Chapter Three

7.3K 921 165
                                    

"Apa yang terjadi padamu kemarin?" Tanya Jimin yang terduduk di sofa ruang Osis sambil memakan permen bertangkai. Ini memang masih jam istirahat dan biasanya Jimin akan nongkrong bersama teman-temannya yang lain. Tapi tak jarang pula ia mengunjungi ruang Osis hanya untuk mengganggu aktivitas Taehyung.

Terkadang Jimin heran kenapa Taehyung tidak bersikap seperti remaja-remaja tanggung kebanyakan. Anak itu tidak tergoda untuk merokok, mencoba soju diam-diam atau bahkan setidaknya bolos. Lalu yang paling ekstrem mungkin bermain bersama beberapa gadis.

Sahabatnya itu terlalu kaku sekali. Tapi hal itu membuat Jimin jadi tak bisa meninggalkannya sendirian.

Taehyung yang masih sibuk dengan pekerjaannya itu mendongak sejenak,"Apa maksudmu?"

"Kau meninggalkanku. Aku sempat panik mencarimu tahu? Kupikir kau diculik Noona-Noona pekerja disana.."

Remaja Kim itu terlihat gugup tapi ia berusaha terlihat tenang,"Ah..ibu menelponku untuk segera pulang.."

Jimin mendecak pelan,"Berapa sih usiamu? Masih dicari astaga.."

Ia tahu sih keadaan keluarga Taehyung itu bagaimana. Terlalu banyak aturan yang menurut Jimin terlalu mencekik. Anak remaja seperti mereka seharusnya dibiarkan untuk berekspresi demi mencari jati diri mereka. Tapi hal itu tidak berlaku bagi orang tua Taehyung.

Hening.

Tidak ada yang bicara karena Taehyung tidak mengatakan apapun lagi dan kembali fokus pada pekerjaannya. Sementara Jimin terus menatap Taehyung dengan tatapan curiga.

"Tae.."

"Hm?"

"Lehermu kenapa?"

Kali ini Taehyung mendongak dengan kening mengerut bingung,"Ha?"

"Disini..warnanya merah gelap hampir ungu. Terlihat seperti gigitan nyamuk atau...... Hickey.."Jelas Jimin sambil menunjuk lehernya sendiri untuk memberitahu posisi yang ia maksud.

Taehyung sempat kaget lalu mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi kamera. Matanya membola ketika melihat bercak merah keunguan tercetak dengan jelas disana. Pantas saja saat ia datang tadi, semua mata melihatnya dengan raut wajah kaget. Sekarang ia baru merasa malu ketika menyadarinya. Apalagi ketika mengingat bagaimana bisa bercak itu berada disana. Itu pasti karena ulah Jungkook.

Wajah Taehyung semakin memerah ketika mengingat kembali kejadian di toilet Club kemarin. Jujur itu pengalaman pertamanya dan rasanya tidak buruk. Pria itu pandai sekali memainkan lidahnya, apalagi dengan caranya menatap begitu seksi dan menggoda.

Ah, sial..! Kenapa malah mengingatnya lagi?!

"Ohoo...apa terjadi sesuatu saat aku meninggalkanmu di club kemarin?" Raut wajah Jimin sudah berubah menjadi curiga yang bercampur meledek. Firasatnya mengatakan telah terjadi sesuatu pada sahabatnya itu, tapi Jimin tidak tahu apa. Jangan bilang Taehyung benar-benar berhasil di culik oleh Noona-Noona pekerja disana kemarin.

"A-apa maksudmu?"

Jimin tertawa,"Lihat reaksimu. Kau itu tidak pandai berbohong, Tae. Jadi, katakan saja sebelum aku penasaran dan bertanya kepada semua orang di club nanti. Nah, Noona cantik yang mana?"

Taehyung ragu, ia melirik Jimin dan kembali memalingkan tatapannya.

"Bukan wanita tapi....pria.." Taehyung mengakui juga namun kata terakhir terucap cukup pelan.

Hening lagi.

"He??!" Kali ini Jimin benar-benar dibuat terkejut. Menatap Taehyung tak percaya,"P-pria?!"

The Bastard's (Vkook)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora