BONUS 15(b)

6.4K 132 0
                                    


Usai menyandarkan sepedaku diparkiran, aku bergegas menuju kamarku. Menyalakan watercooker untuk sekedar membuat teh panas untuk menghangatkan tubuhku. Angin di pagi hari di musim gugur seperti ini memang membuat badan terasa seperti meriang.

Setelah sekedar menghangatkan badan, aku kembali ke laptop dan beberapa buku text yang harus kubaca untuk persiapan kuliah hari ini. Hingga waktunya aku bersiap ke kampus.

Pukul delapan kurang, aku sudah selesai sarapan, mandi dan berpakaian rapi. Baru aku akan mengambil sepeda, langkahku terhenti. Mas Bayu sudah berdiri di depan gedung apartemenku.

Dia menghampiri, namun tak aku tanggapi. Pria itu terus mengikutiku hingga ke parkiran sepeda.

"Ra, aku akan pulang ke Indonesia sore ini," ujarnya dengan suara bergetar.

Aku sedikit kaget dengan ucapannya. Bukannya ia cuti satu minggu? Kenapa mau pulang? Apakah dia marah dengan perbuatanku yang meninggalkannya tadi subuh?

Aku berusaha tak menggubrisnya. Aku tak mau menjadi rapuh. Cukup sudah aku mengalah selama dua tahun terakhir ini.

Meski ada tanda tanya besar di kepalaku, namun aku tetap pada pendirianku. Aku harus kuat. Aku tak boleh rapuh. Aku berusaha tidak menghiraukan lagi kata-katanya. Aku bukan Fahira yang dulu yang hanya bisa mengalah dan mengalah.

Mas Bayu masih mematung saat aku meninggalkannya di parkiran sepeda.

Tempat kuliahku sebenarnya hanya di sebelah apartemen. Aku sengaja membawa sepeda, agar nanti kalau mendadak ada keperluan, aku tak repot balik ke apartemen.

Meski berusaha tak menggubris Mas Bayu, si*alnya, sepanjang kuliah, justru aku tak bisa berkonsentrasi.

Ada rasa sesal telah tak mengacuhkannya. Padahal statusku masih istrinya. Aku jadi teringat pesan ayah dan ibu. Kalau aku harus mendapat ridho jika ingin hidupku berkah.

"Aku lihat tadi Mas kemaren mencarimu. Sekarang masih menunggu di depan gedung tempat tinggal kita." Aku bertemu Rian di dekat coffee machine. Setiap 45 menit jam perkuliahan biasanya kita diberi break sepuluh menit untuk sekedar ke toilet atau mengambil minum dan bercakap-cakap dengan mahasiswa lain.

"Serius?" Aku menatap pemuda Indonesia yang menghuni gedung yang sama denganku itu. Tak kutemukan tanda-tanda Rian bercanda.

Aku melonggokkan kepala ke jendela yang menghadap ke gedung student housing yang berada tepat di sebelah gedung kuliahku ini. Dari jendela ini terlihat halaman gedung apartemenku.

Astaga! Mas Bayu masih berdiri di depan gedung housingku. Padahal di sana tak ada kursi buat duduk. Bahkan cuaca yang cukup berangin ini tentu tidak nyaman berdiri di sana tanpa ada kejelasan kapan aku akan menemuinya.

Kenapa dia tidak beranjak dari tempat itu. Dasar keras kepala! Gerutuku sambil berlari ke luar.

"Mas, kamu ngapain masih di sini?"

BERSAMBUNG

FULLPART bisa dibaca di KARYAKARSA

https://karyakarsa.com/etwidyastuti/series/biarkan-aku-pergi 

Biarkan Aku Pergi / KETIKA DIRIMU MENDUAWhere stories live. Discover now