Ending

1.6K 50 4
                                    

"Umi, kenapa Kak Saif tinggal di rumah Kakek sama Nenek?" Pertanyaan Arinda—putri semata wayang Metta dan Ali—membuat Metta tersenyum memaklumi.

Arinda tentunya tidak tahu bagaimana asal-usul Saif, yang dia tahu, Saif adalah kakaknya, tak peduli kakak kandung atau tidak.

Delapan tahun telah berlalu, Metta melahirkan anak perempuan tujuh tahun yang lalu penuh perjuangan. Sekarang umur anaknya itu telah memasuki umur tujuh tahun dan Saif sebentar lagi berumur lima belas tahun. Tentunya Saif yang sudah baligh harus berpisah dengan Metta mengingat keduanya bukan mahram dan Saif tinggal di rumah ayah dan ibu Putri—keluarga kandungnya. Sekalipun begitu, Metta tetap menganggap kalau Saif adalah anak pertamanya dan Arinda adalah anak bungsunya.

Awalnya, saat Metta dan Ali mengatakan yang sebenarnya pada Saif, Saif tak terima. Anak laki-laki itu menolak kenyataan bahwa dia bukan anak kandung Ali, tapi ketika Metta memberikan pengertian pada Saif, Saif punya pelan-pelan mulai menerimanya. Yah, walaupun kini hubungan Saif, Ali dan Metta sudah tak seperti dulu.

Saif sangat terlihat jelas menjauhi mereka dan semakin jauh lagi kala Saif menetap di kota kelahiran ibunya. Ali dan Metta tak bisa berbuat apa-apa, tetapi keduanya selalu mendoakan yang terbaik untuk Saif.

"Umi, pertanyaan Inda belum dijawab," rengek Arinda membuat Metta terkekeh geli.

Wanita itu tidak tahu harus menjawab apa, tidak tahu harus menjelaskan mulai dari mana, dan tidak tahu kata yang tepat untuk menjelaskan pada Arinda.

"Hmm... Kak Saif harus tinggal dengan keluarganya." Pada akhirnya, hanya itu yang bisa Metta katakan.

"Kita bukan keluarga Kak Saif?"

"Keluarga."

"Terus kenapa Kak Saif tinggal di rumah Kakek sama Nenek? Memangnya Kakek sama Nenek bukan keluarga kita?"

Pertanyaan polos Arinda membuat Metta semakin kebingungan. Kalau saja ada Ali di sini, Metta yakin, dia tidak akan kesusahan dalam menjawab pertanyaan Arinda. Sayangnya, suaminya saat ini sedang berada pesantren dan akan pulang besok.

"Ah, iya, Inda kemarin belum stor hafalan sama Umi," kata Metta mengalihkan pembicaraan mereka agar tak semakin melebar.

Arinda menepuk jidatnya kala dia baru ingat kalau dia belum menyetor hafalan.

"Nanti yah, Umi, habis shalat asha."

***

"Abi, tahu, kamu marah dengar kenyataan ini," ucap Ali.

Ketika dia berada di pesantren, ternyata keluarga besar Putri juga datang serta membawa Saif. Wajah Saif yang datar dan dingin membuat Ali cukup sedih.

"Saif, sekuat apapun kamu benci ini, semuanya gak akan mengubah fakta kalau kamu bu—"

"Bukan anak kandung Abi?" Sela Saif. "Bener 'kan, Bi."

Ali terdiam mendengarnya. Sebenarnya Ali juga kasihan dengan Saif, anak itu tak tahu siapa ayah kandungnya dan tak pernah melihat ibu kandungnya secara langsung.

"Tapi Abi sama Umi sayang sama kamu," ungkap Ali.

"Kalau gitu, Saif minta Abi ataupun Umi gak usah temuin Saif lagi."

"Saif, kenapa ngomong kayak gitu?" Tegur Ali.

"Karena Saif gak mau terlalu berharap kalau apa yang terjadi ini adalah mimpi."

Ali mengacak-acak rambutnya frustrasi.

"Astaghfirullahal 'adzim, istighfar, Nak."

"Mending Abi pergi dari sini," usir Saif terang-terangan. Anak remaja itu mengalihkan perhatiannya ke arah lain asal tidak melihat Ali yang terus menatapnya.

Sulit bagi Saif menerima kenyataan bahwa Ali bukan ayah kandungnya. Dia pikir selama ini Ali adalah ayah kandungnya, mengingat dia yang dibesarkan Ali dari pertama kali lahir.

Ali pun mengangguk lemah.

"Baik, Abi pergi. Satu hal yang harus kamu tahu, sekalipun kamu buka anak kandung Abi, kamu akan tetap jadi anak pertama Abi—kakaknya Arinda."

Setelahnya Ali pergi, meninggalkan Saif membuat Saif menatap kepergian Ali dengan tatapan sendunya. Saif tak tahu takdir seperti apa yang menantinya, dia tak tahu bagaimana masa depannya nanti, tapi Saif berharap semoga saja masa depannya adalah masa depan terbaik sepanjang hidupnya.

END

***

Akhirnya selesai juga, aku rencananya mau nulis cerita Saif tapi nanti yak bakal aku infoin lagi.

Oh iya, ada yang baca cerita aku yang judulnya R & B? (Semoga ada, berharap banget)

R & B udah aku unpublish dan akan aku publish ulang 1 Desember nanti, insyaallah. Yang pastinya, R & B penulisannya lebih rapi, alurnya beda dari sebelumnya dan konfliknya jelas.

Baca juga ceritaku yang judulnya 1% (Lintang dan Lara)

Bye bye

Bidadari Dirindu Surga [REVISI]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang