POV Bayu 12 (b)

11K 346 12
                                    

Hari berganti minggu. Aku tak juga menemukan di mana Fahira berada. Percuma aku susuri mall atau pusat perbelanjaan, karena dia tak mungkin ada di sana. Mertua dan kakak iparku pun enggan mengangkat teleponku. Bahkan membalas pesan singkatku pun tidak mau. Di medsospun aku tidak mendapatkan jejaknya. Fahira seperti hilang di telan bumi. 

Sementara dengan Nabila hubunganku pun tidak berjalan mulus. Aku sudah tak lagi terobsesi seperti dulu. Bahkan aku tak pernah punya hasrat mendekatinya. Aku hanya fokus mencarikan dia pekerjaan agar tidak terlalu tergantung padaku. 

Tentang uang bulanan. Aku masih mentransfer uang buat Fahira meskipun dia meninggalkan ATM dan buku tabungannya. Aku harap dia masih menggunakan internet banking atau mobile banking di ponselnya, meski aku juga tak yakin dia masih mau menggunakannya. 

Aku tahu, pasti Fahira sangat sakit hati padaku. Akupun ingin menebus sakit hati yang dia rasakan itu. Jika saja dia ada di depanku, pasti aku akan tanyakan apa maunya agar aku bisa menebus semua kesalahanku ini. 

“Aku mau kasih tahu di mana Fahira, asal kamu janji satu hal,” tiba-tiba Faisal sudah berdiri di depan meja kerjaku. 

Dia memang satu kantor, tapi kami beda divisi. Aku jarang berinteraksi juga dalam urusan pekerjaan dengannya. Tapi aku pun tak tahu alasannya mengapa dia begitu perhatian dengan Fahira. Yang kutahu mereka hanya satu almamater tapi beda angkatan. Bahkan aku tak yakin Fahira mengenalnya. Buktinya, pas saat Faisal mendekati kami, Fahira bahkan bertanya, siapa dia? Mungkin juga Fahira tidak terlalu banyak memperhatikan pria-pria kakak angkatannya. 

Faisal berlalu dari mejaku seperti memberi kode agar aku mengikutinya. Dia berhenti di lorong dekat tangga darurat. 

“Aku sudah melacak di mana Fahira. Aku akan beritahukan padamu, tapi aku mohon, jangan sakiti Fahira,” ujar Faisal. 

Aku menciutkan mataku. Kutajamkan pandangan padanya. Ingin rasanya kutarik krah kemejanya. 

“Apa maksudmu?” tanyaku dengan suara tertahan. 

Di lorong ini suara dapat menggema. Aku takut suaraku bisa terdengar oleh kolega kantorku yang lalu lalang. Bahkan, mereka pun kini sudah tahu kalau aku sedang dalam masalah. Beberapa kali atasanku menegur karena kinerjaku yang berantakan. 

“Lepaskan salah satu, atau kamu tak akan mendapatkan keduanya,” ujar Faisal sambil pergi meninggalkanku. 

Kuhembuskan napas dengan kasar saat dia sudah menghilang dari ujung lorong. Kupejamkan mata dan kusandarkan punggung pada tembok di lorong ini. Diam-diam kucerna apa yang dikatakan Faisal. 

Bisa jadi Faisal memang menaruh hati pada Fahira dan Fahira tidak mengetahuinya, atau lebih tepatnya tidak mengindahkannya. 

Jika iya, akan lebih mudah bagi Faisal mendapatkan Fahira kini. Dia sudah memegang beberapa kartu As ku. 

Bisa jadi memang Faisal mengetahui keberadaan Fahira melalui jaringan teman-teman kampusnya. Aku yakin, Faisal pasti kenal satu dua teman seangkatan Fahira. Atau, bisa jadi dia mengenal juga teman Fahira saat ini. 

Apa maksud perkataan Faisal? Tidak menyakiti Fahira? Melepaskan salah satu? Apa maksudnya aku tak akan mendapatkan kembali Fahira jika kau masih bersama Nabila? 

“Bay, kok kamu di sini? Bos bolak-balik nyari,” ujar Alfian membuyarkan lamunanku. Rupanya dia mencariku yang saat melihatku berdiri di lorong tangga darurat. Aku segera bergeming dan kembali ke meja kerjaku lagi.

--

BERSAMBUNG....

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar ya usai membaca agar aku semangat update lagi ya...

Biarkan Aku Pergi / KETIKA DIRIMU MENDUAWhere stories live. Discover now