03

2.7K 644 14
                                    

DINGIN menguasai suasana di rumah ini, sampai Lisa harus memeluk tubuhnya sendiri yang menggigil.

Hawa rumah terasa sangat tidak wajar, apalagi hanya ada cahaya kemerahan yang menerangi isi rumah. Terasa mirip dengan rumah drakula di film horor.

Kepalanya mendongak untuk melihat sumber cahaya, lebih tepatnya pada lampu gantung hias dengan puluhan kristal berkilauan. Dalam sekali lihat Lisa tahu lampu itu antik dan pasti memiliki harga yang cukup mahal.

Terdapat beberapa lukisan besar terpajang di dinding. Lisa tidak mengerti maknanya karena digambarkan secara abstrak.

Entah mengapa Lisa justru berjalan lebih jauh tanpa suara seolah dirinya adalah pencuri. Tapi dibandingkan mengambil suatu barang, Lisa justru lebih tertarik untuk mengamati seluruh sudut rumah.

Rumah besar yang lebih mirip mansion ini lumayan bersih, terbukti dari marmer putih mengkilat seperti baru di pel. Setiap benda pajangan juga tidak memiliki debu atau sarang laba-laba.

Naik ke lantai dua, banyak patung serta guci keramik yang Lisa duga harganya selangit menghiasi meja di dekat dinding. Karpet tebal dari bulu juga menambah kesan classy di lorong lantai dua.

Semakin jauh Lisa menyelidiki, semakin aneh pula patung-patung tersebut.

Lantai tiga lebih janggal. Hanya ada satu lorong panjang di sana, mengarahkan Lisa pada sebuah lukisan berwarna merah. Beberapa pintu hitam juga ada di samping sisi Lisa tetapi ia tak berani membukanya.

Hembusan angin menggelitik leher, suhu udara seakan turun secara dratis dari lantai sebelumnya. Setiap satu langkah Lisa ambil mendekati lukisan merah, udara juga semakin dingin.

Uap udara terlihat keluar dari mulutnya ketika Lisa sampai di depan lukisan.

Kontras dengan keadaannya, lukisan tersebut justru menggambarkan suasana mendebarkan di sebuah tempat penuh bara api. Warna merah yang ia lihat dari kejauhan ternyata merupakan bentuk api sedang menjilat udara.

Tepat di bagian tengah lukisan, terdapat dua sosok berdiri saling menghadap. Satu laki-laki dan satu perempuan.

Lisa mengerutkan kening. Ia baru sadar, kenapa semua hal ini sama seperti di mimpinya?

Jika benar ... maka Jaehyun akan muncul.

Harusnya Lisa segera pergi, harusnya ia menghindari pemuda itu, tapi mengapa Lisa tetap terpaku di depan lukisan seolah menunggu kedatangan Jaehyun?

"Apa yang kau lakukan di sini?!"

Tubuhnya terkesiap, ia segera membalikkan badan untuk melihat seorang wanita berumur pertengahan dua puluh sedang melototinya.

"A-aku..."

"Cepat pulang! Tuan Besar tidak akan suka melihat kita masih di sini."

"Apa?" pertanyaan itu mengalir begitu saja dari mulut Lisa.

Wanita yang tampaknya seorang pelayan di rumah ini berdecak pelan. "Kau itu anak baru, ya? Kan sudah diberi tahu kita harus pulang sebelum pukul sembilan malam."

Melihat raut kebingungan masih menghiasi wajah Lisa, dia mendekatkan diri untuk berbisik di samping telinga Lisa.

"Tuan Besar sekarang sedang sakit. Tiap tengah malam dia selalu berteriak kesakitan. Kau tahu, bahkan kedua teman Tuan Besar bergantian menjaganya."

Dua teman? Siapa Tuan Besar yang dimaksud?

"Apakah Jaehyun, maksudku ... Tuan Besar itu bernama Jay-"

"Hei, hei, hei! Jangan ucapkan nama Tuan begitu saja!" potong si pelayan panik. "Aku tidak kenal siapa itu Jaehyun tapi Tuan Besar bisa tahu kalau kau memanggil namanya!"

Pelayan itu melihat jam di dinding, kemudian menatap Lisa lekat.

"Karena itu cepatlah pulang, Anak Baru. Sebentar lagi Tuan Suh datang dan gerbangnya akan ditutup."

Lisa masih terdiam di tempat kala si pelayan meninggalkannya sendirian. Jaehyun tidak datang seperti di mimpinya, tapi mungkin inilah rumah Jaehyun yang asli—bukan alamat yang Lisa ketahui selama ini.

"Oh, iya." Pelayan tadi berbalik.

"Jangan terlalu sering ke lantai tiga, Tuan Besar tidak akan suka. Apalagi kau mengamati lukisan kesukaannya."

Setelah si pelayan hilang ditelan kegelapan, suasana benar-benar sunyi. Lisa meragukan keberadaan Jaehyun di sini, tapi pelayan tadi pasti lebih tahu banyak daripada dirinya.

Mengenai sakitnya Jaehyun itu hal yang sungguh mengagetkan Lisa. Ia sangat tahu Jaehyun memiliki tubuh yang sehat, lalu bagaimana bisa Jaehyun jatuh sakit?

"Jadi Senior Seo benar?" gumam Lisa sangat pelan, mengingat apa yang dikatakan Johnny tadi di minimarket.

Manik bulatnya melirik ke arah lukisan tersebut. Pasangan di dalamnya hanya saling berpandangan, tidak berciuman seperti di mimpi Lisa.

Mereka tidak saling bercumbu. Tidak ada Jaehyun yang muncul tiba-tiba. Lisa pun yakin ini bukan lagi mimpi, tapi sebuah kenyataan.

Ia punya kesempatan untuk kabur dan bersikap seakan tak pernah datang. Lisa juga harusnya bisa melupakan peristiwa janggal yang terjadi hari ini.

Namun mengapa Lisa tetap berdiam diri? Mengapa ia mengkhawatirkan keadaan Jaehyun?

[tbc.]

11/02

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

11/02

nanaourbunny

{1} VagaryWhere stories live. Discover now