Percuma saja ia bicara panjang lebar. Hendak meninggalkan June tapi June menahan lengannya. Segera ia tepis tangan pria itu. "Oke gue bakal berhenti Vi. Setidaknya gue udah lega setelah ungkapin perasaan gue ke lo. Tapi, kita tetep temen, kan?"

Viora terdiam sejenak, menatap lamat ekspresi June yang begitu terluka. Lalu mengangguk kemudian kembali ke mobil Saren.

Sementara itu June tersenyum getir. Kenapa dadanya terasa sakit, ya?

Apa terlalu banyak makan daging?

***

Tenang Jun, Nanas udah siapin jodoh buat kamu🤭

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
18/11/21

Bittersweet Enemies Be LoversWhere stories live. Discover now