Extra Part: After Marriage

9.8K 298 23
                                    

“Jika Adam diciptakan untuk Hawa, Nabi Muhammad diciptakan untuk Khadijah, Fatimah az-Zahra diciptakan untuk Ali bin Abi Thalib. Maka kamu jangan tanya pada siapa pun ‘dirimu diciptakan untuk siapa’ karena sudah pasti jawabannya adalah kamu diciptakan untukku.”
(Ali)

***

Tangan kedua insan yang kini tengah bahagia itu saling menggenggam ketika menuju ke salah satu meja yang di sana terdapat dua insan berbeda yang sedang berdebat. Ketika mereka sampai, mereka dapat mendengar apa yang kedua insan itu perdebatkan.

“Pokoknya aku gak mau tahu Mas, anak kita harus manggil mama papa.”

“Aku gak suka. Pokoknya bunda ayah.”

Ali menggelengkan kepalanya mendengar perdebatan kedua calon orang tua itu. Semenjak adiknya itu mengandung, Icha jadi lebih keras kepala dan juga sering berdebat dengan suaminya yang juga seorang keras kepala.

Tak mau ambil pusing, pria itu memilih duduk dan memesan makanan untuknya juga sang istri.

“Aduh calon ayah ibu dari tadi berantem mulu.” Celetuk Metta kemudian menarik kursi di samping Ali.

“Nyebelin banget sih Mas,” kesal Icha. “Aku itu mau dipanggil mama sama anak-anak, bukan bunda.”

“Ya udah aku ngalah.” Pada akhirnya perdebatan sepasang suami istri itu di menangkan oleh Icha. Bagas memilih mengalah.

Dengan senyum yang terus mengembang, Icha menarik tangan suaminya untuk berdiri.

“Sebagai hadiahnya karena Mas udah ngalah sama aku, Mas harus traktir aku makan es krim.”

Hebat.

Yang mengalah siapa yang ditraktir siapa?!.

Ini memang sudah kelakuan Icha semenjak hamil. Mereka berdua pergi meninggalkan pengantin baru yang tengah dilanda asmara itu. Apakah masih bisa dikatakan pengantin baru setelah dua bulan lamanya menikah?. Tentu saja. Bagi mereka berdua.

Ali dan Metta saling tatap, kemudian Ali tersenyum manis ke arah istrinya yang saat ini memakai niqab berwarna abu-abu. Pria itu mengeratkan genggamannya pada Metta, seolah takut jika Metta pergi meninggalkannya.

“Nanti kalau kita punya anak, kamu mau kita dipanggil apa?,” tanya Ali lembut.

Pertanyaan Ali yang secara tiba-tiba membuat tawa Metta meledak walau tak keras. Pria itu mengangkat sebelah alisnya bertanya, kenapa sang istri malah tertawa mendengar pertanyaannya?. Kenapa? Apakah ada yang lucu dengan pertanyaannya?.

“Kenapa?”

“Panggilan untuk kamu saja aku belum punya masa udah mikirin itu,” jawab Metta.

Dua bulan sudah lamanya mereka menikah, tetapi Metta sama sekali belum menentukan panggilan yang cocok pada suami tercintanya.

“Aku mau manggil kamu kakak, kamu bukan kakak aku. Panggil abang, emang kamu tukang bakso?!.” Metta menjeda perkataannya sejenak.

“Panggil kamu mas... ah gak enak, emang kamu tukang cilok?!.”

Ali terkekeh geli mendengar penuturan Metta. Disentilnya pangkal hidung Metta pelan.

“Ya udah sih apa susahnya panggil sayang aja, Sayang.”

“Sayang?!,” Ali mengangguk. “Ih... lebay banget deh.”

Semenjak dua bulan pernikahan mereka, Ali selalu memanggilnya dengan panggilan ‘sayang’. Namun, Ali tidak pernah mempermasalahkan Metta memanggilnya apa, asal panggilan itu sopan, ia suka, dan juga menghormati dirinya sebagai suami.

“Wahai Fatimah, sayangku, cintaku, hidupku... ketahuilah aku sama sekali tidak pernah mempermasalahkanmu memanggilku apa, yang terpenting panggilan itu aku suka, sopan dan menghormati aku sebagai suamimu,” tutur Ali.

Metta menarik tangan Ali yang berada di genggamannya, meletakkan tangan suaminya di dada tepat di tempat jantungnya berdetak.

“Aku mencintaimu, sejak dulu sampai sekarang dan aku berharap semoga saja kamulah orang  yang akan menjadi imamku dunia dan akhirat,” kata Metta.

Walaupun wajah cantik ayunya ditutupi oleh niqab, tapi semburan merah di pipi Metta sedikit terlihat oleh kekasih halalnya.

“Kamu adalah bidadari yang dirindu surga, Fatimahku.”

“Terima kasih mau menjadi Aliku yang mencintai aku dengan sepenuh hati.”

“Maaf Mas Mbak mengganggu sebentar, ini pesanannya sudah datang.” Seorang pelayan kafe tiba-tiba datang merusak suasana romantis Ali dan Metta.

Mereka berdua sama-sama terlonjak kaget dan salah tingkah karena melupakan di mana mereka sekarang. Beginilah kalau sedang dilanda asmara, dunia serasa milik berdua, jadi lupa jika mereka sekarang sedang berada di tempat umum.

Setelah pelayan itu pergi, keduanya saling tatap, sejurus kemudian tertawa pelan akibat kekonyolan mereka berdua.

Siapa yang tak bahagia?

Ali bahagia, begitupun dengan Metta. Awal pertemua mereka memang tak seburuk dengan perpisahan mereka, tetapi pertemu kedua mereka adalah pertemua terbaik yang tak akan pernah mereka lupakan.

Menurut Ali, nama Muhammad adalah pasangan dari nama Khadijah dan Fatimah adalah pasangan dari nama Ali. Seperti Metta yang diberi nama oleh Kyai Umar dengan nama Fatimah az-Zahra.

Kisah yang tak pernah disangka-sangka. Kisah yang sangat jauh dari impian mereka berdua. Pada akhirnya, kisah inilah yang menyatukan dua insan yang saling mencintai, menjadi sepasang kekasih halal.

***

Assalamualaikum....

Alhamdulillah....

Fiyy bisa buat extra part. Sebenarnya gak ada niat buat bikin extra part tapi tiba-tiba kedatangan ide mendadak jadi diketik di word deh lalu dicopy ke Wattpad.

Selama hari raya idul Fitri semua mohon maaf lahir dan batin

Maafin Fiyy kalau banyak salah apalagi Fiyy seiring janji mau update tapi gak update-update.

SPAM NEXT KUYY DI KOLOM KOMENTAR

JANGAN LUPA... VOTENYA JUGA.
KASIH FIYY BINTANG BIAR FIYY SEMANGAT

Nantikan cerita baru Fiyy
Kalian pengennya Fiyy update cerita yang mana: (dipilih yaa)

1. Karena Allah Aku Mencintaimu (spin-off Bidadari Dirindu Surga, Bagas-Icha)

2. ANNA (spin-off Bidadari Dirindu Surga, Andra-(ceweknya masih dirahasiakan karena gak ada di Bidadari Dirindu Surga)

3. Goodbye

4. Sunflower: Sebuah Penantian

5. Sajadah Cinta

Ayook dipilih biar Fiyy gak kebingungan...

Salam sayang dari si penulis amburadul

Fiyy

Bidadari Dirindu Surga [REVISI]✔️Where stories live. Discover now