10

2.4K 523 33
                                    

SUARA tangisan terus terdengar sementara air matanya tak kunjung berhenti. Namun Lisa berusaha menguatkan diri, ia memberontak sehingga cengkeraman di dagunya terlepas.

"Di mana kedua orang tuaku?!"

"Sudah aku bilang mereka mati."

Lisa menggeleng keras. "Tidak mungkin! Orang tuaku masih hidup!"

Ren menaikkan salah satu alisnya. Dia merasa heran terhadap manusia naif ini.

"Aku tebak tadi pagi buta mereka pergi keluar dengan mobil, benar kan?"

Mendengar Ren yang tahu fakta tersebut membuat Lisa hampir tersedak. Padahal hanya ia yang tahu kepergian kedua orang tuanya.

"Oh, tentu saja aku tahu, Louz bahkan juga tahu."

"Kau mau tahu apa yang kami lakukan?" tanya Louz sambil tersenyum miring.

"Kami menjatuhkan mobil mereka ke jurang. Suara teriakan kesakitan mereka sangat indah di telingaku, seperti simponi pengantar tidur. Oh, terutama bau darah segar yang harum."

Dada Lisa terasa sangat sesak. Benaknya terus menolak untuk percaya terhadap cerita dua iblis tersebut.

"Lepaskan aku!"

"Apa? Aku tidak mendengarmu," tanya Ren main-main.

"Lepaskan aku, sialan!"

"Aku lebih senang jika kau memohon dengan penuh putus asa." Ucap Louz angkuh. "Memohonlah lagi, Manusia."

"Tidak akan!"

"Maka kau tak bisa keluar."

Lisa semakin terisak, tapi ia tidak memiliki pilihan lain. Yang Lisa inginkan hanya keluar dari tempat ini dan segera melihat kedua orang tuanya.

"Aku mohon ... lepaskan aku."

Ren terbahak keras. "Terlambat, harusnya kau memohon sejak tadi."

Setelah itu Louz mulai melucuti pakaian Lisa, yang seketika mendapatkan reaksi histeris beserta penolakan.

"Tidak! Aku mohon, tolong! Jangan lakukan ini padaku!"

"Diam!" bentak Louz lalu menampar pipi Lisa. Sekali lagi dia mencengkeram dagu Lisa dengan kasar dan menutup mulut gadis di hadapannya agar tidak bisa berteriak lagi.

"Setidaknya berterima kasihlah karena aku masih mau memakan jantungmu meski nanti keperawananmu hilang."

Lisa memejamkan mata erat, membiarkan air mata terus mengalir melewati pipinya.

"Bagus, diamlah dan pasrah pada nasibmu."

***

"Anak buahmu belum menemukan apa pun?!"

"Kau pikir melacak iblis itu mudah?" sarkas Jennie yang kesal terus disalahkan. "Jika dari awal kau becus menjaga gadismu maka dia tak akan hilang!"

Jaehyun mengacak-acak rambutnya. Ia terus berusaha membaca isi pikiran Lisa tetapi hasilnya nihil karena suatu hal.

"Akan aku bunuh semua anak buahmu jika mereka tidak bisa menemukan Lisa dalam lima menit."

"Brengsek, kau tak bisa memutuskan seenaknya!" teriak Jennie marah.

Johnny menahan tubuh Jennie yang akan menghampiri Jaehyun. Ia memegang erat pundak Jennie lalu menatap Jaehyun datar.

"Daripada terus mengeluh dan menyalahkan orang lain, lebih baik lihat dirimu sendiri, Jay. Apa yang kau lakukan di sini? Kau harusnya juga mencari Lisa."

{1} VagaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang