Bab 6. PERPISAHAN (2)

10.1K 342 3
                                    

“Kenapa, Mas? Kok buru-buru?” tanyaku saat kami sudah di mobil. 

Sebenarnya aku penasaran dengan pria tadi. Aku ingin mendapat informasi dari Mas Bayu. Tapi sepertinya dia enggan menjawabnya.

“Sudah malam, Ra. Besok aku berangkat pagi-pagi. Kamu juga harus kerja, 'kan?” ujar Mas Bayu retoris. 

Aku hanya mengangguk. Ah, Mas Bayu banyak juga rahasiamu. 

Sepertinya memang banyak hal yang aku tak tahu tentangmu. Apakah ini memang karena aku tak pantas menjadi pendampingmu? Atau aku memang tak layak menjadi orang yang kamu percaya? 

--

“Mas, kamu keluar kota pake mobil?” tanyaku saat kulihat Mas Bayu meletakkan tasnya di bagasi mobil. Biasanya Mas Bayu pergi keluar kota dengan pesawat. Jadi dari rumah berangkat dengan taksi. Tetapi hari ini kenapa dia menggunakan mobil?

Mas Bayu terlihat sedikit gugup. Tapi, aku pura-pura tak melihat perubahan wajahnya itu. 

“Nanti bareng temen, Ra. Aku titipin di rumah teman mobilnya,” jawabnya kemudian. 

“Kalau begitu, jangan lupa bawa kunci rumah cadangan ya, Mas. Khawatir pas kamu pulang aku masih di rumah Ayah,” ujarku mengingatkan. 

Meskipun sebenarnya dia sudah biasa membawa kunci rumah sendiri. Aku hanya khawatir saat aku tidak ada, dia tidak bisa masuk rumah. 

Mas Bayu menatapku sambil menunjukkan kunci yang ada di laci mobilnya. Sebelum dia menaikkan kaca mobil di bagian kemudi, tak lupa aku mendekatinya dan membungkukkan badanku lalu memintanya mencium pipiku sekali lagi. 

Segera kulambaikan tangan ketika dia mulai menjalankan mobilnya. Kupandangi kepergian Mas Bayu hingga mobilnya menghilang di tikungan. 

Aku segera masuk ke dalam rumah. Hari ini jadwalku mengambil visa di kedutaan. Selain itu aku juga harus berpamitan ke teman-teman kantor. Hari ini hari terakhirku karena besok aku harus mengurus persiapan keberangkatan. 

Aku memang sengaja menunggu Mas Bayu berangkat ke luar kota untuk mempersiapkan semuanya. Tidak mungkin aku menyiapkan koper ukuran besar dan memakingnya saat ada Mas Bayu. 

Semua dokumen penting pun juga kumasukkan ke dalam tas. Aku tak berniat membawa dokumen apapun milik Mas Bayu.  

Kusiapkan koper ukuran lebih kecil. Besok pagi-pagi aku berniat terbang ke kota kelahiranku. Menemui Ayah dan ibu, serta menceritakan semuanya. 

Kuharap, mereka memberi restu akan kepergianku. 

Aku mempersiapkan kata-kata terbaikku agar Ayah dan ibu tidak terluka, ataupun marah pada keluarga Mas Bayu. Aku ingin keluargaku bisa menerima semuanya dengan lapang dada. 

--

Hari kedua kepergian Mas Bayu. Dia tidak mengontakku. Mungkin dia sibuk. Biasanya juga begitu. Kami hanya saling menghubungi jika ada hal yang sangat penting. Kecuali satu dari kami sedang iseng, baru kami akan menanyakan kabar. Jika tidak, kami hanya akan berkabar jika diperlukan. 

Aku tiba di Yogya pukul sembilan pagi. Rencanaku menghabiskan waktu dua hari di sini sebelum pergi meninggalkan Indonesia. 

Biarkan Aku Pergi / KETIKA DIRIMU MENDUAWhere stories live. Discover now